Proses menua merupakan hal yang wajar dan akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang dalam perjalanan hidup manusia. Saat ini, di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2020-2025, jumlah lansia di Indonesia akan mencapai 33 juta orang (12% dari total penduduk), diperkirakan akan menduduki peringkat negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun (Nugroho, 2008).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam profil kesehatan propinsi Sulawesi Tengah (2010), jumlah lanjut usia di Sulawesi Tengah sebanyak 105.060 jiwa. Namun, yang telah mendapat pelayanan kesehatan sekitar 42.219 jiwa (40,19%). Di Kabupaten Buol sendiri, jumlah lanjut usia sebanyak 4.353 jiwa, yang mendapat pelayanan kesehatan sekitar 397 jiwa (9,12%), (Profil kesehatan Sul-teng, 2010). Data lanjut usia di Kecamatan Tiloan tahun 2011, dimana kecamatan tersebut merupakan wilayah kerja Puskesmas Boilan berjumlah 1.066 jiwa, jumlah lanjut usia penderita gangguan pada sistem otot dan jaringan penyekat dengan keluhan nyeri sendi berjumlah 547 kasus
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, bertambahnya usia harapan hidup dan bertambah besarnya jumlah penduduk lansia setiap tahunnya jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, diantaranya timbul masalah fisik. Terjadi peningkatan jumlah lansia yang mengalami nyeri pada persendian di wilayah kerja puskesmas Boilan kecamatan Tiloan tahun 2011 berjumlah 547 kasus. Gangguan pada sendi akibat degenerasi atau kerusakan sendi yang merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri yang menjadi hambatan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, untuk mengurangi dampak tersebut adalah dengan memberikan latihan untuk menjaga mobilitas sendi seluruh tubuh yang akan berpengaruh terhadap penurunan dan pengendalian nyeri sendi pada lansia
Tinjauan Pustaka Tentang Lanjut Usia
Definisi Lanjut Usia
Menua atau menjadi tua adalah suatu
keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia
tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang di tandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh
yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).
Organisasi kesehatan dunia, WHO, dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita. Lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian pertama fase iufentus, antara 25 dan 40 tahun, kedua fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun, ketiga fase prasenium antara 55 dan 65 tahun dan keempat fase senium, antara 65 hingga tutup usia (Azizah, 2011).
Batasan Lanjut Usia
WHO dalam Azizah (2011), menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi 4 kelompok, yaitu :
1)
Usia Pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.
2)
Lanjut Usia (elderly) berusia antara 60 sampai 74 tahun.
3)
Lanjut Usia Tua (old) berusia 75 sampai 90 tahun.
4)
Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
b.
Berikut ini adalah lima klasifikasi pada
lansia menurut Maryam,dkk (2011) :
1)
Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2)
Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih.
3)
Lansia risiko tinggi, seseorang yang
berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
4)
Lansia Potensial, lansia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa.
5)
Lansia tidak potensial, lansia yang
tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain.
Sedangkan Nugroho (2000), menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat para ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun keatas.
Tipe Lanjut Usia
Menurut Nugroho,
(2008). Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya.
a.
Tipe Arif bijaksana
Lansia
ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
b.
Tipe Mandiri
Lansia
ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam
mencari pekerjaan dan teman pergaulan serta memenuhi undangan.
c.
Tipe Tidak Puas
Lansia
yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d.
Tipe Pasrah
Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pakerjaan apa saja dilakukan.
e.
Tipe Bingung
Lansia
yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Posting Komentar untuk "PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP SKALA NYERI SENDI PADA LANJUT USIA"