ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA STROKE HEMORAGIK
A. Pengkajian
Adapun data yang perlu dikumpulkan
adalah sebagai berikut :
a.
Pengkaian awal
Meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat rumah serta tanggal masuk rumah sakit.
b.
Pengkajian Data Dasar
1.
Riwayat kesehatan dahulu
§ Biasanya
pernah menderita hipertensi, penyakit jantung dan diabetes mellitus.
§ Biasanya
pasien mengalami stress.
§ Kadangkala
pernah mengalami stroke.
2.
Riwayat kesehatan Sekarang
§ Pada
umumnya kejadian secara mendadak dan adanya perubahan tingkat kesadaran yang
disertai dengan kelumpuhan.
§ Diawali
dengan gangguan keluhan penglihatan seperti penglihatan kabur, kembar, dapat
juga nyeri kepala, kadang kala seperti berputar, lupa ingatan sementara dan
kaku leher.
§ Biasanya
pasien mengeluh adanya perubahan mental emosi yang labil, mudah marah, dapat
juga disorientasi maupun menarik diri.
§ Dapat
juga keluhan pasien setelah kejang mulutnya, mencong disertai gangguan
berbicara, kesemutan dan tangan terasa lemah atau tidak dapat diangkat sendiri.
3.
Riwayat kesehatan keluarga
§ Biasanya
adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi, kelainan jantung dan
diabetes mellitus.
§ Sering
juga terdapat riwayat keluarga yang menderita kelainan pembuluh darah seperti
artera vehol malformasi, asma bronchial dan penyakit paru aobtruksi menahun
(PPOM).
c.
Data Fisik Bilogis (Doenges,
M.E, 1999 : 290)
§ Aktivitas/
istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis (hemiplegia).
Tanda : Gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralistik (hemiplegia), dan
terjadi kelemahan umum.
Gangguan penglihatan.
Gangguan tingkat kesadaran.
§ Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung (MCl, rematik/penyakit jantung vaskuler, GJK,
endokarditis bakterial) polisitemia, riwayat hipotensi postural.
Tanda : hipertensi arterial (dapat diotemukan/terjadi pada CVA) sehubungan
dengan adanya embolisme/ malformasi vaskuler.
Nadi : Frekuensi jantung bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi
jantung/kondisi jantung, obat-obatan, efek stroke pada pusat vasomator).
Distrima,perubahanEKG
Desiran pada karotis, temoralis dan arteri iliaka/aorta yang abnormal.
§ Integritas
Ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya ,perasaan putu sasa.
Tanda : Emosi yang stabil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira.
Kesuluitan untuk mengekspresikan diri.
§ Eliminasi
Gejala : Perubahan pola brkemih, seperti inkontinensia urine, anuria, distensi
abdomen (distensi, kandung kemih berlebihan), bising.
d.
Data Psikologis
§ Dampak
dari masalah fisik terhadap psikologi pasien (emosi, perasaan, konsep diri,
dayapikir, kreatifitas)
Pasien biasanya mengalami hemiparesis kiri maupun hemiparesis kanan serta
mengalami gangguan fisik sehingga pasien mampu memperlihatkan dampak dari
masalah fisiknya terhadap psikologis seperti :
§ Mudah
tersinggung, akibat ketidakmampuannya dalam melakukan aktivitas sehari - hari.
§ Takut
karena pasien berada dalam situasi yang mengancam dimana suatu waktu maut dapat
saja menyemputnya atau pasien tidak bisa lagi berjalan
§ Cemas,
kecemasan yang terjadi adalah sebagian respon dari rasa takut akan terjadinya
kehilangan uakan sesuatu yang bernilai bagi dirinya yaitu kehidupan atau fungsi
tubuh serta pekerjaannya.
§ Rasa
bersalah, ini timbul karena diri pasien tidak berhati-hati dan disiplin
sehingga penyakitnya kambuh.
§ Marah
dan bermusuhan, ini timbul karena perasaan jengkel karena berkurangnya
kemampuan pasien dan juga berkurangnya peran pasien di dalam keluarga dan
masyarakat.
§ Mudah
lelah, adanya kecenderungan mudah capek bila membaca, bercakap-cakap dan dalam
melakukan pekerjaan.
§ Ingatan
berkurang.
§ Inisiatif
berkurang.
e.
Data Sosial Ekonomi
§ Dampak
terhadap sosial : keluarga, masyarakat dan pekerjaan.
§ Stroke
mungkin dirasakan sebagai masalah besar bagi keluarga, karena keadaan yang
mengancam pasien merupakan ancaman bagi keluarga. Pasien mengalami stroke
hampir seluruh kebutuhannya tergantung pada keluarga.
§ Data
- data yang berkaitan dengan penghasilan
Semua data-data yang berkaitan dengan penghasilan diantaranya sumber
penghasilan tetap dan sumber penghasilan tambahan.
§ Sumber
- sumber yang mendukung
§ Makanan/cairan
Gejala : nafsu makan hilang
Mual, muntah selama fase akut (peningkatan TIK)
Kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorokan, disfagia.
Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringeal),
obesitas (faktor resiko).
§ Neurosensori
Gejala : Sinkope/pusing (sebelum serangan CSV/selama TIA).
Sakit kepala akan berat dengan adanya perdarahan intraserebral atau
subarakhnoid.
Kelemahan/kesemutan/kebas (biasanya terjadi selama serangan TIA, yang ditemukan
dalam berbagai derajat pada stroke jenis yang lain), sisi yang terkena terlihat
seperti mati/ lumpuh.
Penglihatan menurun, seperti buta total, kehilangan daya lihat sebagian
(kebutaan monokuler), penglihatan ganda, (diplopia) atau gangguan yang lain
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Tanda : Status mental tingkat kesadaran : biasanya terjadi koma pada tahap awal
hemoragis, dan biasanya akan tetap sadar jika penyebabnya adalah trombosis yang
bersifat alamai, gangguan tingkah laku (seperti letargi apatis menyerang),
gangguan fungsi kognitif (seperti penurunan memory, pemecahan masalah).
Ekstremitas : kelemahan/paralysis (kontra lateral pada semua jenis stroke)
gangguan tidak sama, refleks respon melemah secara kontra laterl, pada wajah
terjadi paralysis atau parese (ipsilateral). Afasia moyorik (kesulitan untuk
mengungkapkan kata), afasia sensorik (kesulitan untuk memahami kata-kata secara
bermakna) atau afasia global (gabungan dari kedua hal di atas.) kehilangan
kemampuan untuk mengenali masuknya rangsang visual, pendengaran, taktil
(agnosia). Kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat pasien ingin
menggerakkan (apraksia). Ukuran atau reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau
miosis pupil ipsilateral (perdarahan/herniasi)
§ Nyeri/keamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena arteri
karotis terkena)
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot/fasia.
§ Pernapasan
Gejala : Meerokok (faktor resiko)
Tanda : Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan napas. Timbulnya pernapasan
sulit dan/atau tak teratur. Suara napas terdengar/ronki (aspirasi sekresi).
§ Keamanan
Tanda : Motorik/sensorik : Masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan). Kesulitan
untuk melihat objek dari sisi kiri (pada stroke kanan). Hilang kewaspadaan
terhadap bagian tubuh yang sakit. Tidak mampu mengenai objek, warna kata dan
wajah yang pernah dikenalinya dengan baik.
Gangguan berespon terhadap panas dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh.
Kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri
(mandiri).
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar/ kurang
kesadaran diri (stroke kanan).
§ InteraksiSosial
Tanda : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
§ Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor risiko)
Pemakaian kontrasepsi oral.
Kecanduan alkohol (faktor risiko).
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NO |
DIAGNOSA KEPERAWATAN |
1. |
Gangguan perfusi jaringan otak
berhubungan dengan perdarahan intracerebral ditandai dengan : DS : - DO : - tingkat kesadaran spoor
comatus - TD : 150/90 mmHg |
2. |
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia ditandai dengan : DS :- DO: - Terpasang Dower cateter - Terpasang NGT |
3. |
Gangguan persepsi sensori
berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori ditandai dengan : DS : pasien mengatakan tidak
mengenali orang tersebut DO : - Perubahan pola komunikasi - Disorientasi terhadap waktu,
tempat dan orang |
NURSING
CARE PLAN PASIEN STROKE
Nama
:
Ruang
:
No
RM
:
Diagnosa
Medis : CVA Hemoragic
No |
Diagnose Keperawatan |
Tujuan & Kriteria Hasil |
Intervensi Keperawatan |
Rasional |
1. |
Gangguan perfusi jaringan otak
berhubungan dengan perdarahan intracerebral ditandai dengan : DS : - DO : - tingkat kesadaran spoor
comatus - TD : 150/90 mmHg |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
ditandai dengan: ·
Klien tidak gelisah ·
Tidak ada keluhan nyeri kepala ·
GCS 456 ·
Tanda-tanda vital normal(nadi :
60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit) |
a. Tentukan factor-faktor yang
berhubungan dengan keadaan/ penyebab khusus selama koma/penurunan perfusi
serebral dan potensial terjadinya peningkatan TIK. b. Pantau tanda-tanda vital dan catat
adanya hipertemsi/hipotensi, bandingkan tekanan darah yang terbaca pada kedua
lengan. c. Pertahankan keadaan tirah baring,
ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung/ aktivitas pasien sesuai
indikasi. Berikan istirahat secara periodic antara aktivitas perawatan,
batasi lamanya setiap prosedur. d. Berikan O2 sesuai
indikasi. e. Berikan obat antikoagulan seperti
Coumadin, heparin, antitrombosit, dipiridamol. f. Berikan obat antifibrolitik
seperti asam aminokaproid (Amicar) |
a. Kerusakan/kemunduran tanda/gejala
neurologis atau kegagalan memperbaikinya setelah fase awal memerlukan
tindakan pembedahan dan/ atau pasien harus dipindahkan ke ruang perawatan
kritis (ICU) untuk melakukan pemantauan terhadap peningkatan TIK. b. Hipertensi/hipotensi postural
dapat terjadi karena syok(kolaps sirkulasi vaskuler). Peningkatan TIK dapat
terjadi (karena edema, adanya formasi bekuan darah). Tersumbatnya arteri
subklavia dapat dinyatakan dengan adanya perbedaan tekanan pada kedua lengan. c. Aktivitas/stimulasi yang kontinu
dapat meningkatkan TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan
untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik/ perdarahan
lainnya. d. Menurunkan hipoksia yang dapat
menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat/ terbentuknya edema. e. Dapat digunakan untuk meningkatkan
atau memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah
pembekuan saat embolus/thrombus merupakan factor masalahnya. Merupakan
kontraindikasi pada pasien dengan hipertensi sebagai akibat dari peningkatan
resiko perdarahan. f. Penggunaan dengan hati-hati dalam
perdarahan untuk mencegah lisis bekuan yang terbentuk dan perdarahan berulang
yang serupa. |
2. |
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia ditandai dengan : DS :- DO: - Terpasang Dower cateter - Terpasang NGT |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya ditandai dengan : ·
Bertambahnya kekuatan otot ·
Klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas ·
Tidak terjadi kontraktur sendi |
a. Kaji kemampuan secara
fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur.
Klasifikasikan melalui skala 0-4. b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang,
miring) dan sebagainya dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika
diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu. c. Observasi pada daerah yang terkena
termasuk warna, edema, atau tanda lain dari gangguan sirkulasi. d. Susun tujuan dengan pasien/orang
terdekat untuk berpartisipasi dalam aktivitas/ latihan dan mengubah posisi. e. Bantulah dengan stimulasi
elektrik, seperti TENS sesuai indikasi. f. Berikan obat relaksan otot,
antispasmodic sesuai indikasi, seperti baklofen, dantrolen. |
a. Mengidentifikais
kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan. Bantu
dalam pemilihan terhadap intervensi, sebab teknik yang berbeda
digunakan untuk paralisis spastic dengan flaksid. b. Menurunkan resiko terjadinya
trauma/iskemia jaringan. Daerah yang terkena mengalami perubahan/sirkulasi
yang lebih jelek dan menurunkan sensasi dan lebih besar menimbulkan kerusakan
pada kulit/dekubitus. c. Jaringan yang mengalami edema
lebih mudah mengalami trauma dan penyembuhannya lambat. d. Meningkatkan harapan terhadap
perkembangan/ peningkatan dan memberikan perasaan control/ kemndirian. e. Dapat membantu memulihkan kekuatan
otot dan meningkatkan control otot volunteer. f. Mungkin diperlukan untuk
menghilangkan spatisitas pada ekstremitas yang terganggu. |
3. |
Gangguan persepsi sensori
berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori ditandai dengan : DS : pasien mengatakan tidak
mengenali orang tersebut DO : - Perubahan pola komunikasi - Disorientasi terhadap waktu,
tempat dan orang |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan klien dapat meningkatnya persepsi sensorik , perabaan
secara optimal ditandai dengan : ·
Klien dapat mempertahankan
tingakat kesadaran dan fungsi persepsi ·
Klien mengakui perubahan dalam
kemampuan untuk meraba dan merasa ·
Klien dapat menunjukkan perilaku
untuk mengkompensasi terhadap perubahan sensori |
a. Kaji tipe/derajat disfungsi
seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara
atau membuat pengertian sendiri. b. Mintalah pasien untuk mengikuti
perintah sederhana (seperti “buka mata”)ulangi dengan kata/kalimat yang
sederhana. c. Tunjukan objek dan minta pasien
untuk menyebutkan nama benda tersebut. d. Diskusikan mengenai hal-hal yang
dikenal pasien |
a. Membantu menentukan daerah dan
derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa
atau seluruh tahap proses komunikasi. b. Melakukan penilaian terhadap
adanya kerusakan sensorik (afasia sensorik) c. Melakukan penilaian terhadap
adanya kerusakan motorik (afasia motorik) seperti pasien mungkin mengenalinya
tetapi tidak dapat menyebutkannya. d. Meningkatkan percakapan yang
bermakna dan memberikan kesempatan. |
HASIL LABORAT LENGKAP
No |
PEMERIKSAAN |
ANGKA NORMAL |
SATUAN |
**HEMATOLOGI** |
|||
1 |
HEMOGLOBIN |
Lk: 13,0 –
18,0 Pr: 11,5 – 16,5 |
gr/dl |
2 |
LEKOSIT |
4.000 – 11.000 |
/mm3 |
3 |
ERYTROSIT |
Lk: 4,5 – 5,5
Pr: 4,0 – 5,0 |
/mm3 |
4 |
HEMATOKRIT |
Lk: 40 – 50
Pr: 37 - 43 |
% |
5 |
TROMBOSIT |
150.000 – 400.000 |
/mm3 |
6 |
LED 1 Jam |
Lk: 0 – 10
Pr: 0 - 15 |
mm/jam |
7 |
WAKTU PERDARAHAN |
1 - 5 |
menit |
8 |
WAKTU PEMBEKUAN |
2 - 6 |
menit |
|
|||
**HEMOGRAM** |
|||
1 |
EOSINOFIL |
1 - 3 |
% |
2 |
BASOFIL |
0 - 1 |
% |
3 |
STAF |
2 - 5 |
% |
4 |
SEGMEN |
50 - 70 |
% |
5 |
LYMPHOSIT |
20 - 40 |
% |
6 |
MONOSIT |
2 - 6 |
% |
7 |
RETIKULOSIT |
0,1 – 1,5 |
% |
**KIMIA DARAH** |
|||
1 |
SGOT |
Lk: < 35
Pr: < 31 |
U/L |
2 |
SGPT |
Lk: < 41
Pr: < 31 |
U/L |
3 |
BILLIRUBIN TOTAL |
0 - 1 |
mg/dl |
4 |
BILLIRUBIN DIREK |
0 – 0,25 |
Mg/dl |
5 |
BILLIRUBIN INDIREK |
0 – 0,75 |
Mg/dl |
6 |
PROTEIN TOTAL |
6,2 – 8,4 |
gr/dl |
7 |
ALBUMIN |
3,5 – 5,5 |
gr/dl |
8 |
GLOBULIN |
1,3 – 3,3 |
gr/dl |
9 |
UREUM |
10 - 50 |
Mg/dl |
10 |
KREATININ |
Lk: 0,9 – 1,3
Pr: 0,6 – 1,1 |
Mg/dl |
11 |
ASAM URAT |
Lk: 3,6 – 8,2
Pr: 2,3 – 6,1 |
Mg/dl |
12 |
TRIGLISERID |
< 200 |
Mg/dl |
13 |
CHOLESTEROL |
= 200 |
Mg/dl |
14 |
HDL |
Lk: 35 – 55
Pr: 45 - 65 |
U/L |
15 |
LDL |
< 150 |
Mg/dl |
16 |
GULA DARAH PUASA |
55 - 110 |
Mg/dl |
17 |
GULA DARAH 2 JAM PP |
55 - 115 |
Mg/dl |
18 |
GULA DARAH SEWAKTU |
70 - 115 |
Mg/dl |
19 |
CHOLESTEROL HDL |
= 35 |
Mg/dl |
20 |
CHOLESTEROL LDL |
= 130 |
Mg/dl |
21 |
CKMB |
< 24 |
U/L |
22 |
ALFA HBDH |
< 182 |
U/L |
HASIL LABORAT LENGKAP URINE
## ANALISA URINE## |
|||
*URINALISA* |
|||
1 |
WARNA |
KUNING |
|
2 |
KEKERUHAN |
JERNIH |
|
3 |
REDUKSI |
NEGATIF |
|
4 |
BILLIRUBIN |
NEGATIF |
|
5 |
KETON |
NEGATIF |
|
6 |
BERAT JENIS |
||
7 |
PH |
||
8 |
PROTEIN |
NEGATIF |
|
9 |
UROBILLINOGEN |
E.U/dl |
|
10 |
NITRIT |
NEGATIF |
|
*SEDIMEN* |
|||
1 |
LEKOSIT |
NEGATIF |
Plpb |
2 |
ERYTROSIT |
NEGATIF |
Plpb |
3 |
EPYTEL SQUAMOS |
NEGATIF |
Plpb |
*SILINDER* |
|||
1 |
SILINDER BUTIR HALUS |
NEGATIF |
Plpb |
2 |
SILINDER HYALIN |
NEGATIF |
Plpb |
*KRISTAL* |
|||
1 |
TRIPEL PHOSPHAT |
NEGATIF |
Plpb |
2 |
URIC ACID |
NEGATIF |
Plpb |
3 |
CA OXALAT |
NEGATIF |
Plpb |
4 |
AMORF FOSFAT |
NEGATIF |
Plpb |
BAKTERI |
NEGATIF |
||
*ANALISA FECES* |
|||
1 |
KONSISTENSI |
||
2 |
LENDIR |
||
3 |
ERITROSIT |
NEGATIF |
|
4 |
LEKOSIT |
NEGATIF |
|
5 |
TELUR ASCARIS L |
NEGATIF |
|
6 |
TELOR CACING |
NEGATIF |
Nilai tersebut diatas referensi dari Unit Laboratorium RS PKU Muhammadiyah
Surakarta, dimana aku bekerja.
Mungkin hasil normal akan lain di instansi yang berlaianan tergantung dari
alat pemeriksaan yang digunakan, akan tetapi tidak terpaut besar tentang
pembacaan angka normalnya
Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya
Read more: NILAI NORMAL LABORATORIUM
Askep Stroke Non Hemoragic
kapukonline.com
Up date Askep / Asuhan Keperawatan Stroke Non
Hemoragic - Askep
SARAF. Posting ini berkaitan erat dengan ( Baca : Leaflet Stroke
dan Askep / Asuhan Keperawatan Low Back
Pain )
A. Definisi
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA (Cerebro
Vaskular Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang
sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)
Stroke atau cedera
cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak dan yang sering ini adalah kulminasi penyakit
cerebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State.
Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara
75 – 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).
B. Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
- Trombosis
(Bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
- Embolisme
cerebral (Bekuan darah atau material lain)
- Iskemia
(Penurunan aliran darah ke area otak)
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
C. Faktor resiko pada stroke
- Hipertensi
- Penyakit
kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi
atrium, penyakit jantung kongestif)
- Kolesterol
tinggi
- Obesitas
(Kegemukan)
- Peningkatan
hematokrit (Resiko infark serebral)
- Diabetes
Melitus (Berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
- Kontrasepasi
oral (Khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen
tinggi)
- Penyalah
gunaan obat (Kokain)
- Konsumsi
alkohol
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
D. Manifestasi klinis
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang
disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul
bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara lain
bersifat:
- Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient Ischemic Attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap. - Sementara,namun
lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini disebut Reversible Ischemic Neurologic Defisit (RIND) - Gejala
makin lama makin berat (Progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut Progressing Stroke atau Stroke Inevolution - Sudah
menetap/permanen
(Harsono,1996, hal 67)
Gangguan yang muncul tertulis pada tabel.
NO |
DEFISIT
NEUROLOGIK |
MANIFESTASI |
1. |
DEFISIT LAPANG PENGLIHATAN
|
|
2 |
DEFISIT MOTORIK
|
|
3. |
DEFISIT SENSORI Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari lesi) |
|
4 |
DEFISIT VERBAL
|
|
5. |
DEFISIT KOGNITIF |
|
6. |
DEFISIT EMOSIONAL |
|
E. Patway
F. Pemeriksaan Penunjang
- CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark - Angiografi
serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri Pungsi Lumbal - Menunjukan
adanya tekanan normal
- Mekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
- MRI :
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
- EEG:
Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
- Ultrasonografi
Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
- Sinar X
Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
G. Penatalaksanaan
- Diuretika
: untuk menurunkan edema serebral
- Anti
koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
H. KOMPLIKASI
- Hipoksia
Serebral
- Penurunan
darah serebral
- Luasnya
area cedera
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
I. Pengkajian
- Aktivitas
dan istirahat
- Data
Subyektif:
- Kesulitan
dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
- Mudah
lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
- Perubahan
tingkat kesadaran
- Perubahan
tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia), kelemahan
umum.
- Gangguan
penglihatan
- Sirkulasi
- Data
Subyektif:
- Riwayat
penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung ,
endokarditis bacterial), polisitemia.
- Data
obyektif:
- Hipertensi
arterial
- Disritmia,
perubahan EKG
- Pulsasi
: kemungkinan bervariasi
- Denyut
karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
- Integritas
ego :
- Data
Subyektif :
- Perasaan
tidak berdaya, hilang harapan
- Data
obyektif :
- Emosi
yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan, kegembiraan
- Kesulitan
berekspresi diri
- Eliminasi
:
- Data
Subyektif :
- Inkontinensia,
anuria
- istensi
abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus(ileus
paralitik)
- Makan/
minum :
- Data
Subyektif:
- Nafsu
makan hilang
- Nausea
/ vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan
sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
- Riwayat
DM, Peningkatan lemak dalam darah
- Data
obyektif :
- Problem
dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
- Obesitas
(faktor resiko)
- Sensori
neural :
- Data
Subyektif :
- Pusing
/ syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
- Nyeri
kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
- Kelemahan,
kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
- Penglihatan
berkurang
- Sentuhan
: kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka
ipsilateral (sisi yang sama)
- Gangguan
rasa pengecapan dan penciuman
- Data
obyektif :
- Status
mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah
laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas
: kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua jenis stroke,
genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
(kontralateral)
- Wajah:
paralisis / parese (ipsilateral)
- Afasia
(kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/kesulitan berkata kata, reseptif/kesulitan berkata kata
komprehensif, global/kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan
kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia
: kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi
dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi
lateral
- Nyeri /
kenyamanan :
- Data
Subyektif :
- Sakit
kepala yang bervariasi intensitasnya
- Data
obyektif :
- Tingkah
laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
- Respirasi
:
- Data
Subyektif :
- Perokok
(faktor resiko)
- Tanda
:
- Kelemahan
menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
- Timbulnya
pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur
- Suara
nafas terdengar ronchi/aspirasi
- Keamanan
:
- Data
obyektif :
- Mottrik/sensorik
: masalah dengan penglihatan
- Perubahan
persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak
mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
- Gangguan
berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
- Gangguan
dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang
kesadaran diri
- Interaksi
sosial :
- Data
obyektif :
- Problem
berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
- Pengajaran
/ pembelajaran :
- Data
Subjektif :
- Riwayat
hipertensi keluarga, Stroke
- Penggunaan
kontrasepsi oral
- Pertimbangan
rencana pulang :
- Menentukan
regimen medikasi / penanganan terapi
- Bantuan
untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan
pekerjaan rumah
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
J. Diagnosa Keperawatan
- Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan terputunya aliran darah : penyakit oklusi, perdarahan,
spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
- Dibuktikan oleh :
- Perubahan
tingkat kesadaran, kehilangan memori
- Perubahan
respon sensorik / motorik, kegelisahan
- Defifit
sensori, bahasa, intelektual dan emosional
- Perubahan
tanda tanda vital
- Tujuan Pasien / Kriteria evaluasi :
- Terpelihara
dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor
- Menampakan
stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
- Peran
pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan
- Intervensi Keperawatan :
- Independen :
- Tentukan
faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi individu/ penyebab koma /
penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK
- Monitor
dan catat status neurologist secara teratur
- Monitor
tanda tanda vital
- Evaluasi
pupil: ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya
- Bantu
untuk mengubah pandangan, misalnay pandangan kabur, perubahan lapang
pandang / persepsi lapang pandang
- Bantu
meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan
fungsi
- Kepala
dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral .
- Pertahankan
tirah baring, sediakan lingkungan yang tenang, atur kunjungan sesuai
indikasi
- Kolaborasi :
- Berikan
suplemen oksigen sesuai indikasi
- Berikan
medikasi sesuai indikasi :
- Antifibrolitik,
missal aminocaproic acid (amicar)
- Antihipertensi
- Vasodilator
perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.
- Manitol
- Ketidakmampuan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, ketidakmampuan dalam persespi
kognitif
- Dibuktikan oleh :
- Ketidakmampuan
dalam bergerak pada lingkungan fisik: kelemahan, koordinasi,
keterbatasan rentang gerak sendi, penurunan kekuatan otot.
- Tujuan Pasien / Kriteria evaluasi :
- Tidak
ada kontraktur, foot drop.
- Adanya
peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari bagian tubuh
- Menampakan
kemampuan perilaku / teknik aktivitas sebagaimana permulaanya
- Terpeliharanya
integritas kulit
- Intervensi Keperawatan :
- Independen :
- Rubah
posisi tiap dua jam (prone, supine, miring)
- Mulai
latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
- Topang
ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada saat selama
periode paralysisi flaksid. Pertahankan kepala dalam keadaan netral
- Evaluasi
penggunaan alat bantu pengatur posisi
- Bantu
meningkatkan keseimbangan duduk
- Bantu
memanipulasi untuk mempengaruhi warna kulit edema atau menormalkan
sirkulasi
- Awasi
bagian kulit diatas tonjolan tulang
- Kolaboratif :
- onsul
kebagian fisioterapi
- Bantu
dalam meberikan stimulasi elektrik
- Gunakan
bed air atau bed khusus sesuai indikasi
- Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral, gangguan neuromuskuler,
kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum / letih.
- Ditandai :
- Gangguan
artikulasi
- Tidak
mampu berbicara / disartria
- Ketidakmampuan
modulasi wicara, mengenal kata, mengidentifikasi objek
- Ketidakmampuan
berbicara atau menulis secara komprehensip
- Tujuan pasien / Kriteria evaluasi :
- Pasien
mampu memahami problem komunikasi
- Menentukan
metode komunikasi untuk berekspresi
- Menggunakan
sumber bantuan dengan tepat
- Intervensi Keperawatan :
- Independen :
- Bantu
menentukan derajat disfungsi
- Bedakan
antara afasia denga disartria
- Sediakan
bel khusus jika diperlukan
- Sediakan
metode komunikasi alternatif
- Antisipasi
dan sediakan kebutuhan paien
- Bicara
langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas
- Bicara
dengan nada normal
- Kolaborasi :
- Konsul
dengan ahli terapi wicara
- Perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan penerimaan perubahan sensori transmisi, perpaduan
(trauma / penurunan neurologi), tekanan psikologis (penyempitan lapangan
persepsi disebabkan oleh kecemasan)
- Ditandai :
- Disorientasi
waktu, tempat, orang
- Perubahan
pola tingkah aku
- Konsentrasi
jelek, perubahan proses pikir
- Ketidakmampuan
untuk mengatakan letak organ tubuh
- Perubahan
pola komunikasi
- Ketidakmampuan
mengkoordinasi kemampuan motorik.
- Tujuan / Kriteria hasil :
- Dapat
mempertahakan level kesadaran dan fungsi persepsi pada level biasanya.
- Perubahan
pengetahuan dan mampu terlibat
- Mendemonstrasikan
perilaku untuk kompensasi
- Intervensi Keperawatan :
- Independen :
- Kaji
patologi kondisi individual
- Evaluasi
penurunan visual
- Lakukan
pendekatan dari sisi yang utuh
- Sederhanakan
lingkungan
- Bantu
pemahaman sensori
- Beri
stimulasi terhadap sisa sisa rasa sentuhan
- Lindungi
psien dari temperature yang ekstreem
- Pertahankan
kontak mata saat berhubungan
- Validasi
persepsi pasien
- Kurang perawatan diri
berhubungan dengan kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
- Ditandai dengan :
- Kerusakan
kemampuan melakukan ADL misalnya ketidakmampuan makan, mandi,
memasang/melepas baju, kesulitan tugas toiletng
- Kriteria hasil:
- Melakukan
aktivitas perwatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
- Mengidentifikasi
sumber pribadi / komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan
- Mendemonstrasikan
perubahan gaya hidup untuk memenuhi kenutuhan perawatan diri
- Intervensi Keperawatan :
- Independen :
- Kaji
kemampuan dantingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 1-4) untuk
melakukan kebutuhan ssehari-har
- Hindari
melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasiensendiri,
tetapi berikan bantuan sesuai kebutuha
- Kaji
kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk
menghindari dan atau kemampuan untuk menggunakan urinal,bedpan
- Identifikasi
kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikanpada kebiasaan pola nornal
tersebut. Kadar makanan yang berserat,anjurkan untuk minum banyak dan
tingkatkan aktivitas
- Berikan
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau
keberhasilannya.
- Kolaborasi :
- Berikan
supositoria dan pelunak feses
- Konsultasikan
dengan ahli fisioterapi/okupasi
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir
- Kriteria hasil:
- Pasien
memperlihatkan kepatenan jalan napas
- Ekspansi
dada simetris
- Bunyi
napas bersih saat auskultasi
- Tidak
terdapat tanda distress pernapasan
- GDA
dan tanda vital dalam batas normal
- Intervensi Keperawatan:
- Kaji
dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
- Posisikan
tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memmberikan
pengeluaran sekresi yang optimal
- Penghisapan
sekresi
- Auskultasi
dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam
- Berikan
oksigenasi sesuai advis
- Pantau
BGA dan Hb sesuai indikasi
- Gangguan pemenuhan nutrisi
berhubungan dengan reflek menelan turun,hilang rasa ujung lidah
- Ditandai dengan:
- Keluhan
masukan makan tidak adekuat
- Kehilangan
sensasi pengecapan
- Rongga
mulut terinflamasi
- Kriteria evaluasi :
- Pasien
dapat berpartisipasi dalam intervensi specifik untukmerangsang nafsu
makan
- BB
stabil
- Pasien
mengungkapkan pemasukan adekuat
- Intervensi Keperawatan :
- Independen :
- Pantau
masukan makanan setiap har
- Ukur
BB setiap hari sesuai indikas
- Dorong
pasien untukmkan diit tinggi kalori kaya nutrien sesuai progra
- Kontrol
faktor lingkungan (bau, bising), hindari makanan terlalu manis,
berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
- Identifikasi
pasien yang mengalami mual muntah
- Kolaborasi :
- Pemberian
anti emetik dengan jadwal reguler
- Vitamin
A,D,E dan B6
- Rujuk
ahli diit
- Pasang
/ pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan enteral
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 293-305)
Posting Komentar untuk " ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE"