MENGENAL APA ITU FRAKTUR MONTEGGIA

FRAKTUR MONTEGGIA


Definisi Fraktur Monteggia

Fraktur Monteggia merupakan dislokasi dari bagian proksimal sendi radioulnar yang berhubungan dengan fraktur antebrachii. Secara relatif merupakan trauma yang jarang terjadi dan angka kejadian diperkirakan kurang dari 5% dari kejadian fraktur antebrachii. Fraktur ulna terlihat secara klinis maupun radiologis. 

Kelainan yang menyertai dislokasi kaput radialis sering tidak jelas dan mungkin tidak terlihat. Untuk mendiagnosa fraktur Monteggia harus berdasarkan gejala klinis dan foto radiografi seluruh antebrachii dan siku. Penilaian secara cepat dan tepat diperlukan bagi mencegah disabilitas permanen atau disfungsi ekstremitas.1,2

Pada tahun 1814, Giovanni Battista Monteggia dari Milan, mendeskripsikan trauma ini sebagai fraktur 1/3 proksimal ulna dengan dislokasi anterior caput radialis. Deskripsi ini dilakukan pada masa pre-Roentgen dengan hanya berdasarkan riwayat trauma dan hasil pemeriksaan fisis. Pada tahun 1967, Bado mengutip istilah lesi Monteggia dan mengklasifikasikan menjadi 4 tipe :2

  • Tipe I : Fraktur proksimal atau 2/3 distal ulna dengan dislokasi anterior caput radius.

   

lesi Bado tipe I

Gambar 1 dan 2 : lesi Bado tipe I, merupakan fraktur Montegia yang paling sering


  • Tipe II : Fraktur proksimal atau 2/3 distal ulna dengan dislokasi posterior caput radius.
lesi Bado tipe II

Gambar 3 : lesi Bado tipe II


  •  Tipe III : Fraktur metafisis ulna dengan dislokasi lateral caput radius.
lesi Bado tipe III dengan dislokasi lateral caput radius

Gambar 5 dan 6 : lesi Bado tipe III dengan dislokasi lateral caput radius


  • Tipe IV : Fraktur proksimal atau 2/3 distal ulna dan radius dengan dislokasi anterior caput radius.

 

Gambar 7 : lesi Bado tipe IV




Angka Kejadian FRAKTUR MONTEGGIA

Angka kejadian fraktur Monteggia adalah <5% dari seluruh fraktur antebrachii. Bado tipe I merupakan tipe tersering (59%) dari seluruh fraktur Monteggia diikuti Bado tipe III (26%), tipe II (5%), dan tipe IV (1%). Angka kejadian fraktur Monteggia hanya 1/3 berbanding angka fraktur Galeazzi.3


Etiologi FRAKTUR MONTEGGIA

Penyebab utama fraktur Monteggia adalah jatuhnya seseorang yang diikuti oleh outstretch hand dan tekanan maksimal pada gerakan pronasi. Apabila siku dalam keadaan fleksi, kemungkinan untuk terjadinya fraktur tipe II atau III lebih tinggi. Pada beberapa kasus, cedera langsung ke lengan bawah bisa menghasilkan trauma yang sama.3

Menurut Bado, lesi tipe III yang merupakan akibat dari gaya lateral ke siku sering terjadi pada anak-anak. Trauma energi tinggi (kecelakaan kendaraan bermotor) dan trauma energi rendah (jatuh dari posisi berdiri) bisa mengakibatkan fraktur Monteggia.5

Patofisiologi FRAKTUR MONTEGGIA

Tulang radius dan ulna berhubungan langsung hanya di bagian proksimal dan distal sendi radioulnar, bagaimanapun kedua tulang dihubungkan oleh membran interosseus. Ini memungkinkan tulang radius untuk berotasi disekitar ulna. 

Apabila terjadi fraktur ulna, tenaga dipindahkan disepanjang membrana interosseus dan menyebabkan dislokasi proksimal radius. Akibatnya, membrana interosseus proksimal dari fraktur akan terganggu, terjadi dislokasi proksimal sendi radioulnar dan sendi radiocapitellar.4

Dislokasi caput radius dapat mengakibatkan trauma nervus radius. Cabang posterior interosseus dari nervus radialis yang melewati leher beresiko tinggi mengalami trauma Bado tipe II. Cedera nervus medianus cabang anterior dari membrana interosseus dan nervus ulnaris turut dilaporkan. Kebanyakan cedera saraf merupakan “neuropraxia” dan biasanya sembuh antara 4-6 bulan. 

Pemasangan splint pada pergelangan tangan dalam keadaan fleksi dan latihan range of motion membantu mencegah kontraktur saat menunggu penyembuhan saraf.4

Gejala Klinis FRAKTUR MONTEGGIA

Berdasarkan mekanismenya, pasien akan datang dengan nyeri siku. Terkait dengan tipe fraktur dan keparahan, kemungkinan pasien dapat mengalami pembengkakan siku, deformitas, krepitasi, dan parestesi. Sebagian pasien mungkin tidak mengalami nyeri hebat saat istirahat tapi fleksi sendi cubiti dan rotasi forearm terbatas dan nyeri.5

Dislokasi kaput radialis mungkin teraba pada anterior, posterior, atau posisi anterolateral. Pada tipe I dan IV, kaput radius dapat dipalpasi pada fossa antecubiti. Kaput radialis dapat dipalpasi di daerah posterior pada tipe II dan daerah lateral pada tipe III.5

Kulit sebaiknya diperiksa untuk memastikan bahwa tidak terjadi fraktur terbuka. Nadi dan pengisian kapiler harus dicatat. Hematom mungkin terjadi pada lokasi dislokasi walaupun tidak terjadi trauma langsung pada daerah tersebut.5

Fungsi motorik harus diperiksa karena cabang dari nervus radialis dapat terjepit, menyebabkan kelemahan atau paralisis dari jari atau ekstensi ibu jari. Cabang sensorik biasanya tidak terlibat namun tetap harus diperiksa.5,6

Fraktur Monteggia pada anak-anak biasanya tipikal dengan gambaran yang unik dan lebih mengarah pada fraktur ulna dibandingkan dengan kondisi dislokasinya. Ketika sebuah cedera terjadi pada tulang yang masih immature maka akan terbentuk pola yang bersifat khas yang akan mempengaruhi terapi.6

Fraktur Monteggia pada anak berdasarkan cedera pada ulna :

  • Deformitas plastik
  • Fraktur inkomplit (greenstick)
  • Fraktur transversal komplit atau oblik pendek
  • Fraktur kominutif atau oblik panjang


Pemeriksaan Penunjang FRAKTUR MONTEGGIA

Tes Laboratorium

Tes laboratorium dilakukan sesuai dengan indikasi pada kondisi pasien untuk membantu pada saat anestesi atau tatalaksana perioperatif.2

Pencitraan

Foto polos sudah cukup untuk menegakkan diagnosis fraktur Monteggia. Teknik yang dilakukan adalah orthogonal yaitu antara tulang dan pesawat harus membentuk sudut 90 derajat, termasuk sendi pergelangan tangan dan siku harus juga ikut terfoto. Diambil dengan posisi anterior posterior dan lateral.

Hasil yang didapatkan adalah fraktur ulna yang jelas tetapi dislokasi dari kaput radialis mungkin tidak jelas atau terlewatkan. Untuk menilai sendi radiocapitellar, garis parallel ditarik sesuai aksis tulang radius. Garis ini harus menuju ke salah satu titik pada sendi siku.3


Penatalaksanaan FRAKTUR MONTEGGIA

Terapi Medikamentosa

Nyeri ditangani sedini mungkin. Jika fraktur sudah terbuka maka imunisasi tetanus, antibiotik intravena harus segera diberikan. Luka terbuka harus diirigasi dengan larutan saline steril dan ditutup dengan kasa yang steril dan lembab. 

Kaput radialis sebaiknay direduksi saat di IGD jika memungkinkan. Reduksi tertutup pada anak akan lebih mudah jika dilakukan dibawah keadaan anestesi umum. Sebaiknya ada imaging intensifier yang bersifat real time sehingga reduksi bisa dipantau apakah sudah tercapai secara optimal dan maksimal.1

Terapi Operatif

Pada anak yang dilakukan adalah reduksi tertutup dari ulna. Jika kaput radialis masih belum bisa direduksi dengan memperbaiki ulna, reduksi ulna lanjutan bisa dilakukan dengan supinasi forearm dan tekanan langsung pada kaput radialis biasanya berhasil. 

Ketika kaput radialis secara anatomis tidak bisa direduksi, bisa dilakukan manipulasi sendi dan kapsulnya dengan memperbaiki ligamentum anular.

Pada orang dewasa, operasi sangat direkomendasikan. Reduksi terbuka disertai dengan kompresi menggunakan plate pada ulna secara umum dan diikuti dengan reduksi secara tidak langsung pada tulang radius. 

Jika reduksi secara langsung tidak bisa tercapai maka reduksi terbuka juga harus dilakukan. Jika kaput radialis stabil setelah reduksi baik terbuka ataupun tertutup, lakukan gerakan aktif dengan hinged elbow orthosis untuk menjaga forearm dalam posisi supinasi.1


Follow Up FRAKTUR MONTEGGIA

Evaluasi pasien dilakukan dengan membuka jahitan dan mengganti splint setelah 5-7 hari. Foto rontgen ulang direkomendasikan untuk dilakukan pada minggu ke-2, 4, dan 6 untuk memonitor dislokasi dan penyembuhan fraktur.6

Jika wire yang terpasang menyebabkan gangguan, wire tersebut dapat dikeluarkan namun direkomendasikan untuk menunggu selama satu tahun.


Komplikasi FRAKTUR MONTEGGIA

Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi, perdarahan, malunion, nonunion, cedera saraf, redislokasi kaput radialis, dan nyeri kronik. Komplikasi ini dapat dikurangi dengan diagnose dini, reduksi adekuat, fiksasi yang stabil, dan perawatan pasca operasi yang sesuai.3

Kebanyakan cedera saraf yang terjadi adalah neuropraxia dan pengembalian fungsi terjadi antara 1-6 bulan. Jika fungsi tidak membaik dalam 2-3 bulan, operasi eksplorasi harus dilakuakn. Jika cedera saraf terjadi akibat reduksi atau terapi opertaif, terapi segera harus dilaksanakan. 

Disfungsi saraf yang komplit atau berkepanjangan memerlukan terapi splint segera dan mungkin memerlukan transfer tendon.3

Jika terjadi dislokasi kaput radialis setelah tinadkan operasi, harus dicurigai adanya reduksi ulna yang kurang sempurna. Jika dislokasi kaput radialis terdeteksi setelah 6 minggu pascaoperasi, eksisi kaput radialis harus dilakukan.3

Komplikasi malunion atau nonunion harus dicurigai pada bone grafting.3

Nyeri kronik dapat disebabkan oleh reduksi yang tidak sempurna. Jika penyebab mekanik telah disingkirkan, nyeri dapt dikonsulkan ke ahli penanganan nyeri.3


Prognosis FRAKTUR MONTEGGIA

Pada tahun 1991, Anderson dan Meyer menggunakan kriteria untuk mengevaluasi fraktur forearm dan prognosisnya :

  • Excellent – union with less than 10º loss of elbow and wrist flexion/extension and less than 25% loss of forearm rotation.
  • Satisfactory – union with less than 20º loss of elbow and wrist flexion/extension and less than 50% loss of forearm rotation.
  • Unsatisfactory - greater than 30º loss of elbow and wrist flexion/extension and greater than 50% loss of forearm rotation.
  • Failure – malunion, nonunion, or chronic osteomyelitis.

Nyeri, disfunsi saraf, dan deformitas secra kosmetik merupakan salah satu faktor yang juga harus dipertimbangkan dalam memperbaiki kualitas hidup pasien.


DAFTAR PUSTAKA


  1. Guitton TG, Ring D, Kloen P. Longterm evaluation of surgically treated anterior monteggia fractures in skeletally mature patients. J Hand Surg Am. Nov 2009;34(9):1618-24.
  2. Nakamura K, Hirachi K, Uchiyama S, Takahara M, Minami A, Imaeda T, et al. Longterm clinical and radiographic outcomes after open reduction for missed monteggia fracture dislocations in children. J Bone Joint Surg Am. Jun 2009;91(6):1394-404.
  3. Ruchelsman DE, Pasqualetto M, Price AE, Grossman JA. Persistent posterior interosseus nerve palsy associated with a chronic type I monteggia fracture dislocation in a child: a case report and review of thr literature. Hand (N Y). Jun 2009;4(2):167-72.
  4. Tan JW, Mu MZ, Liao GJ, Li JM. Pathology of the annular ligament in paediatric Monteggia fractures. Injury. Apr 2008;39(4):451-5.
  5. Huang E, grimes p. Fractures, forearm. eMedecine [serial online]. Available at http:emedicine.medscape.com/article/824949-overwiew.
  6. Overly F, Steele D. Common pediatric fractures and dislocations. Clinical Pediatric Emergency Medicine. 2002;3(2):106-117.


Posting Komentar untuk " MENGENAL APA ITU FRAKTUR MONTEGGIA"