ANATOMI & FISIOLOGI SISTEM MUSCULOSKELETAL
I. PENDAHULUAN
Sel otot seperti halnya sel neuron dapat dirangsang secara kimia, listrik, dan secara mekanik untuk menimbulkan potensial aksi yang di hantarkan sepanjang membran sel. Kira-kira 40 % tubuh manusia terdiri dari otot rangka, 5-10 % lainnya adalah otot polos dan otot jantung.
Terdapat 3 jenis otot :
- Otot kerangka
- Otot jantung
- Otot polos
Otot Rangka
Otot rangka disusun oleh serabut-serabut otot dengan ukuran diameter sekitar 10 -80 µ,dimana setiap serabut otot terbagi lagi menjadi subunit yg lebih kecil. Sebagian otot rangka berasal dan berakhir pada tendon , dimana tiap-tiap serabut otot adalah satu sel tunggal ,berinti banyak berbentuk panjang dan silindrik, tidak terdapat jembatan sinsitium antarsel . Serabut otot rangka tersusun dari fibril2 yg dipisahkan dalam filamen - filamen .
Fungsi otot rangka adalah melakukan kontraksi untuk gerakan tubuh , dengan jumlah sekitar ± 600 otot rangka yang tersebar mempunyai aktivitas yang di koordinasi oleh susunan saraf sehingga terbentuk gerakan yg harmonis dengan posisi tubuh yang tepat.
Secara Umum komponen penyusun otot rangka terbagi atas dua :
Komponen non-kontraktil :
·
Sarkolemma
, epymisium ( selaput pembungkus sel otot ) terdiri dari : perimisium, dan
endomisium .
·
Sarkoplasma.
·
Tubulus
T, RS ( Retikulum Sarkoplasma )
Filamen - filamen
terdiri dari berbagai protein kontraktil :
·
Protein miosin (BM
: 460.000 )
·
Aktin (BM:
43.000 )
·
Tropomiosin (BM:
70.000 )
·
Troponin (BM:18.000-35.000),terdiri
dari 3 sub unit :
o Troponin I
o Troponin T
o Troponin C
SARKOLEMA
a.
Merupakan membran
sel serabut otot.
b.
Terdiri dari :
·
Membran sel (
membran plasma )
·
Satu lapis tipis
polisakharida
·
Fibril kolagen
c.
Pada ujung
serabut otot, sarkolema akan bersatu dengan serabut-serabut tendoà selanjutnya terkumpil dalam berkas yg membentuk tendo
otot yang akan melekat pada tulang.
d. Sarkoplasma
e. Merupakan miofibril dalam serabut otot yang
terpendam dalam matrix.
f.
Terdiri dari
unsur-unsur umum intrasel.
g.
Cairan sarkoplasma
mengandung kalium, magnesium, fosfat , protein enzim.
h.
Terdapat mitokondria
yang membentuk ATP sebagai sumber energi untuk kontraksi otot .
i.
Melakukan perluasan
ke dalam sel sebagai t-tubulus yang pada
keadaan keadaan exitasi terjadi gelombang depolarisasi yang dapat mencapai
miofibril.
RETIKULUM SARKOPLASMA
Merupakan retikulum endoplasma yg terdapat dalam sarkoplasma. Berperan penting dalam pengawasan kontraksi otot (eksitasi kontraksi kopling)dan berfungsi sbg Ca Chanel untuk, melepaskan ion Ca selama proses kontraksi dan pengambilan serta penyimpanan ion Ca selama proses relaksasi.
SIFAT MOLEKULAR FILAMEN2 KONTRAKTIL
1. Filamen miosin
a.
Terdiri dari 200
molekul miosin dgn berat tiap molekul
450.000.
b.
Terdiri dari 2
bagian :
·
Meromiosin ringan
à terdiri dari 2 utas peptida
yg satu sama lain saling melilit dalam satu helix.
·
Meromiosin berat,ada
2 yaitu :
1)
Helix kembar
2) Kepala yang terdapat pada ujung helix kembar yg terdiri dari 2 massa protein globuler
·
Filamen
aktin
Ø
Terdiri
dari 3 unsur :
1. aktin
2. tropomiosin
3. troponin
Ø Pemegang peranan
dalam filamen aktin adalah molekul protein F-aktin berutas ganda yang akan
melilit dalam satu helix, membuat putaran 360°,terdiri dari polimerisasi
molekul G-aktin ( tempat molekul ADP melekat ). Molekul ADP merupakan “active site” filamen aktin untuk menyebabkan
kontraksi.
·
Kompleks
troponin- tropomiosin
Ø Filamen aktin mengandung utas protein tambahan yaitu
molekul tropomiosin pada setiap molekul tropomiosin melekat protein troponin
Ø Troponin mempunyai afinitas yang tinggi untuk ion Ca yang
akan menyekontraksi otot.
MIOFIBRIL
·
Setiap
serabut otot terdiri atas miofibril
·
Setiap
miofibril terdiri dari :
Ø Filamen Miosin : - tebal - BM : 480.000
Ø Filamen Aktin : - tipis - BM : 70.000
à bertanggung
jawab untuk kontraksi otot
·
Pita I / jalur I
/ I band
Ø Pita terang
Ø Merupakan filamen aktin
Ø Memberikan gambaran isotropik terhadap cahaya polimerasi
·
Pita A / jalur A
Ø
Pita
gelap
Ø
Merupakan
filamen miosin
Ø Memberikan gambaran anisotropik terhadap cahaya polimerasi
·
Line Z/ garis Z /membran Z
Ø Pada bagian tengah filamen aktin
Ø Merupakan protin filamentous yang berbeda dengan aktin dan myosin
·
Sarkomer
Ø Merupakan bagian miofibril yang terletak antara 2 membran Z dalam keadaan istirahat panjang sarkomer 2 µm
·
Zona H
Ø Terlihat bila serabut otot di regangkan dan ujung-ujung filamen aktin saling tertarik berjauhan meninggalkan
daerah
yang terang.
MEKANISME KONTRAKSI DAN RELAKSASI
v
·
Teori
sliding filamen
Ø Pada keadaan relaksasi,
ujung 2 filamen aktin yang berasal dari 2 membran Z yang berurutan satu sama lain
hampir tidak mengalami overlap, sedangkan pada saat yg sama filamen miosin mengadakan overlap sempurna .
Ø Pada keadaan kontraksi, filamen aktin tertarik ke
dalam di antara filamen miosin,sehingga satu sama lain mengalami overlap yang
luas
Ø Membran Z juga ikut tertarik oleh filamen aktin sampai ke
ujung filamen-filamen miosin terjadi
akibat gaya tarik antara aktin dan miosin ion Ca turut berperan melakukan gaya
tarik tersebut energi
berasal dari ATP .
·
Teori
viskoelastik
Ø Otot adalah struktur elastik yg terdapat dalam medium
yang viskous.
Ø Jumlah energi yang dilepaskan pada proses kontraksi
tergantung dar seberapa jauh otot tersebut diregangkan .
·
Teori
continous filamen
Ø Selama proses
kontraksi molekul aktin dan miosin berkominasi membentuk satu filamen yang kontinyu.
Interaksi filamen aktin ,miosin & ion Ca pada proses kontraksi
1. Penghambatan filamen aktin oleh
komlplex troponin-tropomiosin yang akan
di hambat oleh pengaktifan ion Ca.
2.
Interaksi antara filamen aktin dan miosin
3. ATP
sebagai sumber energi untuk kontraksi
MEKANISME UMUM PROSES KONTRAKSI DAN RELAKSASI
Otot skelet dikontrol oleh berbagai tingkat dari sistim saraf pusat yaitu medulla spinalis, substansi retikularis medulla oblongata, pons dan mesencephalon,serebellum,ganglia basalis dan korteks motoris. Dari tingkat sistem saraf tersebut hasil output akan diteruskan ke organ efektor seperti otot skelet melalui sistem saraf motorik oleh serabut alpha motoneuron yang disebut sebagai motor unit.
Kontrol
gerakan
·
Daerah motorik
primer ( komponen piramidalis)
·
Daerah premotor
area dengan komponen ekstrapiramidalis.
Adalah penjumlahan kerutan otot untuk memperkuat dan menyelenggarakan
pergerakan otot, dimana terjadi melalui dua cara :
1.
Dengan
meningkatkan jumlah motor unit yg berkomtraksi secara serentak ( sumasi motor
unit multiple)
2.
Dengan meningkatkan
kecepatan kontraksi tiap motor unit ( gelombang sumasi )
Tetanisasi
Bila otot dirangsang progresif,
frekwensi makin besar. Frekwensi
akhirnya dicapai dimana kontraksi yang berurutan bersatu dan tidak dapat dibedakan satu dengan lainnya. Sedangkan
frekwensi terendah di sebut frekwensi kritik.
Efek tangga / staircase phenomen
Setelah istirahat lama otot mulai berkontraksi, dimana
rangsangan di berikan berulang-ulang dengan kecepatan di bawah kecepatan yang
dapat menimbulkan tetani. Tegangan akan meningkat bertahap pada setiap rangsang
, setelah beberapa kontraksi akan
dicapai suatu tegangan yang seragam pada setiap kontraksi, yang akan terjadi
karena ion Ca yang terikat pada troponin C
KINERJA OTOT
·
Kinerja otot
dinilai dari kekuatan otot (muscle strenght), ketahanan otot (muscle endurans),
kecepatan otot (muscle
speed), dan daya otot (muscle power)
·
3 jenis kontraksi
: isotonik, isometrik, dan isokinetik
·
Pola kontraksi :
konsentrik, eksentrik, pliometrik.
Kontraksi
isotonik
·
Aktifitas yang
sering pada mengangkat beban berat
·
Disebut juga
kontraksi dinamis dengan pola gerakan konsentrik (sudut sendi mengecil) dan
eksentrik.
Kontraksi
isometrik
·
Panjang otot
tetap dan menghasilkan tegangan,
·
Memegang suatu
beban pada tangan, atau mencoba mengangkat beban yang tidak bergerak; kontraksi
otot pegulat, disebut
juga kontraksi statis.
Kontraksi
isokinetik
·
Jarang
pada kinerja olahraga,
·
Kontraksi
maksimal pada kecepatan tetap melalui seluruh jangkauan gerakan, misalnya
gerakan selama berenang
Kekuatan
otot
·
Kekuatan
maksimal dalam sekali usaha untuk melawan suatu tahanan atau mengangkat beban
·
Ditentukan
oleh besar ukuran otot atau luas penampang potongan melintang otot, dan
distribusi otot cepat/lambat
Daya otot
(Muscle power)
·
Merupakan
ukuran jumlah total kerja otot dalam suatu satuan waktu
·
Bila daya otot 1
kg-m dalam satu menit artinya dapat mengangkat benda seberat 1 kg setinggi 1
meter dalam 1 menit,
·
Ditentukan oleh
banyaknya serabut otot, jenis serabut otot, dan sistem energi yang terlibat.
Ketahanan otot
·
Kemampuan
otot untuk melakukan kerja submaksimal secara berulang dan kontinue hingga
waktu tertentu, melibatkan banyak otot ST, sistem aerobik, diet KH dan
lemak.
·
Diet KH lebih
meningkatkan ketahanan otot.
Kelelahan otot
·
Kelelahan
lokal (local muscular fatique) : setelah aktifitas dengan intensitas tinggi
akibat akumulasi asam laktat ; umumnya mengenai otot cepat akibat terkurasnya
glikogen otot.
·
Kelelahan
menyeluruh terjadi pada aktifitas endurans.
·
Disebabkan
oleh hipoglikemia, menurunnya glikogen hati, dehidrasi, kehilangan elektrolit,
hipertermia, dan kebosanan (psikis).
Nyeri otot
(muscle soreness)
·
Dihubungkan
dengan jenis kontraksi.
·
Penyebab
belum jelas, beberapa teori dikemukakan adalah kerusakan jaringan, spasme
lokal, overstreching.
·
Nyeri
otot nampaknya lebih berhubungan dengan gangguan pada elemen jaringan
penyambung ; kontraksi eksentrik à tegangan pada
jaringan penyambung otot, kontraksi konsentrik à tarikan pada
tendon.
Dari gambar grafik tersebut dapat dilihat bahwa kelelahan paling cepat terjadi pada kontraksi eksentrik, kemudian kontraksi isometrik , dan terakhir paling lama mengalami kelelahan adalah kontraksi konsentrik.
BAHAN BAKAR UNTUK AKTIFITAS FISIK
Bahan makanan
·
Bahan makanan
yang digunakan sebagai bahan bakar untuk aktifitas fisik terutama karbohidrat
dan lemak; protein sangat jarang dipakai
·
Karbohidrat
à
sumber energi dalam keadaan aerobik & anaerobik ; juga merupakan
satu-satunya sumber energi bagi jaringan penting tubuh (sel saraf)
·
Lemak
& protein à sumber energi hanya pada
keadaan aerobik
Interaksi antara KH dan Lemak
·
Aktifitas
endurans dapat membakar lemak lebih banyak sebagai sumber energi.
·
Oksidasi lemak
sebagai sumber energi, secara kimiawi juga menghemat pemakaian glukosa, sebab
menghambat glikolisis glikogen/glukosa
oleh enzim fosfofruktokinase (PFK).
·
Apabila energi
dari oksidasi lemak tidak cukup, baru hambatan glikolisis dihentikan.
·
Intensitas,
durasi, dan diet menentukan pola interaksi antara KH & lemak ini.
·
Pada
latihan dengan intensitas tinggi dan berdurasi pendek sumber utama energi dari
KH, sebaliknya jika intensitas rendah dan durasinya panjang sumber energi utama
dari lemak
·
Diet menentukan
lamanya aktifitas endurans yang dilakukan. Pada diet KH tinggi, lama endurans
meningkat; sementara pada diet lemak tinggi, lama endurans tidak sebaik (3x
lebih kurang) diet tinggi KH.
Bentuk bahan
bakar KH
·
Glukosa
& glikogen à glikogenesis; glikogenolisis;
glikolisis
·
Fruktosa
& galaktosa à glukosa (hati)
·
Glukosa darah à penting untuk
dijaga sebab merupakan sumber energi untuk otak; glikogen hati glukosa darah glikogen otot
·
Glikogen otot à berbeda
dengan glikogen hati sebab tidak dapat mensuplai glukosa ke darah
Glikogen otot
·
Penurunan
simpanan glikogen otot à kelelahan otot
·
Manipulasi
diet à
meningkatkan glikogen otot
·
Penggunaan
glikogen otot dipengaruhi oleh: intensitas, durasi, jenis latihan, dan
kebugaran subyek.
·
Glikogen
otot yang terpakai (fast atau slow twitch fiber) à jenis
latihan; bila sprint maka glikogen otot cepat (fast twitch) yang sangat menurun
Bahan bakar
Lemak
·
3
asam lemak + gliserol « trigliserida; trigliserida
disimpan pada sel adiposa & otot rangka.
·
Bentuk
utama bahan bakar lemak 1) trigliserida dalam otot dan 2) asam lemak dari
darah/sel adiposa
·
Pada
aktifitas submaksimal 1 jam di atas ergometer, menunjukkan 42% energi
didapatkan dari lemak sedang sisanya dari KH; dari 42% itu, trigliserida otot
menyumbang lebih banyak (32%), sedang asam lemak darah 11%.
·
Trigliserida
otot sangat tergantung dari simpanan trigliserida sebelum latihan dan tidak
tergantung pada durasi latihan.
·
Manipulasi diet
belum terbukti menaikkan kadar trigliserida otot.
Bahan bakar
aktifitas endurans
·
Bahan
bakar utama pada aktifitas ini, jika kita merujuk pada latihan submaksimal 1
jam di atas ergometer sepeda, 58% dari KH dan 42% dari lemak
·
75% nampaknya
sumber bahan bakar dari otot à 44% glikogen otot & 32% trigliserida otot
·
25% sumber bahan
bakar dari darah à 13% glukosa darah & 11% asam lemak darah
·
Semakin tinggi
intensitas & semakin pendek durasi latihan, sumber energi lebih banyak
diambil dari KH, tapi jika makin kurang intensitas dan makin panjang durasi
latihan, sumber energi dari lemak sudah lebih banyak digunakan.
Regulasi lemak
plasma
·
Lemak
plasma à
esterifikasi & lipolisis
·
Esterifikasi
à
tergantung kehadiran a-gliserofosfat (glikolisis)
dalam sel lemak; inilah alasan kelebihan KH menyebabkan kandungan lemak
meningkat.
·
Insulin
à
memacu esterifikasi; sedang NE, glukagon, GH à memacu
lipolisis (meningkat pada latihan)
Pengaturan
metabolisme tubuh
·
Keadan
metabolik terdiri dar : 1) keadaan saat absorbsi dan 2) keadaan setelah
absorbsi
·
Keadaan
saat absorbsi : glukosa, lemak, protein lewat pengaturan insulin
disimpan di depot-depot yang disediakan à KH (glikogen
hati & otot), lemak (esterifikasi), protein (disimpan di hati atau
dikonversi jadi lemak).
·
Keadaan
setelah absorbsi : depot-depot mengeluarkan bahan yang disimpan untuk
menghasilkan energi yang dibutuhkan; glikogen hati diubah jadi glukosa untuk
menjaga kadar gula darah; otot lebih banyak memakai energi dari lemak bila
kadar gula darah menurun; pelepasan asam
lemak meningkat dari sel adiposa jika glukosa tidak lagi masuk ke sel adipose.
·
Untuk
menjaga kadar gula darah tetap normal pada keadaan setelah absorbsi
glikogen hati à glukosa darah, juga dapat
terjadi glukoneogenesis di hati (gliserol/asam laktat à glukosa).
SISTEM ENERGI
·
Energi yang
digunakan oleh aktifitas otot rangka berasal dari ATP (Adenosine triphospahate)
·
ATP
dibentuk dari oksidasi bahan makanan (karbohidrat, lemak, dan protein)
·
Selama aktifitas
ATP yang berkurang, senantiasa akan diresintesis.
A T P
·
Bahan
makanan penghasil energi, tidak dapat digunakan secara langsung oleh sel untuk
menghasilkan energi; bahan makanan ini harus diubah dulu menjadi ATP
·
ATP sebagai
sumber energi berlangsung secara mendaur (siklus)
·
ATP ADP + Pi
AMP + 2Pi
12000 kalori 12000 kalori
Sistem energi otot
·
Sel
otot adalah sel yang terbanyak menyimpan ATP.
·
ATP
yang berada dalam otot 4 –6 mmol/kg otot, dan ini hanya cukup untuk aktifitas
yang cepat & berat selama 3-8 detik.
·
Untuk
aktifitas yang lebih lama, terjadi re-sintesis ATP melalui 3 cara : sistem
ATP-CP, sistem glikolisis anaerobik, dan sistem aerobic.
Sistem ATP-CP
·
Fosfokreatin(CP)
merupakan senyawa kimia yang tertimbun dalam otot, terdapat sekitar 15-17
mmol/kg otot.
·
Apabila
ATP digunakan saat otot beraktifitas, maka CP terurai menjadi creatine dan
energi yang dipakai untuk resintesis ATP
·
CP
à
C + Pi (13000 kalori)
·
ADP
+ Pi(12000 kalori) à ATP
·
Daya
maksimal ATP-CP 3,6 mol ATP/menit, sedang kapasitas maksimalnya 0,7 mol ATP
·
Sistem
ini memasok energi untuk gerakan mendadak atau aktifitas yang memerlukan
kecepatan
Glikolisis
anaerobic
·
Merupakan
sistem resintesis ATP yang lebih kompleks karena membutuhkan 11 rangkaian
reaksi kimiawi yang berurutan
·
Terbentuk
asam laktat
·
Tidak
membutuhkan oksigen
·
Hanya menggunakan
KH sebagai bahan bakar
·
Menghasilkan
sedikit ATP ( 3 mol ATP dari 1 mol glikogen)
·
Memasok energi
untuk aktifitas cepat dalam waktu 1-4 menit
·
Daya
maksimal 1,6 mol ATP/menit, kapasitas maksimal 1,2 mol ATP
Glikolisis
aerobik
·
Merupakan
sistem pembentukan ATP melalui fosforilasi oksidatif dii mitokondria
·
Melalui
rangkaian reaksi kimia yang panjang dan kompleks
·
Daya maksimal
sistem ini 1 mol ATP/menit, sedang kapasitas maksimalnya tidak terhingga .
SISTEM ENERGI UTAMA PADA BERBAGAI AKTIFITAS
|
Kapasitas
(mol ATP) |
Daya (molATP/mnt) |
Lari 100 mtr |
0,43 |
2,6 |
Lari 400 mtr |
1,72 |
2,3 |
Lari 800 mtr |
3,43 |
2,0 |
|
150 |
1,0 |
Durasi dan
cadangan energi
·
Pada
sistem fosfagen untuk lari 100 meter durasi waktu yang dibutuhkan adalah (kapasitas
: daya) x 60 detik; 0,43:2,6 x 60 adalah 9,92 detik, sedang untuk
menghitung cadangan energi pada sistem fosfagen ini adalah (kapasitas
maksimal : daya) x 60 dtk, jadi 0,7 : 2,6 x 60 =16,15 detik .
Sistem energi
utama pada cabang olahraga
·
Dengan mengetahui
karakteristik gerakan pada setiap aktifitas à sistem energi utama.
·
Beberapa olahraga
mempunyai banyak variasi gerakan à kesinambungan sistem energi
Kelompok
aktifitas olahraga berdasarkan waktu kinerja
·
Daerah
1 : waktu kinerja kurang dari 30 detik, hanya sistem fosfagen, melempar, lari
100 mtr, renang 50 mtr gaya bebas, lari mundur pada football dsb
·
Daerah
2 : waktu kinerja antara 30 – 90 detik; sistem fosfagen dan asam laktat; renang
100 mtr
·
Daerah
3 : waktu kinerja 90 detik – 3 menit; sistem asam laktat dan aerobik; lari 800
– 1500 mtr, renang 200-400 mtr gaya bebas, senam, tinju, gulat dsb
·
Daerah
4 : waktu kinerja > 3 menit; sistem aerobik; lari marathon, perlombaan
lintas alam, renang 1500
Proses pemulihan
·
Merupakan
peristiwa yang penting, seperti pentingnya latihan fisik, agar mencapai
prestasi yang diinginkan ,
·
Konsep
utama pemulihan adalah membayar utang oksigen (oksygen
debt)
·
Proses
yang penting pada pemulihan : cadangan fosfagen otot, pengisian mioglobin oleh
oksigen, cadangan glikogen otot, dan pemusnahan asam laktat darah dan otot.
·
Besarnya
konsumsi oksigen selama pemulihan(setelah latihan) dikurangi besarnya konsumsi
oksigen pada keadaan istirahat biasa selama selang waktu yang sama.
·
Biasanya
tubuh mengandung 2 liter cadangan O2; 0,5 liter di paru, 0,25 liter larut dalam
cairan tubuh, 1 liter pada hemoglobin, dan 0,3 liter dalam otot (mioglobin).
·
Umumnya
dalam kerja berat, waktu 1 menit cukup untuk menghabiskan cadangan oksigen yang
ada.
·
Kecepatan
pemulihan sistem ini tergantung dari sistem energi ATP-CP; atlit area 1 dengan
mudah memulihkan cadangan fosfagennya.
·
Pemulihan
cadangan fosfagen memerlukan energi (ATP); energi terutama diperoleh dari
sistem aerobik (KH & lemak), sisanya dari anaerobic.
Pengisian mioglobin dengan oksigen
·
Atlit umumnya
mempunyai jumlah serabut otot lebih banyak dibanding orang biasa, sehingga
kadar oksigen ototnya (mioglobin) lebih banyak; cadangan oksigen pada mioglobin
berkisar 11 ml/kg otot
·
Pada aktifitas,
mioglobin adalah supplier oksigen yang tercepat sebelum datangnya oksigen dari
darah.
·
Pemulihan
cadangan ini berlangsung lebih cepat dibanding sistem fosfagen sebab tidak
membutuhkan energi.
Pemulihan
cadangan glikogen otot
·
Membutuhkan
waktu berhari-hari
·
Bergantung
pada diet, intensitas dan durasi kerja fisik
·
Dalam
10 jam pertama,
·
Diet tinggi KH
penting untuk memulihkan dengan cepat (48 jam) cadangan glikogen
Pemusnahan
asam laktat
·
Ditentukan oleh
aktifitas fisik yang dilakukan saat pemulihan
·
Proses
penyingkiran asam laktat melalui proses : diubah jadi glikogen hati, diubah
jadi glukosa darah, diubah jadi protein, dan dioksidasi (otot, hati, jantung,
dan ginjal) melalui sistem aerobik (>60%)
Morfologi
·
Mempunyai
struktur lebihkecil dari otot rangka
·
Tidak ada
gambaran striata
·
Retikulum
sitoplasmik tidak berkembang baik
·
Terdapat
aktin,miosin dan tropomiasin tetapi tidak terdapat troponin
·
Sedikit
mengandung mitokhondria tergantung dari aktifitas metabolismenya.
Jenis Otot
Polos
·
Terbagi
atas 2 :
1.
Otot polos unit
ganda (multi unit )
2. Otot polos
unit tunggal ( single unit )
Otot polos unit ganda
Tersusun atas serabut otot polos yg berbeda-beda dan setiap serabut bekerja
sendiri- sendiritanpa bergantung dengan serabut otot lainnya. Pada bagian
paling luar diliputi oleh lapisan tipis yang disebut basement membran- like substance jarang menunjukan kontraksi yg
spontanterdapat pada siliari mata,iris,
piloerektor
Otot polos
unit tunggal
Terdiri dari ratusan-jutaan serabut otot yang berkontraksi secara keseluruhan sebagai satu
kesatuan unit. Serabut ototnya berkumpul membentuk satu kesatuan dan membran
selnya melekat satu sama lain pada beberapa tempat sehingga dengan mudah
exitasi dapat disebarkan keserabut otot lainnya. Disebut juga syncytial smooth
muscle yang terdapat pada organ
visceralis dan pembuluh darah ( di sebut juga visceral smooth muscle )
Pengaturan
Kontraksi Otot Polos Oleh Ion Calcium
·
Sumber
ion calsium berasal dari ekstrasel.
·
Proses aktifasi
berbeda dengan otot rangka karena tidak terdapat troponin
·
Jadi ion calsium
terikat dengan calmodulin yang mempunyai struktur hampir sama degan troponin,
tetapi mekanisme mengawali kontraksinya berbeda
·
Ikatan ca
calmodulin mengaktifkan enzim miosin kinaseà fosforilase ATPase pada kepala miosinà aktin dan miosinbergabung sehingga terjadi kontraksi.
O S T E O L O G I
Tulang
akan mendapatkan aliran darah (membawa makanan)
dan mendapat serabut saraf (perasaan nyeri), dan tulang akan
bertumbuh sesuai dengan usia. Bahan yang membentuk tulang
terdiri dari 1/3 bahan organic (jaringan ikat dan sel)dan
1/3 bahan inorganic (garam mineral calcium). Setiap tulang secara
makroskopis terdiri dari bagian spongiosa dan bagian compacta. Menurut susunan
sel jaringan maka dikenal jaringan
tulang dan jaringan tulang
rawan
Fungsi tulang :
1. Melindungi alat-alat dalam (organ yang berada di daalam rongga dada,
rongga abdomen, rongga pelvis, cranium).
2. Tempat melekatnya otot
3. Sebagai alat gerak pasif
4. Memberi bentuk pada tubuh manusia
5. Sebagai tempat membuat sel darah merah
6. Sebagai tempat menyimpan mineral (calcium, phosphor)
Rangka manusia terbagi atas 2 bagian :
I. Skeleton
Axiale = Rangka
Batang Badan
II. Skeleton
Appendiculare = Rangka
Anggota Badan
·
Terdiri atas :
Ø Columna vertebralis
Ø Costae
Ø Sternum
COLUMNA VERTEBRALIS
Tulang belakang
terdiri dari ruas-ruas tulang belakang
(vertebra) yang tersusun
membentuk columna vertebralis.
Columna vertebralis berfungsi
untuk melindungi susunan saraf pusat (medulla spinalis), dan
memegang peranan di dalam
menerima serta meneruskan
Columna vertebralis terdiri atas :
1. Vertebrae Cervicales 7
ruas
2. Vertebrae
Thoracales 12 ruas
3. Vertebra Lumbalis 5
ruas
4. Vertebra Sacrales 5
ruas
5. Vertebra Coccygealis 4
ruas
Dua
buah vertebra yang paling cranial mempunyai bentuk yang khusus (Atlas dan
Episthropheus) yang memungkinkan cranium (kepala) berputar ke berbagai arah.
Tulang vertebra paling caudal yaitu vertebra sacrales melekat menjadi satu
membentuk os sacrum, begitu juga vertebrae coccygeales membentuk os coccygeus.
Pada columna vertebralis terdapat suatu saluran yang disebut canalis
vertebralis, yang mana didalamnya terdapat medulla spinalis.
Columna vertebralis itu tidak lurus.
·
Di daerah leher melengkung ke depan disebut Lordosis cervicalis
·
Di daerah
dada melengkung ke belakang disebut Kyphosis
thoracalis
·
Di daerah lumbal melengkung ke depan disebut Lordosis
lumbalis
·
Os sacrum melengkung ke belakang disebut Kyphosis
sacralis
Bila mana dilihat dari depan columna vertebralis tidak lurus betul.
Kadang-kadang melengkung ke kanan
dan ke kiri, keadaan ini disebut S c o l i o s i s.
Lengkung-lengkung columna vertebralis disebabkan oleh karena berat badan
yang akan baru terjadi pada waktu anak mulai berjalan. Anak yang baru lahir hanya mempunyai kyphosis
thoracalis dan kyphosis sacralis. Setelah umur
3 – 4 bulan dimana anak mulai angkat kepala dan berusaha melihat ke
kanan – kiri maka terbentuklah lordosis cervicalis. Umur 8
– 9 bulan, dimana anak mulai duduk dan
berdiri maka terbentuklah lordosis
sekunder yaitu lordosis lumbalis.
Jadi lordosis
cervical dan lumbalis dianggap lengkungan sekunder atau lengkungan
compensatoir. Sedangkan kyphosis thoracalis dan
sacralis disebut lengkungan primer. Besar lengkungan ini kurang lebih
120 - 160 derajat yang penting artinya pada
transmisi
C O
S T A
Manusia mempunyai 12 pasang
costa. Berdasarkan perlekatannya
terhadap Sternum, costa dapat dibagi atas 3 bagian besar, yaitu :
1. Costa Vera : melekat
langsung pada sternum, yaitu costa
I -
costa VII.
2. Costa spuria : melekat
pada costa diatasnya (melekat pada sternum secara tidak langsung), yaitu costa
VIII -
costa X.
3. Costa fluctuantes : costa tidak melekat sama sekali pada sternum, yaitu costa
XI -
costa XII.
Costa selain berhubungan dengan sternum, juga berhubungan dengan vertebra thoracalis.
Sternum mempunyai bentuk sebagai
keris, dan terdiri atas :
- Manubrium
sterni
- Corpus
Sterni
Processus Xiphoideus (Processus Ensiformis).
Ketiganya dihubungkan oleh tulang
rawan. Dibagian tengah dari tepi atas manubrium sterni mempunyai satu lekukan
yang disebut incisura jugularis. Di
sebelah lateral dari incisura itu terdapat suatu lekuk sendi untuk berhubungan
dengan os clavicula, lekuk tersebut disebut
incisura clavicularis. Tepat dibawahnya terlihat lagi lekuk tempat
melekatnya costa I, ini disebut incisura
costalis.
Jika dilihat dari lateralis, corpus
sterni merupakan membentuk sudau dengan manubrium sterni yang disebut
angulus sterni ( Louisi). Tepi
lateralis corpus sterni mempunyai lekuk-lekuk
untuk costa II -
VII, costa II Selalu melekat
antara manubrium dan corpus sterni. Processus xiphoideus sterni amat tipis dan
bentuknya tidak tetap.
SKELETON APPENDICULARE
·
Terdiri dari :
Ø Extremitas Superior
Ø Extremitas Inferior
A. EXTREMITAS
·
Terdiri dari
:
Ø Cingulum extremitas superior¸ merupakan bagian yang tidak bergerak.
Ø Bagian ini disebut juga gelang bahu,
dan dibentuk oleh tulang :
a. Os Scapula
b. Os Clavicula
Ø
Exttremitas superior liberae, merupakan bagian yang dapat bergerak bebas,
terdiri dari :
a. Os Humerus
b. Os Radius
c. Os Ulna
d. Os Carpalia
e. Os Metacarpalia
f.
Os Phalanges
S C A P U L A
Merupakan
tulang pipih berbentuk segitiga, berjumlah dua buah, terletak dibagian dorsal
costa dan di sebelah kiri – kanan columna vertebralis. Tulang ini berhubungan
dengan clavicula dan humerus. Kedua permukaan scapula ditutupi oleh otot. Bagian
dari scapula yang dapat dilihat dari depan (ventral) adalah :
Fossa
subscapularis
·
Margo vertebralis
= margo medialis yaitu tepi
scapula yang menghadap ke-arah columna
vertebralis
·
Margo axillaries
= margo lateralis, menghadap kea
rah lateral
·
Processus coracoideus, merupakan tonjolan pada margo superior yang menghadap kearah ventral, tonjolan
ini dapat diraba.
Pada bagian
belakang (posterior) scapula terdapat
bangunan :
·
Fossa supraspinata
dan fossa infra spinata, yang keduanya dipisahkan oleh spina scapulae
·
Acromion,
merupakan tonjolan besar pada margo superior menghadap ke cranial(dapat
diraba), dan acromion berhubungan
langsung dengan clavicula.
·
Ujung craniolateral dari scapula yang dibentuk
oleh margo superior dan
margo lateralis disebut sebagai
Cavitas glenoidalis yang
akan ditempati oleh caput
humeri.
C L
A V I
C U L A
Berbentuk
huruf S, terletak di bagian ventral dan
cranial dinding thorax. Tulang ini merupakan batas caudal
dari leher, diliputi oleh leher sehingga mudah diraba.
Clavicula
terdiri dari pars sternalis yang mengadakan hubungan dengan sternum dan
Pars
acromialis yang mengadakan hubungan dengan acromion dari scapula.
H U
M E R
U S
Termasuk
os longum, kedua ujungnya diliputi
oleh jaringan fibrocartilago yang akan
berhubungan (membentuk persendian) dengan tulang scapula, radius, dan ulna. Pada bagian
proximal dari humerus terdapat :
·
Caput humeri,
merupakan bagian yang akan berhubungan dengan scapula,
berbentuk bulat (1/3 lingkaran) menghadap kearah mediocranial.
·
Collum anatomicum,
collum chirurgicum
·
Tuberculum majus,
tuberculum minus
·
Tuberositas deltoidea, terletak dibagian tengah humerus menghadap ke
lateral.
Pada bagian
distal humerus , berbentuk pipih,
berhubungan dengan os ulna disebelah medial dan os radius di sebelah lateral. Di bagian distal ini
terdapat struktur :
·
Pada
permukaan ventral adalah : capitulum humeri, trochlea humeri, fossa coronoidea, epicondylus medialis, epicondilus lateralis.
·
Pada permukaan
dorsal terdapat fossa
olecranii, epicondylus lateral et
medial.
U L
N A
Tulang ulna berada pada region antebrachium
disebelah medial. Pada ujung proximal terdapat : olecranon
(bagian ini dapat diraba baik pada posisi lengan lurus (extensi articulation cubiti)) maupun pada
posisi flexi, processus coronoideus,
incisura similunaris.
Makin kedistal tulang ulna
menjadi makin kecil dan pada ujungnya terdapat
processus styloideus (tonjolan
ini yang dapat diraba). Tulang ulna berperan lebih banyak pada regio cubiti,
sehingga ujung proximalnya lebih
besar dari pada ujung distal.
R A
D I U S
Ujung proximal
membentuk capitulum radii, berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial
capitulum radii membentuk fovea articularis (capituli radii). Capitulum radii
dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia articularis.
Collum radii memisahkan capitulum radii daripada corpus radii.
Corpus radii di bagian
tengah agak ceper membentuk margo interossea (crista interossea), margo
anterior dan margo posterior.
Ujung distal radius
melebar ke arah lateral membentuk processus styloideus, di bagian medial
membentuk incisura oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk facies
articularis carpi.
·
Terdiri
dari 8 buah tulang os brevis, berada dalam 2 deretan sebagai berikut :
·
Deretan
proximal dari lateral ke medial adalah os scaphoideum (os naviculare), os
lunatum, os triquetrum dan os pisiforme.
·
Deretan
distal dari lateral ke medial adalah os trapezium (os multangulum majus), os
trapezoideum (os multangulum minus), os capitatum dan os hamatum.
Terdiri dari 5 buah os longum. Setiap os
metacarpale mempunyai basis, corpus dan caput.
OSSA
DIGITORIUM (PHALANGES)
Setiap jari mempunyai 3 ruas, kecuali ibu jari
hanya mempunyai dua buah ruas, yaitu phalanx proximalis, phalanx media dan
phalanx distalis. Setiap phalanx membentuk basis, corpus dan caput phalanx.
CINGULUM MEMBRI INFERIORIS (CINGULUM PELVICUM)
OS COXAE (PELVICUM)
Terdiri
dari tiga buah tulang, yaitu os ilium, os ischium dan os pubis. Ketiga tulang
tersebut bertemu pada acetabulum pada usia kira-kira 16 tahun.
Os coxae sinister dari os coxae
dexter bertemu di bagian anterior pada linea mediana, membentuk symphysis
pubis, di bagian dorsal membentuk persendian dengan os sacrum. Os coxae dexter,
os coxae sinister, os sacrum dan os coccygeus membentuk cavum pelvicum.
Os coxae mempunyai dua facies, yakni facies medialis atau facies pelvina
dan facies lateralis atau facies externa.
Pada facies lateralis ini terdapat sebuah lekukan yang dalam, berbentuk
cangkir, disebut acetabulum, berada di cranialis foramen obturatorium.
OS PUBIS (PUBIS)
Terdiri dari corpus, ramus superior dan ramus
inferior. Corpus ossis pubis berbentuk pipih, dilapisi oleh cartilago hyaline,
bersatu yang kiri dan kanan, membentuk symphysis osseum pubis.
OS ILII (
Tepi superior os ilii melengkung dan disebut crista
iliaca, ke arah interior berakhir sebagai spina iliaca anterior superior, dan
ke arah superior berakhir spina iliaca posterior superior. Crista iliaca
membentuk labium externum dan labium internum. Di antaranya terdapat linea
intermedia. Kira-kira 5 cm di sebelah dorsal dari spina iliaca anterior
superior labiun externum membentuk tuberculum iliacum. Di antara spina iliaca anterior superior dan
acetabulum terdapat suatu penonjolan yang bulat, disebut spina iliaca anterior
inferior,
OS ISCHII (ISCHIUM)
Terdiri atas (1) corpus, (2) tuber ischiadicum dan
(3) ramus ossis ischii. Corpus ossis ischii berbentuk segitiga, yang turut
membentuk tepi foramen obturatorium, acetabulum dan incisura ischiadica major,
mempunyai tiga permukaan yakni (1) facies medialis (= facies pelvina), (2)
facies lateralis (= facies acetabularis) dan (3) facies posterior (= facies
glutealis).
Ramus
ossis ischii terdiri dari ramus superior dan ramus inferior ossis ischii, yang
mengelilingi foramen obturatorium. Ramus inferior ossis ischii bersatu dengan
ramus inferior ossis pubis.
Tuber ischiadicum
adalah bagian yang berada di antara ramus superior dan ramus inferior ossis
ischii. Tuber ischiadicum berbentuk oval, mempunyai tepi medial dan tepi
lateral, berfungsi menampung berat badan ketika seseorang duduk dan tempat
melekat m.hamstring.
CAVITAS PELVIS
Dibentuk oleh pelvis
minor, di sebelah cranial dibatasi oleh apertura pelvis superior dan di sebelah
caudal dibatasi oleh apertura pelvis inferior. Apertura pelvis superior (=
inlet atau brim) dibentuk oleh promontorium di sebelah posterior, linea arcuata
di lateral dan crista pubica di bagian anterior. Caldwell dan Moloy membuat
klasifikasi pelvis wanita atas dasar bentuk apertura pelvis superior, menjadi
(1) tipe gynecoid, (2) android, (3) anthropoid dan (4) platypelloid. Besar
kecilnya cavitas pelvis ditemukan oleh ukuran-ukuran apertura pelvis superior,
seperti ukuran anterior-posterior (= diameter conjugata) dan diameter
transversa. Apertura pelvis inferior dibentuk oleh ujung os coccygeus, tuber
ischiadicum dan arcus pubis di bagian anterior.
FEMUR
Merupakan tulang yang paling panjang dan paling
berat dalam tubuh manusia. Pada posisi berdiri, femur meneruskan
Caput ossis femoris
berbentuk 2/3 bagian dari sebuah bulatan (bola), letak mengarah ke
cranio-medio-anterior. Pada ujung caput femoris, di bagian caudo-posterior dan
titik sentral, terdapat fovea capitis,
yang menjadi tempat perlekatan dari ligamentum teres femoris. Collum femoris
terletak di antara caput dan corpus ossis femoris, ukuran panjang 5 cm,
membentuk sudut sebesar 125 derajat. Pada bayi dan anak-anak sudut tersebut
lebih besar dan pada wanita lebih kecil.
Bentuk corpus ossis femoris di bagian proximal
bulat dan makin ke distal menjadi agak pipih dalam arah anterior-posterior.
Pada facies dorsalis terdapat linea aspera, yang terdiri atas labium laterale
dan labium mediale.
Ujung distal corpus ossis femoris membentuk dua
buah tonjolan yang melengkung, disebut condylus medialis dan condylus
lateralis. Facies medial dari condylus medialis femoris konveks dan kasar, dan
bagian yang paling menonjol disebut epicondylus medialis.
Bagian yang paling menonjol pada facies lateralis
condylus lateralis femoris disebut epicondylus lateralis femoris, bentuknya
lebih kecil daripada yang medial.
PATELLA
Adalah sebuah os sesamoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk segitiga,
berada di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps femoris. Dalam
keadaan otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit ke
cranial dan ke caudal.
T I B
I A
Sebuah os longum, mempunyai corpus, ujung proximal
dan ujung distal, berada di sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi
berdiri, tibia meneruskan
Corpus tibiae mempunyai
tiga buah permukaan, yaitu (1) facies
medialis, (2) facies lateralis dan (3) facies posterior. Mempunyai tiga buah
tepi, yaitu (1) margo anterior, (2) margo medialis dan (3) margo interosseus.
Fossa medialis datar, agak konveks, ditutupi langsung kulit dan dapat dipalpasi
secara keseluruhan. Facies lateralis konkaf, ditempati oleh banyak otot. Ujung
distal tibia membentuk malleolus medialis. Pada permukaan lateral terdapat
incisura fibularis yang membentuk persendian dengan ujung distal fibula.
FIBULA
Terletak di bagian lateral crus, sejajar dengan
tibia, hampir sepanjang dengan tibia. Di bagian proximal membentuk persendian
dengan tibia dan di bagian distal dengan os talus. Fibula terdiri dari corpus, ujung proximalis
dan ujung distal.
Ujung proximalis disebut capitulum fibulae.
Capitulum fibulae terletak setinggi dengan tuberositas tibiae. Pada bagian
medial di ujung capitulum fibulae terdapat facies articularis, yang membentuk
persendian dengan condylus lateralis tibiae. Dari facies latero-posterior
terdapat tonjolan yang menjulang ke cranial, disebut apex capitis fibulae
(=processus styloideus).
Corpus fibulae pada 3/4
bagian proximal mempunyai tiga margo atau crista, yaitu (1) margo anterior, (2)
margo interosseus, (3) margo posterior. Corpus fibulae mempunyai tiga facies,
sebagai berikut : (1) facies lateralis, (2) facies medialis dan (3) facies
posterior.
Margo anterior lebih menonjol daripada margo lainnya, dan dimulai dari
apex capitis fibulae, tempat melekat septum intermusculare. Margo posterior
meluas mulai dari apex capitis fibulae menuju ke caudo-medial mencapai
permukaan posterior malleolus lateralis.
OSSA TARSI (TARSALIA)
Terdiri dari tujuh buah
tulang, yakni talus, calcaneus, os naviculare, os cuneiforme mediale, os
cuneiforme intermedium, os cuneiforme lateralis dan os cuboideum.
OSSA
METATARSI (METATARSALIA)
OSSA
DIGITORUM (PHALANGES)
Setiap os phalanx mempunyai basis phalangis, corpus
phalangis dan caput phalangis. Jari pertama hanya mempunyai dua ruas ossa
phalanges, sedangkan jari-jari lainnya mempunyai tiga ruas ossa phalnges. Os
phalanx jari I lebih besar dari semua ossa phalanges yang ada. Basis ossis
phalanges mengadakan persendian dengan caput ossis metatarsalis.
CRANIUM
Cranium terdiri atas serangkaian
tulang-tulang yang saling berhubungan. Cranium terdiri dari os planum, os
pneumaticum dan os irregularis. Os planum terdiri
atas lapisan tabula externa, tabula interna dan diantaranya terdapat diploe
(lapisan spongiosa). Tabula externa bersifat elastis, tabula interna lebih
tipis dan mudah retak. Suatu benturan pada cranium dapat menyebabkan tabula
interna retak tanpa adanya retakan pada tabula externa.
Lapisan
superficialis membentuk pericranium, lapisan profunda yang menghadap meninx
disebut endocranium.
Cranium
dibagi menjadi 2 bagian, sebagai berikut :
1. NEUROCRANIUM
2. VISCEROCRANIUM
(= SPLANCHNOCRANIUM)
Neurocranium
membentuk cavitas cranii, yang ditempati oleh encephalon, dan dibagi menjadi
bagian yang membentuk basis cranii dan calvaria cranii. Tulang-tulang yang membentuk neurocranium adalah os frontale, os
ethmoidale, os sphenoidale, os occipitale, os temporale dan os parietale. Dua
tulang yang tersebut terakhir ini berpasangan. Pada viscerocranium terdapat rongga-rongga yang ditempati
oleh organum visuale, organum vestibulocochleare, organum olfactus, organus
gustatus. Juga terdapat lubang-lubang yang berfungsi sebagai pintu masuk (dan
keluar) untuk makanan dan udara respirasi. Selain itu terdapat dentes pada
maxilla dan mandibula, yang berperan dalam mastikasi.
Yang
dimaksud dengan Bidang Franfurt adalah suatu bidang yang ditarik melalui margo
inferior orbita dan margo superior porus acusticus externus.
1. OS FRONTALE
Terdiri dari dua
bagian, yakni squama frontalis yang membentuk dahi dan pars orbitalis atau pars
horizontal yang membentuk atap orbita dan cavitas nasi.
Facies externa squama
frontalis berbentuk konveks dan pada linea mediana masih terdapat sisa dari
sutura metopica, yaitu sutura yang dibentuk oleh squama frontalis sinistra dan
squama frontalis dextra, yang menghilang pada usia 8 tahun, namun dapat juga
menetap seumur hidup.
Facies interna squama
frontalis berbentuk konkaf dan pada linea mediana terdapat sulcus sagittalis.
Sulcus sagittalis ditempati oleh sinus sagittalis superior.
Antara os frontale dan os
parietale terbentuk sutura coronalis.
2. OS
PARIETALE
Tulang pipih (os planum) berbentuk segiempat, bertemu
dengan pihak yang sebelah membentuk sutura sagittalis . sutura sagittalis
membentuk sudut tegak lurus dengan sutura coronalis. Os parietale membentuk
sutura lambdoidea dengan os occipitale, dan tempat pertemuan sutura sagittalis
dengan kedua sutura lambdoidea membentuk lambda.
Yang dimaksud dengan Bregma adalah pertemuan sutura
sagialis dengan sutura coronalis. Daerah tersebut pada anak-anak sampai usia
1,5 – 2 tahun tetap terbuka (ditutupi oleh jaringan ikat), disebut Fonticulus
anterior (=Fontanelia anterior).
3. OS OCCIPITALE
Berada di bagian postero-caudal dan bertumpu pada atlas
membentuk articulatio atlanto-occipitalis. Bagian-bagian dari os occipitale
membatasi suatu lobang yang oval, dinamalan foramen occipitale magnum.
Pada permukaan superior processus jugularis terdapat
sebuah sulcus yang berjalan ke arah medial dan anterior, melanjutkan diri pada
incisura jugularis. Pada tepi medial sulcus ini terdapat lubang dari canalis
condylaris.
4. OS
TEMPORALE
Os temporale terdiri dari lima bagian, sebagai berikut :
(1) pars squamosa, (2) pars tympanica, (3) pars styloideus, (4) pars mastoidea
dan (5) pars petrosa.
PARS SQUAMOSA tipis, membentuk bagian anterior dan
superior dari os temporale.
PARS TYMPANICA adalah tulang berbentuk melengkung,
terletak di bagian inferior pars squamosa dan di sebelah anterior processus
mastoideus. Permukaan posterior konkaf, membentuk dinding anterior, lantai dan
sebagian dari dinding posterior pars
osseum meatus acusticus externus.
PARS MASTOIDEA adalah bagian
posterior dari os temporale dan bersaru dengan os squamosa.
PARS PETROSA (=PYRAMIS) berbentuk pyramid, terletak di
antara os sphenoidale dan os occipitale, berada pada basis cranii, di dalamnya
berisi organ pendengaran dan equilibrium (= organum vestibulocochlearis).
5. OS SPHENOIDALE
Turut membentuk basis cranii, terletak di sebelah
anterior os temporale dan basis ossis temporalis. Terdiri dari (1) sebuah
corpus di bagian medial, (2) dua buah ala major dan (3) dua buah ala minor yang
berada di bagian lateral, memberi bentuk sperti kupu-kupu (4) dua buah
processus pterygoideus yang berada pada facies inferior.
6. OS ETHMOIDALE
Tulang yang ringan dan
mempunyai rongga-rongga kecil, terletak di bagian anterior dari basis cranii,
berada di antara kedua belah orbita, membentuk sebagian besar dinding superior
cavitas nasi. Terdiri dari empat bagian ; (1) lamina cribrosa atau lamina horizontalis,
membentuk sebagian dari basis cranii, (2) lamina perpendiculare, turut
membentuk septum nasi, (3) dua buah labryinthus (= lateral mass).
7. CONCHA
NASALIS INFERIOR
Merupakan sebuah tulang tersendiri, terletak horizontal
di sepanjang dinding lateral cavitas nasi. Mempunyai dua buah permukaan, dua
buah tepi dan dua buah extremitas (ujung-ujung).
8. VOMER
Terletak pada dinding mediana, tetapi tepi anteriornya
banyak kali bergeser ke arah satu sisi. Membentuk bagian posterior dan inferior
septum nasi.
9. OS LACRIMALE
Sebuah
tulang yang cukup kecil, berada di bagian anterior dinding medial orbita.
10. MAXILLA
Membentuk atap cavitas
oris, lantai dan dinding lateral cavitas nasi dan lateral orbita. Di dalam maxilla terdapat
sinus maxillaries. Turut membentuk fossa infratemporalis dan
fossa pterygopalatina. Terdiri atas :
(1) Corpus Maxillae,
(2) Processus
Zygomaticus,
(3) Processus Frontalis,
(4) Processus Alveolaris
(5) Processus Palatinus.
CORPUS
MAXILLAE berbentuk pyramid, mengandung sinus maxillaris (= antrum of Highmore).
11. OS PALATINUM
Berbentuk huruf L, terdiri dari lamina perpendicularis
dari lamina horizontalis. Lamina horizontalis bertemu dengan pihak sebelah
membentuk seperempat bagian posterior palatum durum.
12. MANDIBULA
Merupakan tulang yang terbesar dan paling kuat dari
wajah. Terdiri dari sebuah corpus dan dua buah ramus. Pertemuan antara corpus
dan ramus mandibulae membentuk angulus mandibulae.
CORPUS MANDIBULAE berbentuk huruf U, membentuk facies
interna dan facies externa, margo superior (pars alveolaris) dan margo inferior
(= basis mandibulae). Pada facies externa, di linea mediana terdapat symphysis
menti, yakni pertemuan antara corpus mandibulae bagian kiri dan kanan. Ke arah
inferior membentuk tonjolan berbentuk segitiga, disebut protuberantia mentalis,
dan di sebuah kiri kanannya membentuk tuberculum mentale (sebagai basis dari
protuberantia mentalis).
Ke arah lateral, seringkali di
sebelah caudal dan gigi premolar II terdapat foramen mentale, dilalui oleh
nervus mentalis dan vasa mentalis.
Dari tuberculum mentale
terdapat linea oblique yang menuju ke arah dorso-cranial sampai pada tepi
anterior ramus anterior mandibulae.
Pars superior corpus disebut
pars alveolaris membentuk kantong (rongga) yang dinamakan alveolus, ditempati
oleh dentis.
Margo inferior mandibulae dinamakan basis mandibulae
RAMUS MANDIBULAE mempunyai facies lateralis dan medialis,
margo anterior, margo superior dan margo posterior.
CAVITAS CRANII
Dibentuk oleh calvaria cranii dan facies
superior basis cranii. Ditempati
oleh encephalon, bersama dengan meninx, dan nervi craniales dan
pembuluh-pembuluh darah. Rongga pada basis cranii dibagi menjadi Fossa cranii
anterior, Fossa cranii media dan Fossa cranii posterior.
B. A R T H R O L O G I
ARTHROLOGI UMUM
Tubuh manusia dibentuk oleh sejumlah tulang (206
buah), yang saling berhubungan membentuk articulus, memungkinkan manusia dapat
berdiri dan duduk dengan stabil, dan bergerak dengan leluasa sesuai
keinginannya. Atas dasar struktur dan fungsi
articulus dibagi menjadi:
a.
Synarthrosis
b.
Diarthrosis
·
Synarthrosis
Diantara
kedua ujung tulang yang membentuk articulus terdapat suatu jaringan. Terdiri
dari :
Ø Syndesmosis,
jaringan penghubung adalah jaringan ikat.
Ø Synchondrosis,
jaringan penghubung dan diaphyse sebelum penulangan selesai atau symphysis
osseum pubis pada usia dewasa.
Ø Synostosis,
jaringan penghubung ialah tulang, misalnya di antara epiphyse dan diaphise
sesudah penulangan atau di antara os ilium, os pubis dan os ischium pada usia
dewasa.
·
Diarthrosis
Ujung-ujung tulang yang membentuk articulus bebas,
tidak ada jaringan di antaranya. Mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
Ø Salah satu ujung tulang membentuk caput articulare dan ujung tulang yang
lain membentuk cavitas glenoidas.
Ø Kedua ujung tulang dibungkus oleh capsula articularis.
Ø Alat-alat khusus yang meliputi
:
a. Labrum articulare
b. Discus dan menicus articularis
c.
d. Ligamentum
Berdasarkan kemungkinan gerak Diartrosis dibagi
menjadi :
1.
Amphiarthrosis, kemungkinan gerak sedikit sekali.
2.
Articulationes, kemungkinan gerak yang luas.
Luas gerakan pada articulationes ditentukan oleh
jumlah axis, sebagai berikut:
1. Mono axial
·
Ginglymus, sumbu gerak tegak lurus pada arah panjang tulang, misalnya artic.interphalangealis,
artic.humero-ulnaris, artic.talocruralis.
·
Articulatio Trochoidea, sumbu gerak kira-kira sesuai dengan arah panjang tulang, misalnya
art.radio-ulnaris, art.atlanto-dentalis.
2. Biaxial, kedua garis berpotongan tegak lurus.
·
Articulatio Ellipsoidea, caput articulare berbentuk ellipsoid dalam arah sumbu panjang dan
sumbu pendek, mis.art.radiocarpea.
·
Articulatio Sellaris, permukaan sendi berbentuk pelana artinya dalam arah sumbu yang satu
permukaan itu cembung, dalam arah sumbu yang lain cekung (concave-convex), mis.
Art.carvo-metacarpea.
3. Multi axial (tri axial),
kemungkinan gerak sangat luas. Caput articularea
berbentuk bola.
·
Articulatio Globoidea, cavitas glenoidalis mencakup kurang dari setengah caput articulare,
mis. Art.humeri ;
·
Enarthrosis, cavitas glenoidalis mencakup lebih dari setengah caput articulare,
kemungkinan gerak lebih daripada art.globoidea, mis. Art.coxae.
Pembagian lain :
1.
Skull Type, tidak dapat bergerak atau
persendian yang bersifat sementara.
·
Sutura
·
Synchondrosis
·
Synostosis
2.
Vertebral Type, hanya dapat bergerak
sedikit.
·
Symphysis, dibentuk oleh dua
buah tulang yang ujung-ujungnya dilapisi oleh cartilago (hyaline) dan
dipersatukan oleh fibrocartilago, di bagian ventral dan dorsal diperkuat oleh
ligamentum.
Symphysis terdapat diantara :
a. Corpus vertebrae
b. Facies symphyseos ossis pubis
c. Manubrium sterni dan corpus sterni.
·
Syndesmosis, di antara kedua ujung tulang yang
berbentuk persendian terdapat jaringan ikat,
3. Limb Type, disebut juga Synovial
Joint atau Articulatio, mempunyai
kemungkinan gerak yang luas. Tipe sendi ini mempunyai empat ciri dasar :
· Kedua ujung tulang terpisah satu sama lain;
·
Kedua ujung tulang berada di dalam capsula articularis;
· Capsula articularis dilapisi oleh membrana synovialis ;
· Kedua ujung tulang dilapisi oelh cartilago (hyaline).
Membrana
synovialis melekat pada tepi cartilago articularis sehingga cavum articulare
dibatasi oleh membrana synovialis dan cartilago articularis.
NOMENCLATUR
GERAKAN
Arah dan luas gerakan ditentukan oleh permukaan dari kedua ujung tulang
yang membentuk articulus dan kedudukan dari capsula articularis serta
ligamentum articulare. Luas gerakan berbeda secara individual. Nomenclatur
gerakan didasarkan pada Posisi Anatomi (awal atau akhir dari suatu gerakan),
dan gerakan-gerakan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
·
FLEXION (flexi) adalah gerakan yang terjadi
terhadap axis transversal dan membentuk sudut yang lebih kecil antara kedua
tulang bersangkutan.
·
EXTENSION (Extensi) adalah gerakan yang berlawanan dengan gerakan Flexi,
yaitu membentuk sudut yang lebih besar (tulang saling menjauhi satu sama lain).
Terminologi khusus digunakan pada gerakan badan (=
truncus), articulatio humeri, ankle joint dan gerakan ibu jari (articulatio
metacarpo-phalangea I). Badan yang digerakkan ke arah tungkai dinamakan Flexi
badan terhadap tungkai dan gerakan tungkai ke ventral mendekati badan disebut
Flexi tungkai terhadap badan. Gerakan sebaliknya ke arah dorsal disebut
Extensi. Gerakan truncus ke lateral disebut Latero-fleksi.
Flexi pada ankle joint adalah gerakan dorsum pedis
ke arah permukaan ventralis cruris (disebut juga Dorso-flexion atau
Dorso-flexi; gerakan yang berlawanaan disebut Extension (= Plantar-Flexion).
Pada articulatio humeri
gerakan fleksi disebut Anteflexi, yaitu gerakan lengan ke arah ventral; gerakan
sebaliknya disebut Retroflexi (=
Extensi).
·
ABDUKSI adalah gerakan yang menjauhi sumbu badan; gerakan yang mendekati
sumbu badan disebut ADDUKSI.
·
ROTASI merupakan gerakan yang terjadi terhadap sumbu longitudinal; ada
Rotasi Medial dan Rotasi Lateral. Rotasi ke kanan atau ke kiri terdapat pada
columna vertabralis.
·
CIRCUMDUCTION merupakan kombinasi dari gerakan flexi, abduksi, extensi,
adduksi dan rotasi, yang menghasilkan suatu bentuk kerucut dengan puncaknya
berada pada pusat sendi berangkutan.
·
PRONASI adalah gerakan rotasi antebrachium ke arah
medial.
·
SUPINASI adalah gerakan rotasi antebrachium ke arah lateral.
Kedua gerakan terakhir ini gerakan yang terjadi pada articulatio
radio-ulnaris proximalis (radius berputar terhadap ulna).
·
EVERSION adalah gerakan pronasi pada pedis yang dikombinasi dengan gerakan
abduksi.
·
INVERSION adalah kombinasi gerakan adduksi dengan supinasi pada pedis.
·
DOWNWARD ROTATION adalah gerakan rotasi ke caudal dari scapula terhadap
axis tegak lurus pada permukaan scapula, dalam hal ini acromion berpindah ke
caudal dan medial, angulus inferior bergerak ke medial dan lateral.
·
UPWARD ROTTION adalah rotasi ke cranial dari
scapula.
·
Gerakan Flexi dan Extensi ibu jari terjadi pada
articulatio carpo-metacarpalis pollicis, yaitu pada bidang yang sama dengan
gerakan abduksi-adduksi jari-jari lainnya; jadi gerakan Extensi pollicis adalah
gerakan ke arah lateral yang sesuai dengan gerakan abduksi jari-jari lainnya,
dan gerakan sebaliknya adalah Flexi.
·
Gerakan Abduksi dan Adduksi pollicis terjadi pada bidang yang sama dengan
gerakan Flexi dan Extensi jari-jari lainnya.
·
Abduksi pollicis adalah gerakan yang menjauhi sisi manus, berlangsung pada
bidang yang tegak lurus pada vola manus (sama dengan flexi jari-jari lainnya)
dan sebaliknya adalah Adduksi (sama dengan extensi jari-jari lainnya).
·
OPPOSISI adalah gerakan ibu jari yang mencapai ujung jari-jari lainnya,
yaitu kombinasi gerakan Abduksi pollicis dan Hyperflexi pollicis.
ASPEK FUNGSIONAL KONTRAKSI OTOT
Suatu
gerakan dapat dihasilkan oleh kontraksi otot skelet, yang disebut gerakan
Aktif, sedangkan gerakan Pasif dihasilkan oeh pengaruh luar. Luas gerakan aktif
dapat ditingkatkan oleh pengaruh dari luar.
Efektifitas suatu otot dalam menggerakkan persendian
dipengaruhi oleh axis longitudional dari otot itu dan jarak antara titik
insertio dengan axis gerakan pada articulatio bersangkutan.
Atas dasar letak otot terhadap articulus dapat
ditentukan:
·
Otot uni-articularis, yaitu otot yang melewati dan berperan pada satu
articulus, misalnya m.brachialis;
·
Otot bi-artichulus, mesalnya m.semitendinosus, yang melewati dua buah
persendian dan dapat menggerakkan kedua buah persendian bersangkutan;
·
Otot multi-articularis, misalnya m.flexor digitorum superficialis yang
melewati dan berfungsi pada art.cubiti, art.radiocarpius, art.intercarpalis,
art.metacarpophalangea dan art.interphalangea.
ARTHROLOGI KHUSUS
ARTICULUS CINGULU MEMBRI SUPERIORIS
1. Articulatio Sternoclavicularis
Dibentuk
oleh ujung pars sternalis calviculare, manubrium sterni dan ujung pars
cartilaginis
Pergerakan
·
ROTASI dari clavicula adalah gerakan yang pasif, oleh karena tidak ada otot
rotator yang bekerja pada articulus ini.
·
ELEVASI dan DEPRESI pars acromialis claviculae merupakan akibat daripada
gerakan pars sternalis claviculae ke arah caudal dan cranial.
·
Gerakan ke ventral dan dorsal terjadi pada bidang horizontalis terhadap
sumbu vertikal.
2. Articulatio Acromioclavicularis
Dibentuk oleh facies articularis acromialis claviculae dengan Facies
articularis acromii. Pada
articulus ini terdapat discus articularis. Yang berperan dalam stabilisasi
articulus ini adalah ligamentum coracoclaviculare, yang memfiksir clavidula
pada prosessus coracoideus, jadi merupakan suatu syndesmosis.
Pergerakan
Gerakan pada articulus ini adalah
pasif, oleh karena tidak ada otot yang melekat pada kedua ujung tulang
bersangkutan yang bekerja langsung pada persendian ini.
Gerakan pada clavicula merupakan akibat daripada gerakan
scapula. Gerakan scapula terhadap dinding thorax dapat dibagi menjadi 3 jenis,
sebagai berikut :
·
PROTRAKSI dan RETRAKSI
·
ROTASI
·
ELEVASI dan DEPRESI
3.
Articulatio Humeri
Tipe articulatio ini adalah Ball and Socket, mempunyai gerakan yang
sangat luas. Dibentuk oleh caput humeri dengan cavitas glenoidalis, dilengkapi
dengan labrum glenoidale (suatu fibrocartilago yang berbentuk cincin). Capsula
articularis melekat pada tepi labrum glenoidale, dan di pihak humerus pada tepi
caput humeri, kecuali di bagian inferior perlekatannya berada 2 – 3 cm di
caudalis dari tepi permukaan persendian.
Ada empat buah otot yang
tendo-tendonya memperkuat capsula articularis, membentuk Rotator Cuff,
terdiri dari (1) m.supraspinatus di sebelah cranial, (2) m.infraspinatus, (3)
m.teres minor, kedua otot terakhir ini berada di bagian dorsal, dan (4)
m.subscapularis berada di sebelah ventral.
Pergerakan
Banyak kali gerakan pada articulus
ini diikuti oleh gerakan scapula pada dinding thorax serta gerakan clavicula. Ada tiga gerakan dasar, yaitu:
(1) Flexi dan Extensi, (2) Abduksi dan Adduksi dan (3) Rotasi. Gerakan
circumductio adalah kombinasi dari gerakan-gerakan tersebut tadi.
4.
Articulatio Cubiti
Articulus ini termasuk tipe Ginglymus, yang hanya
memberi kemungkinan gerakan Flexi dan Extensi. Articulus ini dibentuk oleh tiga
buah tulang, yaitu (a) ujung distal humerus, (b) ujung proximal radius dan (c)
ujung proximal ulna.
Secara structural terbentuk tiga buah articulus, masing-masing (1)
articulatio humeroradialis, (2) articulatio humeroulnaris dan (3) articulatio
radioulnaris proximalis. Ketiga-tiganya berada dalam satu capsula articularis.
Pergerakan
Gerakan
yang mungkin hanyalah Flexi dan Extensi. Gerakan Flexi dibatasi oleh tebalnya
otot-otot brachium. Gerakan extensi dibatasi oleh tertumbuknya olecranon pada
fossa olecranii.
5. Articulatio
Radio-Ulnaris
Antara radius dan ulna terbentuk tiga buah
articulus, yaitu (a) articulatio
radio-ulnaris proximalis, (b) articulatio radio-ulnaris distalis dan (c)
syndesmosis, di bagian tengah (membrana interossea antebrachii).
Articulatio
radio-ulnaris proximalis dibentuk oleh capitulum radii dengan incisura radialis
ulnae. Capitulum radii berada di dalam ligamentum anularea radii (dilingkari)
sehingga capitulum radii dapat berputar dengan bebas. Incisura radialis ulnae
merupakan ¼ bagian dari sebuah lingkaran dan ligamentum tersebut membentuk ¾
bagian selanjutnya.
Antara corpus radii dan corpus
ulnae terdapat Chorda obliqua dan
Membrana Interossea Antebrachii, membentuk persendian berupa
syndesmosis. Articulatio radio-ulnaris
distalis (inferior) dibentuk oleh capitulum ulnea dengan circumferentia
articularisnya di satu pihak dengan incisura ulnaris radii di pihak lain.
Pergerakan
Gerakan radius terhadap ulna menghasilkan gerakan rotasi
dari antebrachium, yang terjadi pada
axis longitudinalis. Pada gerakan rotasi ini radius berputar terhadap ulna dan
humerus, gerakan yang dimaksud adalah pronasi dan supinasi. Kedua gerakan ini berada
di antara 135 – 180 derajat, dan bervariasi secara individual. Axis dari
gerakan ini dinamakan axis pronasi-supinasi, yang letaknya miring (oblique)
melalui capitulum radii dan processus syloideus ulnae.
6. Articulatio
Radiocarpalis (= WRIST JOINT)
Articulus ini bertipe Ellipsoidea, dibentuk oleh os
naviculare manus, os lunatum dan os triquetrum yang membentuk permukaan konveks
dan di pihak lain adalah ujung distal radius bersama-sama dengan discus
articularis yang membentuk permukaan konkaf.
Pergerakan
Gerakan Flexi dan Extensi terjadi pada transversalis.
Gerakan Abduksi (=deviasi radialis) dan Adduksi (=deviasi ulnaris) terjadi
terhadap axis antero-posterior. Abduksi ulnaris lebih luas daripada Abduksi
radialis oleh karena processus styloideus radii lebih jauh menjulang ke distal
daripada processus styloideus ulnae.
7.
Articulatio Intercarpalis
Ossa carpalia deretan proximalis membentuk
articulus dengan ossa carpalia deretan distalis membentuk ARTICULATIO
MEDIOCARPALIS. Pada articulus ini permukaan persendian yang konveks dibentuk
oleh os hamatum dan os capitatum, permukaan yang cekung dibentuk oleh os
scaphoideum, os lunatum dan os triquetrum, sementara itu permukaann yang
konveks dari bagian distal os scaphoideum membentuk persendian dengan permukaan
yang konkaf yang dibentuk oleh os trapexium dan os trapezoideum.
Pergerakan
Gerakan pada articulatio intercarpalis selalu
dikombinasikan dengan gerakan pada Wrist Joint. Gerakan yng dimaksud terjadi
antara ossa carpalia deretan distalis dengan ossa carpalia deretan proximalis,
yang terjadi pada articulatio mediocarpalis.
Pada posisi flexi jari-jari,
maka kemungkinan flexi pada wrist joint menjadi terbatas, yang disebabkan oleh
insufficiensi pasif dari otot-otot extensor dari jari-jari.
8.
Articulatio Carpometacarpalis
9.
Articulatio Metacarpophalangealis
Dibentuk oleh basis phalanx I (proximalis) yang
mempunyai permukaan konkaf dengan capitulum metacarpalis yang berbentuk bola.
10.
Articulatio Interphalangealis
Dibentuk antara caput phalangis pada satu phalanx
(proximalis) dengan basis phalangis dari phalanx berikutnya (distalis).
ARTICULATIO
MEMBRI INFERIORIS
1.
Articulatio Coxae
Dibentuk oleh caput femoris dengan acetabulum.
Articulus ini termasuk tipe Ball and Socket. Facies articularis caput femoris
berbentuk 2/3 bagian dari suatu bulatan, dan facies articularis dari acetabulum
berbentuk tapak kuda (horseshoeshaped).
Pergerakan
Gerakan terjadi terhadap axis transversal, axis
antero-posterior dan axis longitudinal. Terhadap axis transversal terjadi
gerakan Flexi. Gerakan Flexi dari Posisi Anatomi dengan articulatio genu dalam
posisi extensi hanya dapat dilakukan sampai 60 derajat saja, hal mana
disebabkan oleh tension (= ketegangan) dari otot hamstring. Apabila articulatio genu
berada dalam posisi flexi maka flexi pada articulatio coxae dapat ditingkatkan
sampai 90 derajat. Sebagai penggerak utama adalah m.iliacus dan m.psoas major,
dibantu oleh m.rectus femoris, m.tensor fasciae latae, m.sartorius dan
m.pectineus.
2.
Articulatio Genus
Dibentuk oleh ujung distal condylus femoris dengan
ujung proximal condylus tibiae dan dengan facies dorsalis patella. Tipe :
Condiloidea.
Permukaan persendian dari condylus femoris yang
berhadapan dengan tibia berbentuk konveks; bentuk facies articulus pada ujung
condylus tibiae datar dan dilengkapi dengan suatu fibrocartilago, yang
dinamakan meniscus, yaitu meniscus lateralis dan meniscus medialis. Stabilitas articulus ini
tergantung pada ligamentum yang terdapat di situ.
Meniscus medialis dan meniscus
lateralis adalah dua buah fibrocartilago yang berbentuk cresentic (sebagian
dari lingkaran), mengadakan perlekatan pada fecies cranialis ujung proximal
tibia. Pada penampang melintang meniscus berbentuk segitiga. Meniscus medialis
bentuknya lebih besar daripada meniscus lateralis, dengan bagian yang terbuka
meliputi (kaki huruf “C”) meniscus lateralis.
Pergerakan
Gerakan utama pada persendian
ini adalah Flexi dan Extensi, yang terjadi terhadap axis trasversal. Axis ini
tidak tetap, melainkan berpindah ke dorsal selama (mengikuti) gerakan Flexi dan
keadaan ini disebabkan oleh karena bentuk condylus femoris (bagian postrior
yang makin melengkung). Luas gerakan dari Extensi penuh sampai Flexi penuh
kira-kira 130 derajat, dibatasi oleh otot-otot di bagian dorsal regio femoris
dan regio cruralis yang saling bertemu.
3.
Articulatio Tibiofibularis
Antara tibia dan fibula terbetuk articulus pada
ujung proximal, ujung distal dan di sepanjang corpus kedua tulang tersebut.
Persendian pada ujung proximal berupa suatu articulatio (diarthrosis) yang
memberi kemungkinan gerakan menggelincir. Capsula articularisnya kuat di bagain
ventral, melebihi yang di bagain dorsal. Di antara tendo m.popliteus dan
capsula articularis terdapat bursa m.popliteus. Persendian ini disebut
ARTICULATIO TIBIOFIBULARIS.
Antara corpus tibiae dan corpus fibulae terdapat
membran interossea, yang melekat pada crista interossea tibiae dan crista
interossea fibulae dengan arahnya ke caudal-lateral, membentuk suatu
Syndesmosis. Fungsi membrana interossea
selain memfiksir tibia pada fibula juga tempat melekat beberapa otot cruris.
Ujung distal tibia dan fibula
membentuk suatu Syndesmosis, dan dihubungi satu sama lain oleh ligamentum
interosseum, yang membentuk membrana interossea. Hubungan ini diperkuat di
bagian anterior oleh ligamentum malleoli lateralis anterius, dan di bagian
posterior terdapat ligamentum malleoli lateralis posterius yang lebih kuat.
Nama lain dari kedua ligamenta tersebut adalah ligamentum tibiofibulare
anterius dan ligamentum tibiofibularis posterius. Fungsi ligamenta tersebut
tadi adalah menghalangi tertariknya fibula ke arah caudal.
4.
Articulatio Talocruralis (= Ankle Joint)
Persendian ini adalah suatu Hinge Joint yang
terbentuk oleh os talus di satu pihak dan facies distalis tibia, facies
articularis malleoli lateralis et medialis serta ligamentum tibiofibularis
transversus di pihak lain, yang membentuk cavitas articularis. Ligamentum
tibiofibularis transversus adalah bagian dari ligamentum malleoli lateralis
posterius (= ligamentum tibiofibularis posterior inferior) yang berada di
bagian caudal dan profunda.
Pergerakan
Pada persendian ini terdapat
axis transversalis yang melewati corpus tali, tetapi arahnya miring (oblique),
yaitu arah caudo-lateral. Mengangkat dorsum pedis disebut Dorsiflexion (=Extension),
menurunkan planta pedis disebut Plantar flexion (=Flexi).
5.
Articulatio Talocalcanea
Persendian ini terdiri atas : (a) ARTICULATIO
TALONAVICULARIS, yang dibentuk oleh facis articularis navicularis tali dengan
facies proximalis ossis navicularis dan (b) ARTICULATIO TALOCALCANEA ANTERIOR
ET MEDIA ET POSTERIOR, yang dibentuk oleh facies articularis calcanea anterior
et media et posterior dengan facies articularis anterior et media et posterior
calcanei.
Gerakan talus terjadi secara bersamaan pada articulatio
subtalaris dan pada articulatio talocalcaneonavicularis, gerakan yang dimaksud
adalah gerakan Inversion dan Eversion.
6.
Midtarsal Joint
Articulus ini terdiri dari dua bagian, yang pertama
dibentuk oleh os cubeideum dengan os calcaneus, yang kedua dibentuk oleh os
talus dengan os naviculare.
Articulatio
CALCANEOCUBOIDEA terletak transversal menyilang pedis dan berada pada satu
garis dengan Articulatio TALONAVICULARIS. Kedua articulus ini membantu gerakan
inversi, eversi, plantar flexi dan dorsoflexi. Pada persendian ini terdapat 4
buah ligamenta, yaitu (a) ligamentum calcaneo naviculare plantare, (b)
ligamentum bifurcatum, (c) ligamentum plantare longum dan (d) ligamentum
calcaneocuboideum plantare.
7.
Persendian Intertarsalis lainnya, Articulatio Tarsometatarsales
dan Articulatio Intertarsalis
Persendian antara os
naviculare dengan ketiga buah os cuneiforme, persendian antara sesama os
cuneiforme, persendian antara os cuniforme intermedia dan os cuneiforme
laterate dengan basis ossis metatarsalis II dan III, persendian antara sesama
basis ossis metatarsalis II – IV dan persendian antara os cuneiforme laterate
dengan os cuboideum, masing-masing persendian tersebut mempunyai cavum
articulare tersendiri.
Terdapat sebuah cavum articularis bagi persendian antara
os cuboideum dengan basis ossis metatarsalis IV – V dan bagi persendian antara
basis metatarsalis IV – V. Juga terdapat sebuah cavum articularis lainnya bagi
persendian antara os cuneiforme mediale dengan basis metatarsalis I.
Semua persendian tersebut tadi
mempunyai ligamentum plantaris dan ligamentum dorsalis serta ligamentum
interosseus.
Ligamentum plantaris adalah
lebih tebal daripada ligamentum dorsalis. Ligamentum interosseum terdapat di
antara sesama os cuneiforme, di antara basis ossis metatarsalis satu sama
lainnya dan di antara os cuneiforme I – II – III dengan basis ossis
metatarsalis. Ligamentum interosseum letaknya lebih dekat ke arah plantaris
daripada ke arah dorsalis, dan membantu mempertahankan arcus pedis.
8.
Articulatio Metatarsophalangealis dan Articulatio
Interphalangealis
Articulatio METATARSOPHALANGEALIS berbentuk
ellipsoidea dan berkaitan dengan gerakan plantar flexi dan dorsiflexi. Articulatio
INTERPHALANGEALIS mempunyai bentuk condyloidea. Gerakan dorsoflexi pada
Articulatio METATARSOPHALANGEALIS adalah lebih luas daripada gerakan plantar
flexi. Hal yang sebaliknya terjadi pada Articulatio INTERPHALANGEALIS. M.extensor
hallucis longus, m.extensor digitorum longus dan m.extensor digitorum brevis
berperan pada Articulatio Metatarsophalangealis yang menghasilkan gerakan
Dorsoflexi.
Gerakan Dorsoflexi di mana jari I kaki difiksasi
dan badan seluruhnya bergerak pada Articulatio Metatarsophalangealis adalah
sangat penting dalam berjalan. Gerakan Plantarflexi dilakukan oleh
mm.lumbricales dan mm.interossei, dan dibantu oleh m.flexor digitorum longus,
m.quadratus plantae (=m.flexor accessories) dan m.flexor digitorum brevis. Gerakan
Abduksi dan Adduksi pada articulatio metatarsophalangealis terjadi pada axis
longitudinalis jari II. Pada gerakan Adduksi ibu jari bergerak mendekati jari
II, dilakukan oleh m.adduktor hallucis, dan gerakan Abduksi ibu jari dilakukan
oleh m.abductor hallucis. Gerakan Dorsoflexi pada Articulatio INTERPHALANGEALIS
jari I dilakukan oleh m.extensor hallucis longus. Flexi jari I pada articulatio
INTERPHALANGEALIS dilakukan oleh m.flexor hallucis longus.
ARTICULATIONES
VERTEBRALIS
1. ARTICULATIO INTERVERTEBRALIS
Terdiri
atas dua tipe, yaitu (a) tipe Vertebralis dan (b) the Limb type (= synovial
Joint)
a. Tipe Vertebralis terdiri atas bentuk Symphysis dan Syndesmosis.
Bentuk Symphisis
Berada pada linea mediana, seperti symphysis osseum
pubis, antara manubrium sterni dan corpus sterni. Berada di antara corpus
vertebrae, dipisahkan antara corpus vertebrae (difiksasi) oleh Discus
intervertebralis, dan juga difiksasi oleh ligamentum longitudinale anterius dan
ligamentum longitudinale posterius, berada mulai dari Sacrum sampai di
Basi-occiput.
Syndesmosis Vertebralis
Terdapat empat buah ligamenta:
·
Ligamentum FLAVUM, terdapat antar lamina vertebralis, membantu gerakan
(extensi sesudah flexi), kuat di regio lumbalis.
·
Ligamentum INTERSPINALE, terdapat antar processus spinosus.
·
Ligamentum SUPRASPINALE, terdapat antar ujung
processus spinosus, di regio cervicalis menjadi Ligamentum Nuchae.
·
Ligamentum INTERTRANSVERSUM, terdapat antar processus transversum, lemah.
b. SYNOVIAL JOINT
Dibentuk
antar processus articularis. Menghasilkan gerakan flexi, extensi, lateroflexi
dan rotasi. Gerakan yang paling luas berada pada regio cervicalis dan lumbalis.
2. JUNCTURA COSTOVERTEBRALIS
Articulus antara costa dengan vertebra thoracalis
terdapat pada dua tempat, yaitu (1)ARTICULATIO COSTOVERTEBRALIS merupakan suatu
articulus yang dibentuk oleh capitulum costae dengan corpus
vertebrae.(2)ARTICULATIO COSTOTRANSVERSARIA dibentuk oleh tuberculum costae
dengan processus transversus vertebrae thoracalis.
3. JUNCTURA COSTOSTERNALIS
Dari ketujuh pasang costae verae hanya costa I yang
berhubungan dengan sternum secara synarthrosis, yaitu Synchondrosis sternocotalis
costae I, sedangkan yang lain berhubungan secara diarthrosis pada articulations
sternocostales.
STABILITAS TUBUH
KERJA PENGUNGKIT (= LEVER)
PADA ALAT GERAK
Mempunyai tiga buah komponen,
yaitu (1) articulus merupakan Titik Penyokong, (2) otot sebagai Gaya dan (3)
Beban adalah berat bagian yang digerakkan.
KESEIMBANGAN BADAN
Pada sikap biasa titik
berat badan berada di atas axis transversal yang melalui kedua articulatio
coxae. Jadi badan berada dalam Keseimbangan Labil karena titik berat
terdapat di atas titik penyokong. Pada sikap ini panggul letaknya sedemikian
rupa sehingga spina iliaca anterior superior dan tuberculum pubicum terdapat
dalam satu bidang frontal, incisura acetabuli menghadap ke caudal, dan bidang
yang melalui adirus pelvis membentuk sudut 60 derajat dengan bidang datar (= inclinatio
pelvis = miring pelvis ).
M Y O L O G I
MYOLOGI UMUM
Istilah Myologi berasal dari kata
latin Mus yang berarti seekor tikus kecil, yang mempunyai caput, venter dan
cauda. Ada tiga tipe musculus, yaitu (1) otot skelet atau otot volunter,
terdapat pada extremitas, dinding badan, (2) otot polos atau otot visceral (=
otot involunter), terdapat pada dinding gaster, intestinum, dinding arteri, dan
(3) otot jantung, terdapat pada cor. Secara fungsional otot skelet berada di bawah pengaruh
kehendak, dapat dikendalikan ; otot polos dan otot jantung bekerja secara
otonom.
STRUKTUR OTOT
Secara
mikroskopis otot skelet kelihatan bercorak, disebut otot bercorak atau otot
seran lintang. Otot skelet terdiri dari sejumlah myofibril, yang merupakan sel
otot berbentuk memanjang dengan beberapa nuclei. Protoplasma sel otot disebut
sarcoplasma, dan sarcoplasma dibungkus oleh sarcolemma.
Ujung-ujung
otot mengadakan perlekatan pada tulang, fascia dan sesama otot lainnya (otot
mimik). Ujung otot yang melekat pada tulang terdiri atas jaringan ikat padat,
berbentuk bulat, dinamakan tendo, atau berbentuk lembaran, disebut aponeurose.
Perlekatan otot di abgian proximal disebut origo (=
punctum fixum) dan perlekatan di bagian distal disebut insertio (=
punctum mobile). Bagian otot yang berada di bagian kedua ujungnya disebut
venter, dan ujung-ujung otot dinamakan caput dan cauda.
Myofibril
mempunyai sifat kontraktil, vascular, tahan terhadap infeksi, tidak tahan
terhadap tekanan dan gesekan. Sebaliknya tendo tidak kontraktil, non vascular,
tahan terhadap tekanan dan gesekan.
Pada
tempat-tempat di mana tendo bergesekan dengan tulang, maka tendo dilindungi
oleh bursa mucosa dan synovial sheath.
Bursa mucosa berbentuk kantong, berisi sedikit cairan, berfungsi
sebagai bantal untuk tendo ; diklasifikasikan menjadi bursa mucosa
subtendinosa, articularis dan subcutanea.
Bursa mucosa subtendinosa melindungi tendo terhadap
gesekan pada tulang, cartilago, ligamentum atau tendo lainnya ( banyak terdapat
pada extremitas ).
Bursa mucosa articularis merupakan bagian dari suatu
cavum articulare, aeperti yang terdapat di antara dens epistrophei dan
ligamentum atlantis, juga terdapat pada articulatio metacarpophalangealis.
Bursa mucosa subcutanea terdapat pada (a) bagian konveks
dari suatu articulus di mana keadaan
fleksi bagian tersebut
dapat bebas bergerak, misalnya di dorsalis olecranon (= bursa olecranon), di ventralis
articulatio genu (= bursa prepatellaris), dan (b) di atas tonjolan tulang dan
ligamentum, misalnya pada acromion, ligamentum patellae, tuberositas tibiae dan
insertio tendo calcanea.
Synovial sheath adalah suatu kantong berbentuk tubulus
<tabung> yang membungkus tendo, terdiri dari dua buah tubulus, satu
berada di sebelah profunda dan yang lain disebelah superficialis. Tabung yang
superficialis (= tabung parietalis)
terpisah oleh suatu celah dari tabung profunda (= tabung viscelaris) yang
melekat langsung pada tendo. Celah synovialis ,e,beri peluang kepada tendo
untuk bergerak dengan bebas. Peralihan tabung parietalis menjadi tabung
visceralis disebut mesotendon, yang dilalui oleh pembuluh darah.
Synovial sheath hanya terdapat pada tendo yang mengalami
gesekan atau tekanan pada dua permukaan atau lebih, misalnya pada manus dan
pedis. Celah synovialis berisi cairan synovial, yang serupa dengan cairan yang
terdapat dalam bursa mucosa.
FASCIA adalah lembaran jaringan ikat
yang membungkus dan berada di sebelah profunda kulit. Terdiri dari fascia
superficialis dan fascia profunda. Fascia superficialis (= fascia subcutanea,
tela subcutanea) terletak di sebelah profunda cutis, terdiri dari dua lapisan,
yaitu lapisan superficialis, disebut panniculus adiposus, yang mengandung
timbunan lemak. Panniculus adiposus bisa menebal sampai beberapa sentimeter,
tetapi bisa juga tidak ada lemak sama sekali. Lapisan profunda tipis, tidak
mengandung lemak, banyak mengandung jaringan elastik. Kedua lapisan tersebut
melekat satu sama lain, tetapi di bagian inferior dinding cavum abdominis dapat
dipisahkan. Diu antara kedua lapisan tersebut terdapat arteri, vena, nervus,
ductus lynphaticus, glandula mammae, sebagian otot mimik, platysma myoides. Di
daerah dorsum manus fascia superficialis mudah dipisahkan (diangkat) dari fascia profunda.
Fascia profunda
membungkus otot dan struktur-struktur yang terkait, selain itu fascia profunda
membentuk septum intermusculare yang memisahkan kelompok-kelompok otot, seperti
kelompok otot extensor dan otot flexor pada extremitas suyperior.
Salah satu fungsi fascia adalah membantu kelancaran
circulasi darah.
VASCULARISASI
Suplai darah diperoleh dari pembuluh
darah yang masuk ke dalam otot, bisa melalui suatu tempat pada ujung otot
(m.gastrocnemius), pada bagian tengah otot (m.biceps brachii) ataupun di
beberapa tempat. Membentuk anatomase untuk mensuplai semua myofibril.
INNERVASI
Saraf
yang menuju ke otot adalah suatu mixed nerve, terdiri dari 3/5 bagian serabut
notoris (efferent) dan 2/5 bagian serabut sensibel (afferent). Serabut efferent menuju end-plates dan serabut afferent berasal dari
suatu receptor (antara lain : free nerve endings).
NOMENCLATUR
Pemberian nama pada suatu otot ditentukan oleh :
1.
Bentuk (shape), misalnya m.trapezius, m.rhomboideus, m.quadratus femoris.
2. General form, misalnya m.palmaris longus, m.serratus, m.gracilis,
m.latissimus dorsi, m.vastus.
3. Jumlah caput atau venter, mis. m.biceps, m.triceps, m.quadriceps,
m.digastricus.
4. Struktur, mis. m.semitendinosus, m.semimembranosus
5. Lokalisasi, mis. m.temporalis, m.supraspinatus, m.tibialis anterior.
6.
Tempat perlekatan, mis. m.stylo-hyoideus, m. brachio-radialis.
7. Fungsi (action), mis. m.flexor dan extensor carpi ulnaris.
8. Arah myofibril, mis. m.rectus abdominis, m.obliquus abdominis
9. Kombinasi, mis. m.obliquus externus abdominis, m.rectus femoris.
MYOLOGI KHUSUS
REGIO COLLI
1.
M.Platysma myoides
Otot
ini berbentuk suatu lembaran segiempat yang berada di sebelah superficila
fascia colli superficialis dan di sebelah profunda kulit, meluas dari regio
pectoralis ( setinggi Costa 2 ) sampai ke wajah.
2.
M.Sternocleidomastoideus
Istilah
clei memberi pengertian clavicula dan otot ini dapat disebut
m.sternomastoideus. otot ini meluas dari articulatio sternoclavicularis sampai
pada processus mastoidus, terletak oblique pada collum dan memisahkan regio
colli anterius daripada regio colli laterale. Perlekatan di bagian inferior
(origo) dengan perantaraan dua buah caput, yaitu :
·
Caput sternalis
yang berupa tendo bulat, kecil dan melekat pada bagian lateral permukaan
ventral manubrium sterni
·
Caput clavicularis
yang berbentuk lebar dan terdiri dari serabut-serabut otot dan melekat pada
sisi cranialis sepertiga bagian medila clavicula.
Peranan: kontraksi m.sternocleidomastoideus pada satu pihak
menyebabkan processus mastoideus atau telinga pada pihak bersangkutan turun ke
caudal, sedangkan mentum (chin) terangkat ke sisi yang berlawanan; keadaan ini
dapat terjadi karena spasme oleh berbagai causa dan posisi ini disebut torticollis atau wryneck
Kontraksi m.sternocleidomastoideus secara bersamaan
pada kedua pihak dapat mengakibatkan gerakan flexi kepala, namun bilamana
posisi kepala sedemikian rupa sehingga gaya beratnya berada di sebelah dorsal
articulatio atlanto-occipitalis maka yang terjadi adalah gerakan extensi.
Bilamana terjadi kontraksi yang sinergistik dari otot-otot kelompok erector
spinae maka kontraksi kedua m.sternocleidomastoideus dapat menimbulkan gerakan
protraksi dari kepala (misalnya melihat melalui pundak seseorang).
3.
M.Trapezius
M.trapezius
pada satu sisi berbentuk segitiga dan bersama-sama dengan sisi yang lain
berbentuk trapezius, letak superficial di leher (regio nuchae) dan pada dinding
dorsal thorax. Terdiri atas tiga bagian, yaitu pars superior (= pars
descendens), pars medialis (= pars transversa) dan pars inferior (= pars
ascendens). Otot ini berperan pada kepala dan scapula.
Peranan : mengangkat
gelang bahu (shoulder girdle) dan
dengan sendirinya mengangkat scapula. Kontraksi pada satu pihak mengakibatkan
kepala berputar ke arah pihak berlawanan, dan kontraksi pada kedua pihak secara
bersamaan menghasilkan gerakan extensi kepala
4.
M.Levator scapulae
Mempunyai
origo pada processus transversus vertebrae cervicalis C
1 – 4 dan mengadakan insertio pada angulus superior scapulae. Di sebelah
cranialis ditutupi oleh m.sternocleidomastoideus dan di sebelah caudal ditutupi
oleh m.trapezius. Otot ini turut membentuk lantai dari trig.colli pasterius.
Bersama-sama dengan m.trapezius pars cranialis otot tersebut tadi
berfungsi mengangkat scapula.
5.
M.Scaleneus medius
Berasal
dari tuberculum posterius processus transversus V.C. 1 – 7, mengadakan insersi
pada permukaan superior costa I di sebelah dorsal sulcus arteria subclaviae. Otot
ini lebih besar dan lebih kuat daripada m.scalenus anterior. Arteria subclavia
berjalan diantara otot ini dan m.scalenus anterior.
6.
M.Scaleneus anterior
Otot
ini berada di sebelah profunda dari m.sternocleidomastoideus, mempunyai origo
pada tuberculum anterius processus transversus vertebra cervicalis 3 – 6 dan
mengadakan insertio pada tuberculum scaleni costa prima.
7.
M.Scaleneus posterior
Merupakan
otot yang paling kecil bila dibandingkan dengan kedua mm.scaleni lainnya,
mengadakan origo pada tuberculum posterius processus transversus V.C.5 – 7 dan
berinsertio pada costa II di sebelah dorsal perlekatan m.serratus anterior.
Peranan mm.scalenis : mengangkat costa I dan II sehingga merupakan otot
inspirasi, selain itu dapat melakukan rotasi dan flexi leher.
8.
Otot-otot infrahyoideus
a.
M.sternohyoideus
b.
M.sternothreoideus
c.
M.thyreohyoideus
d.
M.omohyoideus
REGIO PECTORALIS
1.
M.pectoralis major
Berbentuk kipas, berada pada facies anterior
dinding thorax dan axilla, Berorigo pada (a) pars medialis claviculae, bagian
otot ini disebut pars clavicularis atau caput clavicularis, (b) facies anterior
sternum dan costa II – VII, bagian ini disebut pars sternocostalis, bertemu
dengan pihak sebelah pada linea mediana, dan (c) pars abdominalis yang melekat
pada aponeurosis m.obliquus externus abdominis.
Insertio otot ini melekat pada crista tuberculis
majoris humeri dengan perantaraan suatu tendo yang serabut-serabutnya
bersilangan membentuk huruf “U”. Serabut
dari pars clavicularis membentuk kaki depan huruf U tersebut ( berada
di bagian caudal ) dan serabut-serabut dari pars sternocostalis dan pars
abdominalis membentuk kaki posterior dari huruf U yang dimaksud ( berada di
abgian cranial ).
2.
M. pectoralis minor
Berada di sebelah profunda dari m.pectoralis major,
pada facies ventralis dinding thorax. Mengadakan origo pada facies superficialis
costa III – V, arah serabut otot ke craniolatertal, dan mengadakan insertio
pada processus coracoideus scapulae.
REGIO LUMBOTHORACALIS
M. Latissimus dorsi
Berbentuk kipas, berada pda regio lumbalis dan di bagian
caudalis regio thoracalis dorsalis. Ujung distal otot ini membentuk batas
posterior fossa axillaris. Origo otot ini berada pada pars dorsalis crista
iliaca, processus spinosus vertebra lumbalis I – V dan vertebra VII – XII (
nelalui fascia lumbodorsalis ), arah myofibril ke craniolateral menuju (
insertio ) crista tuberculi minoris humeri. Bagian cranialis otot ini berada di
sebelah profunda m.trapezius pars ascendens.
REGIO SCAPULARIS
1.
M. Rhomboideus major
Otot
ini berbentuk rhomboid (segiempat) dan tipis, ditutupi oleh m.trapezius, berada
di sebelah superficialis dari m.serratus posterior superior. Berasal dari
(origo) processus spinosus vertebra thoracalis II –V, arah myofibril
caudolateral menuju ke margo vertebralis scapulae (insertio) di sebelah
caudalis dari spina scapulae sampai pada angulus inferior scapulae.
2.
M. Rhomboideus minor
Myofibril otot ini berjalan sejajar, berada di
cranalis m.rhomboideus major, mengadakan origo pada caudalis ligamentum nuchae,
processus spinosus vertebra cervicalis VII dan vertebra thoracalis I, berinsertio
pada spina scapulae.
3.
M. Serratus anterior
Berbentuk lembaran yang luas, menghubungkan margo
vertebralis scapulae dengan costae, berada pada bagian laterocranial dinding
thorax. Mengadakan origo pada facies externus costa I – VIII di sebelah lateral
origo m.pectoralis minor, myofibrilnya berjalan ke dorsal pada dinding thorax,
berada di antara costa dan facies costalis scapulae, mengadalan insertio pada
margo medialis scapulae.
4.
M. Supraspinatus
Berasal dari 2/3 bagisn medial fossa suprspinatan
berjalan ke lateral di sebelah caudal acromion, di sebelah profunda
m.deltoideus dan m.trapezius, menyilang articulatio humeri di bagian cranial,
dan mengadakan indertio pada tuberculum majus humeri.
5.
M. Infraspinatus
Berorigo pada 2/3 bagian medial fossa infraspinatus,
myofibril di bagian cranial berjalan horizontal, sedangkan myofibril di bagian
caudal berjalan oblique menuju ke lateral, menyilang facies dorsalis
articulatio humeri, mengadakan insertio pada tuberculum amjus di bagian dorsal,
yakni di antara insertio m.supraspinatus dan m.teres minor.
6.
M. Teres minor
Terletak di sebelah cranialis m. teres major.
Mengadakan origo pada facies dorsalis margo axillaris scapulae, berjalan
sejajar dengan myofibril m. teres major menuju ke lateral, berada di sebelah dorsal
articulatio humeri. Berinsertio pada facies dorsalis tuberculum majus humeri.
7.
M. Teres major
Berorigo pada facies dorsalis angulus inferior
scapulae berada di sebelah caudalis m. teres minor, berjalan ke craniolateral
di sebelah ventral caput longum m. tricipitis, melingkari facies medialis
humerus menuju ke ventral dan mengadakan insertio pada crista tuberculi minoris
humeri.
8.
M. Subscapularis
Secara morfologis adalah suatu otot multipennatus
yang sangat kuat dan terletak di dalam fossa subscapularis. Berasal dari dua
pertiga bagian medial fossa subscapularis, berjalan ke lateral menyilang di
sebelah ventral articulatio humeri, mengadakan insertio pada tuberculum minus
humeri.
REGIO DELTOIDEA
M. Deltoideus
Berbentuk segitiga ( delta ), besar, tebak,
terletak di sebelah superficial articulatio humeri. Terdiri dari : (1) pars
anterior (= pars clavicularis), melekat pada pars lateralis claviculae, (2)
pars lateralis (=pars acromialis), melekat pada acromion, dan (3) pars dorsalis
(= pars scapularis), melekat pada margo inferior spina scapulae. Ujung distal
ketiga bagian otot ini bersatu dan mengdakan insertio pada tuberositas
deltoidea humeri.
REGIO BRACHIUM
1. M. triceps brachii
Mengadakan origo pada 3 tempat dengan perantaraan 3
buah caput. Caput logam melekat pada tuberositas infraglenoidalis, caput
laterale melekat pada facies posterior corpus humeri di sebelah cranialis
sulcus spiralis, dan caput mediale mengadakan perlekatan pada facies posterior
corpus humeri di sebelah caudal sulcus spiralis. Caput
mediale ditutupi oleh aponeurose dari caput longum dan caput laterale.
2. M. biceps brachii
Terletak pada bagian anterior brachium, mengadakan perlekatan ( origo )
di scapula melalui dua buah caput, sebagai berikut :
(a) Caput Breve pada processus coracoideus
(b) Caput Longum pada tuberositas supraglenoidalis.
Dan
mengadakan insertio pada tuberositas radii dan pada aponeurose bicipitalis ( =
lacertus fibrosus).
3. M. brachialis
Membentuk origo pada facies anterior seperdua ujung
distal humerus, melintasi facies ventralis articulatio cubiti, sebagian besar
ditutupi oleh m. biceps brachii, mengadakan insertio pada facies anterior
processus coronoideus ulnae dan pada tuberositas ulnae.
4. M. coracobrachialis
B erada pada bagian craniomedial
brachium. Membentuk origo pada processus coracoideus scapulae bersama-sama
dengan m. biceps brachii caput breve, berjalan turun di sebelah dorsal
pertengahan m. biceps brachii, mengadakan insertio pada sisi medial pertengahan
humerus.
REGIO ANTEBRACHIUM
a. Gugus ventralis
Superficialis
1. M. Pronator Teres
Otot ini relatif pendek, melekat di bagian proximal dengan perantaraan
dua buah caput, yaitu (a) caput humerale, besar, melekat pada epicondylus
medialis humeri dan pada septum intermusculare mediale dan (b) caput ulnare
yang melekat pada processus coronoideus ulnae. Mengadakan insertio pada facies
lateralis pertengahan radius, ditutupi oleh m.brachioradialis.
2. M. Flexor
Terletak di sebelah medial
dari m.pronator teres pada facies ventralis antebrachium. Berorigo pada
epicondylus medialis humeri di sebelah distal dari origo m.pranator teres. Otot
ini berjalan ke distal, pada pertengahaan antebrachium dilanjutkan oleh suatu
tendo yang semakin ke arah distal semakin mengecil berupa tali, terletak di
sebelah lateral linea mediana antebrachii, selanjutnya berjalan di sebelah
profunda ligamentum carpi transversum (= retinaculum flexoren ), berada di
ventralis os multangulum majus, dan mengadakan insertio pada basis ossis
metacarpalis II dan III.
3. M.Palmaris Longus
Berada di sebelah medial
m.flexor carpi radialis, mengadakan origo pada epicondylus medialis humeri,
berjalan lurus ke distal pada facies volaris antebrachium dan pada pertengahan
antebrachium serabut-serabut otot ini dilanjutkan oleh tendo, yang selanjutnya
berjalan pada permukaan ventral wrist joint, berada di sebelah superficialis
ligamentum carpi transversum, mengadakan insersio pada aponeurosis palmaris.
Pada daerah pergelangan tangan tendo otot ini terletak di sebelah medial dari
tendo m.flexor carpi radialis, berjalan searah dengan tendo m. flexor digitorum
sublimis yang menuju ke jari III.
4. M.Flexor Carpi Ulnaris
Terletak paling medial dan membentuk sisi medial
dan membentuk sisi medialis antebrachium, membentuk origo melalui caput humerale
dan caput ulnare, yang dihubungkan satu sama lain oleh suatu arcus tendinosus.
Caput humerale melekat pada epicondylus medialis humeri dan caput ulnare
mengadakan perlekatan pada sisi medial olecranon dan pada 2/3 bagian cranialis
margo posterior ulna, membentuk suatu tendo yang panjang dan berinsertio pada
os pisiforme.
5. M. Flexor Digitorum Sublimis (Superficialis)
Mengadakan origo dengan tiga buah caput, yaitu
caput humerale, caput ulnare dan caput radiale. Caput humerale melekat pada
epicondylus medialis humeri dan ligamentum collaterale ulnare. Caput ulnare
melekat pada sisi medial processus coronoideus ulnae, dan caput radiale melekat
pada linea obliqua radii ( berada diantara perlekatan m.flexor pollicis longus
dan m.supinator ). Caput ulnare dihubungkan oleh suatu arcus tendinosus dengan
caput radiale, yang dilalui di sebelah profundanya oleh nervus medianus dan
a.ulnaris.
Selanjutnya
tendo m.flexor digitorum sublimis terbagi menjadi 4 buah tendo, berjalan di
dalam canalis carpi, dan disini tendo untuk jari III dan IV terletak di sebelah
superficialis tendo yang menuju ke jari II dan V. Ujung distal setiap tendo
terbagi menjadi dua bagian dan mengadakan insertio pada kedua sisi phalanx
medialis ; di antara kedua ujung tendo tersebut berjalan tendo m.flexor
digitorum profundus.
Profunda
1.
M. Flexor Digitorum
Profundus
Membentuk origo pada facies medialis et ventralis
dari ulna dan pada membrana interossea. Pada pertengahan antebrachium
serabut-serabut otot diganti oleh tendo, dan segera terbagi menjadi 4 tendo
yang lebih kecil, letak berdampingan satu sama lain di sebelah profunda
ligamentum carpi transversum. Masing-masing tendo berjalan menuju ke jari II –
V, melewati di bagian profunda insertio m.flexor digitorum sublimis, dan
mengadakan insertio pada facies palmaris phalanx distalis.
2.
M. Flexor Pollicis
Longus
Terletak paling lateral pada antebrachium dan pada
pergelangan tangan, mempunyai origo pada facies anterior radius, disebelah
lateral dari origo m.flexor digitorum sublimis, dan pada membrana interossea.
Seringkali ada seberkas serabut yang mengadakan perlekatan pada processus
coronoideus ulnae atau padsa epicondylus humeri. Pada pertengahan antebrachium
serabut otot diganti oleh tendo yang panjang, berjalan di sebelah profunda
ligamentum carpi transversum, berada di sebelah lateral dari tendo pertama m.
flexor digitorum profundus, selanjutnya berjalan di antara m.oppones pollicis
dan m.adductor pollicis, mengadakan insertio pada facies palmaris basis phalanx
distalis jari I.
3.
M. Pronator Quadratus
Berbentuk segiempat, berada pada facies anterior
ujung distal antebrachium. Berasal dari (origo) facies anterior ¼ bagian distal
ulna berjalan menyilang menuju ke facies anterior ¼ bagian distal radius.
b. Gugus radialis
Superficialis
1.
M. Brachioradialis
Terletak di
bagian superficial, menyilang permukaan lateroanterior articulatio cubiti.
Mengadakan origo pada margo lateralis ujung distal humerus dan pada septum
intermusculare laterale.
Pada
pertengahan antebrachium myofibril berakhir dan diganti dengan tendo yang
panjang, mengadakan insertio pada sisi lateral ujung distal radius di bagian
proximal processus styloideus radii. Pada tempat ini tendo tersebut disilangi
di sebelah superficialis oleh tendo m.abductor pollicis longus dan m.extensor
pollicis brevis, yang datangnya dari arah dorsalis.
2.
M. Extensor
Terletak di bagian lateroposterior antebrachium, sebagian ditutupi oleh
m. brachioradialis. Sebagian dari pars proximalis otot ini terletak di sebelah
anterior antebrachium, origonya berada di tiga tempat, yaitu (a) pada facies
anterior 1/3 bagian distal margo lateralis humeri, (b) pada septum
intermusculare laterale dan (c) pada epicondylus lateralis humeri. Berjalan ke
distal menyilang bagian latero-anterior articulatio cubiti. Di sebelah distal
articulatio cubiti otot ini berada di sebelah medial m.brachioradialis.
Peralihan serabut otot menjadi tendo terjadi setinggi tendo m.brachioradialis.
Tendo otot ini berjalan ke distal di sisi lateral radius, berada di sebelah medial
tendo m.brachioradialis. Di bagian distal antebrachium m.extensor carpi
radialis longus berjalan di sebelah profunda m. abductor pollicis longus dan
m.extensor pollicis brevis, lewat di sebelah profunda ligamentum carpi dorsale,
berada di sebelah dorsal processus styloideus radii, mengadakan insertio pada
facies dorsalis basis ossis metacarpalis II pada sisi radialis atau sisi
ulnarisnya.
3.
M. Extensor
Berasal dari epicondylus lateralis humeri di sebelah distal dari origo
m.extensor carpi radialis longus. Bagian proximal otot ini ditutupi oleh
m.extensor carpi radialis longus, dan berada di sebelah medialisnya. Di daerah
pergelangan tangan tendo m.extensor carpi radialis berjalan bersama-sama dengan
tendo m. extensor carpi radialis longus, dan kedua-duanya disilangi di sebelah
superficialis oleh abductor pollicis longus dan m. extensor pollicis brevis.
Berjalan di sebelah profunda ligamentum carpi dorsale, lalu mengadakan insertio
pada facies dorsalis basis ossis metacarpalis III pada sisi radialisnya.
Profunda
1.
M. Supinator
Mempunyai origo di tiga tempat, yaitu (a) pada
epicondylus lateralis humeri, (b) ligamentum collaterale radiale dan (c) crista
m.supinatoris ulnae. Tempat perlekatan ini membentuk suati garis diagonal, dari
sini serabut-serabut otot berjalan ke lateral untuk berinsertio pada facies
lateralis 1/3 bagian proximal radius setinggi tuberositas radii.
b. Gugus dorsalis
Superficialis
1.
M. Anconeus
Otot ini
kecil, berbentuk segitiga, berjalan diagonal menyilang bagian dorsal
articulatio cubiti. Berasal dari facies posterior epicondylus humeri, menuju ke
sisi lateral olecranon dan pars posterior ujung proximal ulna.
2.
M. Extensor Digitorum
Communis
Terletak di
sebelah lateral linea mediana antebrachii. Membentuk origo pada epicondylus
lateral humeri, berjalan lurus ke distal, berada di sebelah medial m.extensor
carpi radialis brevis. Di sebelah proximal pergelangan tangan serabut otot
diganti dengan tendo, yang selanjutnya terbagi menjadi 4 buah tendo yang lebih
kecil, berjalan di sebelah profunda ligamentum carpi dorsale, lalu berjalan di
sebelah dorsal articulatio metacarpophalangea, kemudian di sebelah dorsal
phalanx proximalis, dan mengadakan insertio di bagian dorsal basis phalanx
medialis dan basis phalanx distalis.
3.
M.Extensor Digiti
Quinti Proprius (M. Extensor Digiti Minimi)
Berada di
sebelah medial m.extensor digitorum communis dan serimg bergabung dengan otot
ini. Merupakan otot extensor untuk jari V. Berasal dari epicondylus lateralis
humeri, setinggi pergelangan tangan serabut otot diganti oleh tendo, yang
mengadakan insertio pada phalanx proximalis jari V.
4.
M.Extensor Carpi
Ulnaris
Berada pada
lapisan superficial permukaan dorsalis antebrachium, dipisahkan dari gugusan
otot-otot flexor oleh tepi posterior ulna. Membentuk origo pada epicondylus
lateralis humeri dan pada sisi posterior pertengahan ulna, terletak di sebelah
medial dari m.extensor digiti minimi dan berjalan ke distal pada permukaan
dorsal antebrachium.
Berjalan di sebelah profunda ligamentum carpi dorsale,
mengadakan insertio pada facies medialis basis ossis metacarpalis V.
Profunda
1.
M. Abductor Pollicis
Longus
Mengadakan origo di
tiga tempat, sebagai berikut : (a) sisi lateral facies posterior ulna di
sebelah distal origo m.supinator, (b) membrana interossea dan (c) permukaan
posterior 1/3 bagian intermedia radius.
Di bagian proximal antebrachium otot ini ditutupi oleh
m.extensor digitorum communis, berjalan turun ke lateral dan di bagian distal
antebrachium otot ini terletak di bagian superficial, menyilang m.extensor
carpi radialis longus et brevis, m.brachioradialis dan processus styloideus
radii, mengadakan insertio pada sisi radialis basis ossis metacarpalis I. Tendo
otot ini terletak paling radialis pada facies anterior pergelangan tangan.
2.
M.Extensor Pollicis
Brevis
Terletak di sebelah distal dan medial dari m.abductor
pollicis longus. Mempunyai origo pada facies dorsalis radius dan membrana
interossea di sebelah distal dari origo m.abductor pollicis longus, berjalan
sejajar dengan m.abductor pollicis longus menuju ke distal dan menyilang tendo
m.extensor carpi radialis longus et brevis. Berada di sebelah ventral processus
styloideus radii, dan mengadakan insertio pada facies dorsalis basis phalanx
proximalis jari I.
3.
M.Extensor Pollicis
Longus
Berasal
dari sisi lateral facies posterior 1/3 bagian medial ulna dan membrana
interossea. Tendonya menyilang bagian lateral facies posterior pergelangan
tangan, mengadakan insertio pada facies dorsalis basis phalanx distalis jari I.
Pada extensi jari I tendo ini tampak jelas membentuk batas medial dari
Tabatiere ( Anatomical snuff box ).
4. M.Extensor Indicis
Proprius
Terletak
paling medial dari kelompok otot dorsal antebrachium. Mengadakan origo pada
facies posterior ulna dan membrana interossea antebrachii, yaitu di sebelah
distal perlekatan m.extensor pollicis longus. Berjalan melewati ligamentum carpi dorsale
bersama-sama dengan tendo m.extensor digitorum communis. Setinggi caput ossis
metacarpalis II tendo m.extensor indicis proprius bergabung dengan tendo
m.extensor digitorum communis, menuju ke jari II pada sisi medialnya.
REGIO MANUS
a. Otot-otot thenar
1. M.abductor pollicis brevis
2.
M.opponens pollicis
3. M.flexor
pollicis brevis
4. M. adductor pollicis
b. Otot-otot hypothenar
1. M.palmaris brevis
2. M.abductor digiti quinti (V)
3. M.flexor
digiti quinti (V) brevis (= m.flexor digiti minimi)
4.
M.opponens digiti quinti (V)
c. Otot-otot lumbricales
d. Otot-otot interosseus
REGIO GLUTEA
1.
M. Gluteus maximus
Terletak paling superficial, bentuk rhomboid, sangat besar dan tebal.
Berasal dari spina iliaca posterior superior, ujung os coccygeus, ligamentum
sacrotuberosum, os ilium di sebelah dorsal dari linea glutea posterior dan pada
fascia lumbodorsalis. Berjalan ke caudo-lateral, serabut-serabut otot bagian
superior mengadakan insertio pada tractus iliotibialis, dan serabut-serabut
otot bagian inferior (1/3 bagian) mengadakan insertio pada tuberositas glutea
femoris, yaitu di antara linea aspera dan trochanter major. Tepi posterior m.gluteus
maximus menutupi tuber ischiadicum dan pangkal otot hamstring pada posisi
extensi articulatio coxae; pada posisi duduk maka tepi caudalis otot ini
bergeser ke lateral sehingga tuber ischiadicum tidak terlindung sama sekali di
tempat ini terdapat suatu bursa mucoa.
2.
M. Gluteus medius
Di bagian cranialis melekat
pada os ilium di antara linea glutea anterior dan linea posterior. Di bagian
caudalis melekat (insertio) pada facies lateralis trochanter major. Bagian
posterior otot ini ditutupi oleh m.gluteus maximus dan bagian anterior ditutupi
oleh m.tensor fasciae latae.
3.
M. Gluteus minimus
Membentuk origo pada os ilium di antara linea glutea anterior dan linea
glutea inferior. Di sebelah caudal melekat (insertio) pada facies anterior
trochanter major. Seluruh otot berada di sebelah profunda m.gluteus medius.
Capsula articularis coxae ditutupi oleh m.gluteus minimus.
4.
M. Tensor Fascia Latae
Melekat pada crista iliaca di sebelah posterior dari
spina iliaca anterior superior dan mengadakan insertio pada tractus
iliotibialis. Otot ini membentuk penonjolan di sebelah
caudo-lateral crista iliaca.
5.
M. Piriformis
Melekat pada facies anterior
pertangahan os sacrum, meninggalkan pelvis melalui foramen ischiadicum majus,
mangadakan insertio pada tepi cranialis trochanter major. Di dalam pelvis otot
ini berada di sebelah posterior dari plexus sacralis. Foramen ischiadicum majus dibentuk oleh incisura ischiadicum major
denagan ligamentum sacrospinosum.
6.
M. Obturator internus
Berbentuk segitiga, terletak pada dinding lateral pelvis,
megadakam perlekatan (origo) pada tepi foramen obturatorium dan facies
profundus membrana obturatoris. Meninggalkan pelvis dengan melewati foramen
ischiadicum minus, lalu menyilang di sebelah dorsal articulatio coxae (foramen
ischiadicum minus dibentuk oleh incisure ischiadicum minor, ligamentum
sacrospinosus dan ligamentum sactuberosum). Membentuk
insertio pada bagian anterior ujung cranialis trochanter major.
7.
M. Gamellus superior
Otot ini
berorigo pada spina ischiadica dan membentuk insertio pada trochanter major, bersama-sama dengan dengan
insertio m.obturator internus.
8.
M. Gamellus inferior
M.gemellus
inferior, yang berorigo pada tuber ischiadicum. dan membentuk insertio pada trochanter majo
9.
M. Quadratus femoris
Berbentuk segiempat dan datar, berasal dari tepi lateral tuber
ischiadicum, berjalan ke lateral menuju ke femur untuk mengadakan insertio pada
crista intertrochanterica. Otot ini berada di sebelah posterior dari tendo
m.obturator externus dan ditutupi oleh m.gluteus maximus.
REGIO FEMORIS
a.
ventralis
1.
M. Rectus Femoris
Terletak di
bagian superficial pada facies ventralis regio femoris, berada di antara
m.vastus lateralis. Membentuk origo pada spina iliaca anterior inferior (caput
rectum) dan pada os ilium di cranalis acetebulum (caput obliquum). Mengadakan insertio pada
tuberositas tibiae dengan perantaraan ligamentum patallae. Di dalam ligamentum
patellae terdapat os patella (os sesamoideum).
2.
M. vastus medialis
Mengadakan perlekatan pada labium mediale lineae asperea
femoris
3.
M. Vastus Lateralis
Mengadakan pendekatan pada facies ventro-lateral
trochanter major dan labium lateral lineae asperea femoris
4.
M. Vastus Intermedius
Membentuk
origo pada facies ventro-lateral corpus femoria.
5.
M. Sartorius
Merupakan otot yang terpanjang pada tubuh manusia.
Mengadakan origo pada spina iliaca anterior superior bersama-sama dengan tempat
perlekatan ligamentum inguinale, berjalan oblique dari cranio-ventral menuju
caudo-lateral, mengadakan insertio pada facies medialis bagian caudal tuberositas
tibiae. Terletak superficial, membentuk batas lateral
trigonum femorale dan turut membentuk canalis adductoris. Menyilang condylus
medialis tibiae, ligamentum collaterale tibiale, tendo m. gracilis dan tendo
m.semitendinosus.
M.sartorius,
m.gracilis dan m.semitendinosus mengadakan insertio pada tempat yang sama,
mempunyai fungsi yang sama, tetapi mendapatkan innervasi yang berbeda, dan
letak dari serabut-serabur otot tersebut pada daerah yang berbeda.
b. medialis
1.
M. Gracilis
Otot yang panjang, terletak superficial
di bagian medialis regio femoris. Mengadakan origo pada ramus inferior ossis
pubis dan ramus inferior ossis ischii, berjalan turun vertikal menyilang facies
medialis articulus genus, mengadakan insertio bersama-sama dengan m.sartorius.
2.
M. Pectineus
Berasal dari ramus superior
ossis pubis dan pecten ossis pubis, berjalan ke caudo-dorsal di sebelah
medialis articulatio coxae, mengadakan inserio pada linea pectinea femoris.
3.
M. Adductor Longus
Letak superficial, berasal darai ramus superior pubis,
berjalan turun ke lateral dan megadakan insertio pada labium mediale linea
aspera.
4.
M. Adductor Brevis
Berada di sebelah dorsal m.adductor longus dan
m.pectineus, berbentuk segitiga dan tebal, mengadakan origo pada ramus inferior
ossis pubis. Berjalan ke lateral, hampir horizontal, mengadakan insersi pada
labium mediale linea aspera femoris.
5.
M. Adductor Magnus
Lebih besar daripada kedua mm.adductores lainnya, terletak di sebelah
dorsal m.adductor brevis et longus. Mengadakan origo pada ramus inferior ossis
pubis, ramus inferior ossis ischii dan tuber ischiadicum. Serabut otot di
bagian cranial arahnya hampir horizontal dan serabut-serabut otot lainnya
hampir vertikal. Membentuk insertio pada labium mediale linea aspera femoris
dan pada epicondylus medialis femoris. Di antara kedua tempat insersi ini terbentuk hiatus
tendineus (= hiatus adductorius).
c. dorsal
1.
M. Biceps Femoris
Mempunyai dua buah caput, yaitu caput longum dan caput breve. Caput
longum berorigo pada pars medialis tuber ischiadicum bersama-sama dengan
m.semitendinisus. Caput breve mengadakan origo pada laboum lateral lineae
asperae femoris, di sebelah distal dari insersi m.glueus, di sebelah medial
dari origo m.vastus lateralis.
Serabut
otot dari capur breve bergabung dengan serabut otot dari caput longum ( pada
permukaan profundanya ) dan bersama-sama membentuk suatu tendo yang membetasi
dinding latero-cranial fossa poplitea, mengadakan insertio pada capitulum
fibulae.
2.
M. Semi Tendinosus
Membentuk origo bersama-sana dengan caput longum m.biceps fe,oris pada
pars medialis tuber ischiadicum, berjalan turun di sebelah medial dan berada di
sebelah superficial m.membranosus, berakhir dengan suatu tendo yang panjang dan
mengadakan insertio pada facies medialis ujung proximal tibia di sebelah dorsal
perlekatan m.sartorius dan m.gracilis.
3.
M. semi membranosus
Mengadakan perlekatan pada
pars lateralis tuber ischiadicum, berjalan turun pada sisi medial regio
posterior femoris. Mula-mula ditutupi oleh caput longum m.biceps femoris dan
makin ke caudalis ditutupi oleh m.semitendinosus. Membentuk insertio pada
facies posterior condylus medialis tibiae.
REGIO
CRURIS
a. Ventral
1.
M. Tibialis Anterior
Mempunyai
origo pada facies lateralis condylus lateralis tibiae, facies lateralis 2/3
bagian proximal tibia, pada membrana interossea cruris dan fascia profunda
cruris. Pada 1/3 bagian distal crus serabut-serabut otot berganti dengan tendo,
yang berjalan pada bagian ventral ujung distal tibia, mengadakan insertio pada
sisi medial os cuneiforme I dan pada basis ossis metatarsalis I. Di bagian
distal crus tendo m.tibialis anterior terletak paling medial.
2.
M. Extensor Digitorum
Longus
Berbentuk
unipennetus, terletak pada facies anterior cruris bersam-sama dengan m.tibialis
anterior. Pada sepertiga bagian cranial crus kedua otot tersebut berada
berdampingan satu sama lain, m.extensor digitorum longus terletak di sebelah
lateral dari m.tibialis anterior. Origo berada pada capitulum fibulae dan
crista anterior fibulae ( 3/4 bagian proximal fibulae ), condylus lateralis tibiae,
septum intermusculare anterius, membrana interossea cruris dan pada fascia
cruris. Berjalan turun, di ujung distal crus tendo otot ini terletak di sebelah
lateral dari tendo m.extensor hallucis longus, selanjutnya membentuk empat buah
ujung tendo terbagi menjadi tiga bagian, bagian yang medial berinsertio pada
basisi phalanx medialis jari II – III – IV – V dan dua bagian lainnya melekat
pada phalanx distalis jari II – III – IV – V.
3.
M. Extensor Hallucis
Longus
Pada seperdua bagian proximal crus otot ini ditutupi oleh m.tibialis
anterior dan m.extensor digitorum longus. Membentuk origo pada bagian tengah
fibula, yaitu pada crista anterior fibulae di sebelah medial dari origo
m.extensor digitorum longus, dan pada membrana interossea cruris. Di bagian distal
crus serabut-serabut otot dan tendo m.extensor hallucis longus berjalan di
antara m.tibialis anterior dan tendo m.extensor digitorum longus. Selanjutnya
berjalan ke ventral pada dorsum pedis dan membentuk insertio pada basis phalanx
distalis jari I (ibu jari kaki = hallux)
b. Lateral
1.
M. Peroneus Longus
Berbentuk bipennatus, terletak paling
superficial pada bagian lateral crus, mengadakan origo pada aspectus lateralis
dari 2/3 bagian cranial fibula, capitulum fibulae dan pada condylus lateralis
tibiae. Mempunyai tendo yang panjang, terletak di sebelah superficial tendo
m.peronaesus brevis ketika berada di sebelah dorsal malleolus lateralis, lalu menyilang sisi
lateral os calcaneus ( di caudalis processus trochleris calcanei ) dan os
cuboideum, masuk ke daerah planta pedis. Berada di sebelah anterior tuberositas
ossis cuboidei ( pada sulcus tendinis m.peronaei longi ) dan mengadakan insertio pada sisi lateral os
cuneiforme I dan basis ossis metatarsalis I berdekatan dengan insersi tendo
m.tibialis anterior. Pada planta
pedis tendo m.peronaeus longus
ditutupi ( berada di sebelah profundus) oleh ligamentum plantare longum,
m.adductor hallucis, tendo m.flexor hallucis longus dan tendo m.flexor hallucis
brevis.
2.
M. Peroneus Brevis
Terletak di
sebelah profunda m.peronaeus longus dan agak ke anterior. Berasal dari facies
lateralis 2/3 bagian distal fibula, serabut-serabut otot dilanjutkan oleh tendo
yang panjang, yang berjalan turun dan berada di sebelah dorsal malleolus
lateralis, lalu menuju ke anterior berada di sepanjang sisi lateral os
calcaneus, yaitu di sebelah cranialis processus trochlearis calcanei, dan
setelah menyilang os cuboideum tendo otot ini mengadakan insertio pada sisi
lateral basis ossis metatarsalis V.
c. Dorsal
1.
M. Gastrocnemius
Mempunyai
dua buah caput yang datar, yaitu caput lateralis dan caput mediale. Caput
laterale berorigo pada epicondylus lateralis femoris di sebelah cranialis dari
origo m.popliteus; di dalam tendo ini sering ditemukan os sesamoideum. Caput
mediale berorigo pada planum popliteum di cranialis condylus medialis femoris,
ditutupi oleh m.semimembranosus.
Kedua
venter dari otot ini pada pertengahan crus berakhir pada suatu aponeurosis,
yang selanjutnya bergabung dengan aponeurosis dari m.soleus dan tendo m.plantaris
membentuk tendo calcaneus (= Tendo Achillis ), megadakan insertio pada
facies posterior calcaneus. Di antara tendo calcaneus dengan os calcaneus
terdapat suatu bursa mucosa.
2.
M. Soleus
Melekat pada capitulum fibulae, 1/3 bagian proximal
fibulae, linea soleus (= linea oblique tibiae = linea poplitea tibiae ) dan
tepi medial tibia di caudalis linea oblique. Otot ini tidak menyilang articulus
genus. Origonya berbentuk huruf “U” (
tapal kuda ) dan dilalui di sebelah ventralnya oleh vasa tibialis posterior dan
nervus tibialis. M.soleus berada di sebelah
ventral m.gastrocnemius, tepi medial dan tepi lateralnya terletak superficial.
Tendo m.soleus bergabung dengan aponeurosis m.gastrocnemius membentuk tendo
calcaneus, mengadakan insertio pada facies posterior os calcaneus
3.
M. Plantaris
Berorigo planum popliteum di cranialis origo caput laterale
m.gastrocnemius, mempunyai tendo yang panjang, berjalan turun di antara
m.gastrocnemius dan m.soleus, berada di sebelah medial tendo Achillis dan
bergabung dengan tendo ini.
4.
M. Flexor Hallucis
Longus
Mengadakan perlekatan pada facies posterior fibula di sebelah distal
dari perlekatan m.soleus. tendonya berjalan pada facies posterior talus, di
sebelah ventral tendo calcaneus, masuk ke daerah pedis dan berada pada facies
profundus retinaculum flexorum, lalu berjalan ke ventral di sebelah caudalis
sustentaculum tali. Tendo otot ini berada di sebelah profundus tendo m.flexor
digitorum longus dan di sebelah superficialis dari m.flexor hallucis brevis,
megadakan insertio pada basis phalanx dastalis jari I.
5.
M. Flexor Digitorum
Longus
Melekat pada facies posterior tibia di sebelah caudal dari origo
m.soleus dan di sebelah medial dari perlekatan m.tibialis posterior. Tendo otot
ini berjalan di sebelah posterior tendo m>tibialis posterior, lalu membelok
di sebelah dorsal malleolus medialis dan melanjutkan diri ke ventral di sebelah
profunda retinaculum flexorum, berada di caudalis dari tendo m.tibialis
posterior, berada pada sisi medial sustentaculum tali. Memasuki daerah planta
pedis tendo m.flexor digitorum longus berjalan di sebelah profunda m.abductor
hallucis, selanjutnya terbagi menjadi empat buah tendo dan mengadakan insertio
pada phalanx distalis jari II – III – IV – V.
6.
M. Tibialis Posterior
Berasal
dari bagian lateral facies posterior tibia di sebelah caudalis dari linea
soleus, membrana interossea cruris dan facies medialis fibulae. Membentu tendo
yang panjang, berada di sebelah dorsal malleolus medialis, lalu membelok di
caudalis malleolus medialis menuju ke ventral, menyilang facies medialis
ligamentum deltoideus dan ligamentum calcaneonaviculare, mengadakan insertio
pada tuberositas ossis navicularis dan pada facies plantaris os coboideum, os
cuneiforme I – II – III dan os metatarsale II – III – IV.
REGIO PEDIS
a. Dorsum
Pedis
1. M.Extensor Digitorum Brevis
Venter
otot ini terletak pada sisi lateral dorsum pedis, mengadakan origo pada facies
superior os calcaneus pada facies profundus ligamentum crucaitum cruris.
Membentuk empat buah tendo yang menuju ke jari I –
II – III – IV. Tendo yang menuju ke jari I melekat pada phalanx proximalis,
disebut m.extensor hallucis brevis. Ketiga
tendo lainnya mengadakan insertio pada tendo m.extensor digitorum longus.
b. Planta Pedis
lateral :
1. M.Abductor
Digiti Quiti ( V, minimi)
Berada di sebelah lateral m.flexor digitorum
brevis, mengadakan origo pada tuber calcanei, berjalan ke ventral, megadakan
insertio pada basis phalanx proximalis jari V < banyak kali berinsertio pada
basis ossis metatarsalis V.
2. M.Flexor
Digiti Minimi Brevis
Berasal dari facies plantaris pars medialis basis
ossis metatarsalis V dan dari tendo m.peronaeu longus, dan mengadakan insertio
pada sisi laterala basis phalanx proximalis jari V.
3. M.Opponens
Digiti Quinti
Berorigo pada ligamentum
plantare longum, insertio pada ujung distal os metetarsale V
medial :
1. M.Abductor
Hallucis
Terletak di bagian superficial, berorigo pada ligamentum laciniatum dan
berinsersi pada sisi medial basis phalanx proximal jari I. Pada tendo otot ini
terdapat os sesamoideum.
2. M.Flexor
Hallucis Brevis
Berasal dari os cuboideum, di
sebelah dorsal sulcus tendinis m.peronei longi, lalu terbagi menjadi dua bagian
dan masing-masing melekat pada sisi medial dan lateral basis phalanx proximalis
jari I. Pada setiap tendo terdapat os sesamoideum setinggi articulatio
metatarsophalangealis.
3. M.Adductor
Hallucis
Berada di sebelah lateral m.flexor hallucis brevis.
Mempunyai (a) caput obliquum dan (b) caput transversum.
Caput obliquum berorigo pada tendo m.peronaeus longus ketika berada di
dalam sulcus tendinis m.peronaei longi dan [ada facies plantaris basis
metatarsalis II – III – IV.
Caput transversum berasal dari ligamentum capsulare articularis
metatarsophalangea jari II – III – IV – V.
Kedua caput tersebut bersatu dan membentuk insertio pada sisi lateral
phalanx proximalis jari I.
Intermedia :
1. M.Flexor
Digitorum Brevis
Berorigo pada processus
medialis tuber calcanei dan pada aponeurosis plantaris. Membentuk empat buah
tendo dan masing-masing menuju ke jari II – III – IV – V. ujung setiap tendo
bercabang dua, dilalui oleh tendo m.flexor digitorum longus. Mempunyai insertio
pada phalanx medialis jari II – III – IV – V.
2. M.Quadratus
Plantae
Ada yang menyebutnya m.flexor digitorum
accessorius. Melekat pada calcaneus dengan dua buah caput, masing-masing berada
pada sisi ligamentum plantare longum.
Caput mediale melekat pada
facies medialis calcaneus dan caput laterale melekat pada processus lateralis
tuber calcanei. Mengadakan insertio pada tendo m.flexor digitorum longus.
3. Mm.Lumbricales
Berasal
dari (origo) tendo m.flexor digitorum longus. Mempunyai empat buah tendo,
berjalan ke dorsal pada sisi medial jari II – III – IV – V, mengadakan insertio
pada tendo m.extensor digitorum longus. M.lumbricalis yang menuju ke jari II
berasal dari tenso m.flexor digitorum longus jari II ( dari sisi medialnya ),
sedangkan m.lumbricalis lainnya berasal dari kedua tendo m.flexor digitorum
longus yang mengapitnya.
4. Mm.Interossei
Terdiri atas 3 buah
mm.interossei plantares, yang masing-masing terletak di antara ossa
metatarsalia II – III, III – IV dan IV – V, dan 4 buah mm.interossei
dorsales yang masing-masing berada di antara ossa metatarsalis I – II, II –
III, III – IV dan IV – V.
Setiap m.interosseus
plantaris di bagian proximal melekat pada sisi medial ossis metatarsalis
dan di bagian distal melekat pada sisi medial basis phalanx proximalis
jari-jari bersangkutan dan pada tendo m.extensor digitorum longus.
M.interosseus dorsalis di bagian proximal melekat
pada caput ossis metatarsalis yang berdekatan, di bagian distal melekat pada
sisi basis phalanx proximalis dan pada tendo m.extensor digitorum longus yang
menuju ke jari II, III dan IV.
M.interosseus dorsalis jari I
dan II mengadakan perlekatan pada sisi medial dan lateral phalanx proximalis
jari II. M.interosseus dorsalis III dan IV melekat pada sisi lateral jari III
dan IV.
Otot-otot planta pedis dapat
diklasifikasikan menjadi empat lapisan :
1.
Lapisan superficial dibentuk oleh m.abductor hallucis, m.flexor digitorum
brevis dan abductor digiti minimi.
2.
Lapisan kedua dibentuk oleh tendo m.flexor digitorum longus, m.flexor
hallucis longus, mm.lumbricales dan m.quadratus plantae.
3.
Lapisan ketiga dibentuk oleh m.flexor hallucis brevis, m.adductor hallucis
dan m.flexor digiti minimi brevis.
4. Lapisan keempat terdiri dari mm.interossei, tendo m.fibialis posterior
dan tendo m.peronaeus longus.
Posting Komentar untuk "ANATOMI & FISIOLOGI SISTEM MUSCULOSKELETAL MANUSIA"