FISIOLOGI GINJAL
A. GINJAL
Fungsi
utama dari ginjal adalah mempertahankan komposisi dan volume cairan tubuh agar
tetap konstan, dengan cara :
- Mempertahankan air dan
osmolalitas yang normal terdapat
dalam tubuh
- Mempertahankan elektrolit utama dari
cairan tubuh terutama ion Natrium,
Kalium, Bikarbonat, Clorida dan Hidrogen.
- Mengeluarkan kelebihan air dan
elektrolit (terutama hidrogen)
- Mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme tubuh
Ginjal juga mempunyai fungsi lain yaitu:
- Mengatur keseimbangan asam basa
- Ekskresi bahanyang telah
didetoksifikasi
- Fungsi
endokrin dengan menghasilkan renin, eritropoetin, dan prostaglandin
- Mengubah pro vitamin D menjadi
vitamin D yang aktif
- Sintesa ammonia dari asam amino
- Melepaskan glukosa kedalam
sirkulasi selama starvasi yang kronis (glukoneogenesis)
Gambar 9. Struktur Ginjal
Unit fungsional ginjal adalah nefron yang pada manusia setiap ginjal
mengandung 1-1, 5 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas: glomerulus
yang mengandung kapsula bowman dan tubulus.
Tubulus terdiri dari 3 bagian yaitu tubulus
proksimalis, lengkungan Henle
(Loop of Henle) dan tubulus distalis. Beberapa tubulus distalis akan bersatu membentuk
duktus kolektivus.
Glomerulus, tubulus proksimalis
dan distalis terletak
pada korteks ginjal sedang
lengkung Henle dan duktus kolektivus
pada medulla ginjal. Nefron dapat dibedakan
menjadi 2 jenis
yaitu nefron kortikalis ( glomerulinya terletak pada bagian luar
korteks dengan lengkung Henle pendek dan tetap berada pada korteks atau
mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar Medulla, dengan jumlahnya pada
manusia sekitar 85%) dan nefron
juxtamedullaris (glomerulinya terletak pada bagian dalam korteks dengan
lengkung Henle panjang dan turun jauh ke dalam sampai zona dalam Medulla, pada
manusia jumlahnya sekitar 15% )
l Fungsi utama
nefron ginjal:
Ø Filtrasi,
glomerulus → membran Kapsula → Kapsula Bowman’s.
Ø Reabsorpsi,
Molekul- molekul keluar dari segmen tubulus → peritubular kapiler.
Ø Sekresi
tubular → tubulus
Gambar 9. Struktur
Capsula Bowman dan epitel glomerulus
B. GLOMERULUS
Glomerulus adalah suatu jaringan
kapiler yang saling beranastomosis yang
berasal dari arteriole afferent
dan kemudian kapiler-kapiler tersebut
bersatu menuju arteriole efferent. Cairan yang difiltrasi melewati glomerulus
ke dalam kapsula Bowman disebut
cairan filtrat glomeruli
dan membran yang dilaluinya disebut membran glomeruli, membran ini disebut
juga barier filtrasi. Membran ini mempunyai sifat spesifik, yaitu:
- Terdapat 3 lapisan; endotel
kapiler dengan fenestra, membrana
basalis, dan lapisan
epitel podosit.
- Permeabilitasnya
100-500 kali lebih besar dari membran
kapiler lain.
C. TUBULUS
Bagian
ini terbagi atas tubulus proksimalis, lengkung
Henle dan tubulus distalis. Tubulus
proksimalis berfungsi mengadakan
reabsorbsi bahan-bahan ke
dalam cairan tubuli.
Jadi tubulus proksimalis bertanggung jawab pada proses
awal pembentukan filtrat glomeruli.
Hampir 75% Na dan air dan hampir semua glukosa dan asam amino yang difiltrasi akan direabsorbsi
kembali pada bagian ini.
Lengkung
Henle terdiri atas descending
limb yaitu bagian yang
menurun menuju medulla dan
ascending limb yang menuju ke korteks
ginjal. Ascending limb yang ke korteks
mengadakan kontak yang sangat dekat dengan glomerulus, dan daerah ini
disebut kutub vaskuler. Bagian bawah
dari Lengkung Henle mempunyai dinding yang sangat tipis
sehingga disebut segmen tipis sedang
bagian atas lebih tebal disebut
segmen tebal. Lengkung Henle mempuyai
fungsi reabsorbsi bahan-bahan dan
cairan tubulus dan sekresi bahan ke dalam
tubulus. Misalnya pada nefron juxtamedullaris 25% air dan natrium
direabsorbsi pada lengkung
Henle, sedangkan urea disekresi kedalamnya.
Lengkung Henle juga
memegang peranan penting dalam
proses pemekatan dan pengenceran urine.
Gambar 10. Nefron ginjal
Tubulus
distalis adalah bagian mulai
dari bagian akhir segmen
tebal ascendens sampai ujung dari
papilla. Pada setiap nefron
segmen ascendens tebal ini akan mengadakan kontak dengan glomerulus asalnya
pada kutub vaskuler,
dan pada tempat ini terdapat struktur yang disebut Juxtaglomerular Apparatus.
Tubulus distalis (nefron
distalis) terbagi atas
tubulus distalis, tubulus konektivus
dan duktus/tubulus kolektivus. Tubulus/duktus kolektivus
terbagi lagi atas duktus kolektivus kortikalis, duktus kolektivus medullaris dan duktus
kolektivus papillaris, dari beberapa
duktus kolektivus papillaris
yang bersatu membentuk duktus
bellini dan menuju ke arah
calyces minor.
D. TRAKTUS URINARIUS
Traktus urinarius terdiri atas kalix major, kalix
minor, pelvis renalis,
ureter, vesica urinaria dan
urethra. Seluruh traktus urinarius hanya terdiri dari epitel
transsitional yang tidak lagi
merubah komposisi urine, sehingga praktis hanya tempat menyimpan dan lewatnya
urine keluar.
Pada kalix, pelvis
renalis dan ureter
lapisan epitel dikelilingi oleh otot
halus/polos yang tersusun
seperti spiral dan berkontraksi
bila diregangkan. Jika terjadi
peregangan di bagian atas ureter dan pelvis renalis maka akan
terjadi gerakan peristaltik sehingga
menggerakkan urine ke
vesica urinaria. Tempat masuknya
ureter ke dalam vesica urinaria
dalam keadaan oblique/miring,
sehingga ureter selalu tertutup selama tidak
ada peristaltik yang berjalan dari bagian atas. Keadaan yang tertutup
ini penting, karena mencegah refluks urine dari vesica urinaria ke ureter.
Pada leher vesica
urinaria terdapat otot polos/halus detrussor yang bercampur dengan jaringan elastis dan
berfungsi sebagai spinkter
interna. Urethra dikelilingi
oleh otot volunter (rangka)
yang membentuk spinkter eksterna. Selama miksi/urinasi, otot detrussor akan
berkontraksi sehingga spinkter interna
terbuka, dan pada saat itu
spinkter eksterna secara volunter (disadari)
relaksasi/terbuka.
Normalnya, sekali dimulai
proses miksi akan berlangsung terus sampai vesika urinaria kosong, tetapi proses ini tetap dapat dihentikan
oleh kontraksi yang kuat.
E. KECEPATAN FILTRASI GLOMERULUS (GFR)
GFR
adalah jumlah filtrat yang terbentuk pada kedua ginjal setiap menitnya. Pada orang normal
jumlahnya sekitar 125 ml/menit atau 180
liter perhari. Lebih
dari 99% filtrat ini akan
direabsorbsi kembali pada tubulus dan sisanya dibuang/dikeluarkan sebagai
urine.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi GFR
yaitu tekanan filtrasi efektif dan
permeabilitas membran glomerulus. Tekanan
filtrasi adalah keseimbangan tekanan pada kapiler glomerulus dan kapsula Bowman yang menyebabkan terjadinya filtrasi dari
kapiler glomerulus ke dalam kapsula bowman.
GFR = Kf ((Pg-Pb) - (Og-Ob))
Kf = Koefisien
filtrasi
Pg = Tekanan hidrostatik glomerulus
Pb = Tekanan hidrostatik kapsula bowman
Og = Tekanan onkotik glomerulus
Ob = Tekanan onkotik kapsula bowman
(Pg-Pb)-(Og-Ob)sama dengan
tekanan filtrasi efektif (TFE), dan normalnya pada glomerulus Ob = 0 maka TFE =
Pg - (Pb+Og).
GFR = Kf x TFE
Kecepatan
filtrasi glomerulus juga sangat dipengaruhi oleh aliran
darah yang mengalir melalui
nefron-nefron. Makin besar kecepatan aliran darah, makin besar
pula GFR. Hal ini disebabkan oleh aliran darah yang cepat akan mencegah
meningkatnya tekanan osmotik akibat
filtrasi cairan, sehingga
GFR akan lebih meningkat. Sebaliknya
bila aliran darah lambat
akan meningkat tekanan osmotik
glomerulus sehingga menghambat
filtrasi selanjutnya
Vasokonstriksi arteriole
afferent akan menurunkan aliran darah ke glomerulus dan juga Pg
sehingga GFR menurun, sebaliknya dilatasi
afferent arteriole
meningkatkan Pg sehingga GFR juga meningkat. Pada vosokonstriksi arteriole
efferent akan
meningkatkan Pg dan GFR juga meningkat. Akan tetapi pada
saat yang sama terjadi penurunan aliran darah glomerulus sehingga bila
konstriksi berlangsung lama
akan meningkatkan Og
sehingga menurunkan GFR.
F. AUTOREGULASI
Pemeliharaan jumlah dan komposisi
normal cairan tubuh oleh ginjal terjadi
bila RBF (aliran darah ginjal) dan
GFR konstan. Terpeliharanya RBF dan
GFR yang konstan
inilah merupakan kerja
dari autoregulasi ginjal. Sampai
sekarang mekanisme autoregulasi ini masih
belum jelas, tetapi ada
beberapa hipotesis tentang autoregulasi ini
yaitu 1) mekanisme
intrinsik 2) hipotesis miogenik
yaitu respon otot halus
arteriole akibat regangan yang
hebat adalah konstriksi
dan 3) hipotesis juxtaglomerular yaitu akibat
perubahan kecepatan pelepasan renin oleh
sel granuler terjadilah autoregulasi. Selain
autoregulasi masih ada
pengaturan regulasi ginjal lain yaitu regulasi saraf dan hormonal.
Stimulasi
saraf simpatis akan menyebabkan
vasokonstriksi arteriole sehingga dapat menurunkan GFR jika berlangsung
lama dan hebat, sementara pada keadaan istirahat tidak ada tonus simpatis sehingga terjadi vasodilatasi
arteriole. Bahan-bahan yang nampaknya
berperan dalam regulasi
RBF dan GFR
adalah : Angiotensin II, Antidiuretik hormon (ADH), bradikinin, prostaglandin
dan serotonin. Angiotensin II, ADH dan serotonin adalah
vasokonstriktor yang kuat sedang bradikinin dan
prostaglandin menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah ginjal.
G. REABSORBSI PADA TUBULUS
Sebagian besar (99%)
dari filtrat yang
dibentuk pada glomerulus akan
mengalami reabsorbsi pada tubulus. Reabsorbsi ini bisa terjadi secara pasif maupun aktif. Volume
urine/filtrat sangat berkurang
ketika melewati tubulus, sehingga
kadar beberapa bahan
akan meningkat pada tubulus,
dan hal ini menimbulkan
suatu concentration gradient
(perbedaan konsentrasi). Bila tubulus bersifat permeabel terhadap bahan
tersebut, maka bahan tersebut akan berdifusi
dari lumen ke cairan interstitiel
dan selanjutnya ke
dalam darah. Jadi reabsorbsi pasif terjadi akibat
perbedaan konsentrasi ini, proses ini
tidak membutuhkan mekanisme
khusus atau energi. Contohnya adalah reabsorbsi urea pada tubulus.
Pada reabsorbsi aktif,
reabsorbsi bahan bukan
karena perbedaan konsentrasi
dan arah gerakan molekul melawan
perbedaan konsentrasi (dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi),
makanya membutuhkan energi
atau suatu membran carrier. Molekul NaCl direabsorbsi secara
transport aktif oleh sel
tubulus, proses ini melibatkan
air sehingga volume air di tubulus berkurang dan menaikkan
konsentrasi zat tertentu seperti urea
sehingga urea secara pasif ditransport ke dalam peritubuler.
Umumnya bahan-bahan yang direabsorbsi secara
aktif mempunyai transport
maksimum (Tm) seperti glukosa, asam
amino, sulfat, posfat, dan asam
urat. Transport maksimum adalah batas
tertinggi bahan tersebut dapat direabsorbsi, apabila reabsorbsi
glukosa misalnya telah mencapai
Tm, maka glukosa tak dapat direabsorbsi
lagi sehingga glukosa
tadi akan dikeluarkan
bersama urine. Keterbatasan ini
akibat transportasi ini melibatkan carrier,
dan apabila carrier sudah terpakai semua maka zat tersebut tak dapat lagi direabsorbsi.
H. SEKRESI TUBULUS
Sekresi tubulus adalah
proses dimana bahan-bahan
dari kapiler peritubuler ditransport melalui epitel tubuli
kedalam lumen tubulus. Proses ini juga ada yang aktif dan pasif. Beberapa bahan yang disekresi kedalam tubulus
adalah phenylsulfonapthalen,
hippuric acid,penicillin, diodrast, 5-hydroksiindolacetic acid dsb.
Beberapa bahan yang disekresi secara aktif
mempunyai Tm sehingga disebut juga sekresi terbatas seperti :
Paraaminohipurric (PAH), iodohippurate, dan peniciline.
Untuk sesuatu bahan yang disekresikan pada
tubulus maka jumlah yang diekskresikan adalah sama dengan jumlah
difiltrasi ditambah yang disekresi, bila tidak ada reabsobsi, misalnya
paraaminohippuric Acid (PAH) :
PAH urine = PAH filtrasi + PAH sekresi
Bahan-bahan yang disekresikan
oleh tubulus nampaknya
saling bersaing satu sama lain. Jadi kadar yang tinggi pada suatu bahan menyebabkan penurunan kecepatan sekresi
pada bahan yang lain, hal ini
diakibatkan karena mekanisme
sekresi melibatkan carrier, sehingga apabila carrier tesebut digunakan untuk
bahan tertentu , sehingga kapasitas
untuk bahan yang lain berkurang.
Gambar 11.
Mekanisme transport pada tubulus ginjal
I. JUXTA
GLOMERULAR APPARATUS (JGA)
Adalah struktur khusus yang terdapat pada
daerah dimana tubulus mengadakan
kontak dengan glomerulus (kutub vaskuler)
yang terdiri dari komponen sel macula densa, sel agranuler (sel mesangial extraglomeruler), dan sel
granuler (sel juxtaglomerular).
Macula densa adalah sel
yang berfungsi memonitor
fungsi tubulus distalis. Bila
kadar Natrium dan klorida dalam tubulus menurun maka
makula densa akan
mengirim informasi ke
sel juxtaglomerular untuk
melepasken renin ke dalam arteriole. Renin adalan enzim
yang akan mengubah
angiotensinogen menjadi
angiotensin I. Oleh Angiotensin
converting enzim (ACE) yang dihasilkan
paru-paru akan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang merupakan
vasokonstriktor yang amat kuat. Keseluruhan sistem ini disebut
Renin-Angiotensin system.
Fungsi dari Renin-Angiotensin system ini antara lain :
- Mengatur kecepatan filtrasi glomerulus. Bila
aliran dalam tubulus terlalu cepat,
akan dihasilkan renin
yang akan menghasilkan angiotensin sehingga terjadi vasokonstriksi arteriole afferent dan mengakibatkan kecepatan
aliran di tubulus menurun.
- Jika kadar
Na menurun dalam tubulus, akan dihasilkan renin dan selanjutnya melepaskan angiotensi II,
angiotensin II akan meningkatkan pelepasan aldosteron sehingga terjadi
peningkatan reabsorbsi Natrium pada tubulus.
- Menurunnya
tekanan darah atau berkurangnya volume cairan tubuh menyebabkan pelepasan renin
karena berkurangnya filtrasi glomerulus. Angiotensin II
yang terbentuk disamping adalah vasokonstriktor yang
kuat sehingga dapat
meningkatkan tekanan
darah juga akan merangsang ADH
sehingga terjadi retensi Na dan air yang selanjutnya dapat menaikkan
tekanan darah.
J. REGULASI
VOLUME DAN OSMOLALITAS CAIRAN TUBUH
Ada tiga Faktor yang berperan dalam regulasi volume dan osmolalitas
cairan tubuh :
* Anti Diuretik Hormon (ADH) =
Vasopressin
* Aldosteron
* Renin angiotensin system
Kekurangan air osmolalitas CIS meningkat osmoreseptor mengerut
Pelepasan ADH Sinyal
ke hipofise postrior
Asidifikasi
urine & sekresi bikarbonat
•
Sekresi
ion H+ : tubulus proksimalis
& distalis à Na-H exchanger, ion H+pump,
enzim carbonic anhidrase
•
Ion
H+di urine à berikatan dengan HCO3-
membentuk H2CO3, HPO42-
membentuk HPO4-, dan NH3 membentuk NH4+.
•
Ekskresi
bikarbonat (HCO3-) tergantung kadarnya di plasma. Selain itu
tergantung pada sekresi kadar ion H+ di ginjal (HCO3-
exchange H+). Bila meningkat maka reabsorbsinya di ginjal menurun
dan sebaliknya. Bikarbonat tidak mempunyai Tmax. Mekanismenya juga masih belum
jelas
Asam
basa ginjal
•
Sistem
buffer yang penting : hemoglobin, protein, HCO3-
•
Setiap
penurunan pH à buffering à sekresi ion H
sementara ion Na+ dan HCO3- diabsorbsi, demikian pula
sebaliknya
•
pH
plasma berkisar 7,38 – 7,42
•
pH
= [HCO3] / [CO2] à Handerson hasselbach formula
Asidosis
dan alkalosis respirasi
•
pCO2 meningkat
karena menurunnya ventilasi à asidosis
•
pCO2 menurun
karena meningkatnya ventilasi à alkalosis
•
Kompensasi ginjal
berupa menahan atau mensekresi HCO3-, bila asidosis (ion H+ disekresi,
reabsorbsi HCO3- meningkat); bila alkalosis (ion H+
ditahan, reabsorbsi HCO3- dikurangi)
Asidosis
metabolik
•
Bila kadar ion H+
di plasma meningkat atau HCO3- menurun
•
Kompensasi di
ginjal : menahan HCO3- atau membuang ion H+
•
Kompensasi
respirasi : meningkatkan ventilasi agar CO2 menurun
•
Keadaan
ini terjadi pada DM berat, sepsis
Alkalosis
metabolik
•
Bila kadar ion H+
di plasma menurun atau HCO3 meningkat
•
Kompensasi di
ginjal : membuang HCO3 atau menahan ion H+
•
Kompensasi
respirasi : menurunkan ventilasi agar CO2 meningkat
Posting Komentar untuk " Anatomi & Fisiologi Sistem Uropoetica Struktur Dan Fungsi "