KONSEP DASAR MEDIS HEMOROID
1. Anatomi fisiologi
a. Anatomi kolon dan
rektum
Kolon
merupakan sambungan dari usus halus, dengan panjang ± 1,5 meter, dimulai dari katup
ileocaecal. Reflek gastrokolik terjadi ketika makanan masuk ke dalam lambung
dan menimbulkan peristaltik di dalam kolon. Sekum terletak di daerah iliaka dan
menempel pada tempat yang disebut pleksura hepatika, seperti terlihat pada
gambar 1 berikut ini :
Selanjutnya
kolon berjalan melalui tepi daerah epigastrium dan umbilikal sebagai kolon
transversum, kemudian membelok sebagai fleksura lienalis. Di daerah kanan
iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk kolon
sigmoideus dan kemudian masuk pelvis besar yang menjadi rektum. Panjang rektum
adalah kira-kira 10 cm di bagian bawah dari usus besar, yang dimulai dari kolon
sigmoideus dan berakhir pada saluran anal yang panjangnya kira-kira 3 cm.
Saluran paling bawah berakhir pada anus yang diapit oleh otot internus dan
eksternus yang merupakan tempat dimana dapat menyebabkan pelebaran fleksus vena
hemoroidalis.
b. Struktur pembuluh darah
Usus
besar menunjukkan empat morfologi lapisan seperti apa yang ditemukan juga pada
usus halus yaitu :
1.) Lapisan serosa.
Merupakan
lapisan paling luar, yang dibentuk oleh peritonium. Mesenterium merupakan
lipatan peritonium yang lebar sehingga memungkinkan usus bergerak lebih
leluasa. Mesenterium menyokong pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf
mensuplai darah. Fungsi dari peritonium adalah mencegah pergesekan antara
organ-organ yang berdekatanb, dengan mensekresi cairan serosa yang berfungsi
sebagai pelumas.
2.) Lapisan otot
longitudinal
Meliputi
usus besar tidak sempurna, tetapi berkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia
koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal sehingga rektum mempunyai selubung
otot yang lengkap. Taenia lebih pendek daripada usus sehingga usus menjadi
berkerut seperti kantong kecil yang disebut : haustra.
3.) Lapisan otot sirkuler
Diantara
kedua lapisan otot tersebut, terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe, yang
mensuplai usus
4.) Lapisan mukosa
Lapisan
paling dalam, tidak mempunyai vili atau rugae dan merupakan suatu perbedaan
dengan usus halus. Kriptus liberikula (kelenjar internal) terletak lebih dalam
dan mempunyai lebih banyak sel goblet daripada usus halus. Usus besar secara
klinik dibagi dalam separu bagian kiri dan kanan menurut suplai darahnya.
c. Sistem hepatika portal
Vena mesenterika superior
memperdarahi separuh bagian kanan yaitu
: sekum, kolon, asendus, dan dua pertiga proximal kolon transversum. Arteri
mesenterika superior mensuplai separuh bagian kiri yaitu sepertiga distal kolon
mendatar dari kolon desendens, kolon sigmoid serta bagian proksimal dari
rektum. Suplai darah pada rektum diselenggarakan oleh vena return dari kolon
dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior yang
mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan
darah ke vena iliaka dan merupakan bagian distal dari sirkulasi sistemik.
Suplai saraf usus besar,
dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan pengecualian sfingter eksterna yang
diatur oleh sistem volunter. Serabut parasimpatik berjalan melalui nervus
vagus, ke bagian tengah kolon transversum dan pelvikus yang berasal dari daerah
sakral menyuplai bagian distal.
Perangsangan simpatis
menyebabkan penghambatan sekresi, kontraksi dan perangsangan sfingter ani,
sedangkan perangsangan parasimpatis, menyuplai efek yang berlawanan.
d. Fisiologi kolon dan
rektum
Usus besar mempunyai fungsi
yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus yang paling
penting adalah absorpsi air dan elektrolit yang sebagian besar dilangsungkan
pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid sebagai reservoir untuk
dehidrasi masa faeces, sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorbsi air, sekitar
600 ml perhari dibandingkan dengan 800 ml air yang diabsorbsi oleh usus besar.
Akan tetapi kapasitas absorbsi usus besar sekitar 2000 ml perhari. Bila jumlah
ini dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan dari ileum akan
mengakibatkan diare.
Berat akhir faeces yang
dikeluargakan perhari sekitar 200 gr, 75 % diantaranya berupa air. Sisanya
terdiri dari residu makanan yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang
mengelupas dan mineral yang tidak diabsorpsi. Sangat sedikit pencernaan berlangsung
dalam usus besar. Sekresi usus besar mengandung banyak mukus, menunjukkan
sekresi alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja sebagai pelumas dan
pelindung mukosa pada peradangan usus. Didalam usus besar terdapat pembusukan
cukup banyak antara lain : peptida, asam amino, indol, skatol, fenol dan asam
lemak. Amino, CO2. H2, H2S, dan Ch4
merupakan gas – gas yang terpenting. Sebagian besar dari gas – gas dikeluarkan
dari faeces sedangkan yang lainnya diabsorbsi dan diangkut ke hati untuk dirubah
menjadi senyawa yang tidak toksik diekskresi dalam urine. Sekitar 1000 ml gas
flatus dalam keadaan biasanya dikeluarkan melalui anus setiap hari.
Penyebab terjadinya hemoroid
akibat dari pelebaran vena fleksus hemoroidalis superior, medial dan inferior. Hemoroid
dikenal dalam masyarakat adalah ambeien yang merupakan penyakit saluran
pencernaan. Hemoroid dapat terjadi pada semua tingkat usia, baik pria maupun
wanita.
2. Pengertian Hemoroid
Berdasarkan penelitian ara ahli
mengenai hemoroid maka dikemukakan pengertian hemoroid sebagai berikut : Hemoroid adalah varises dari
fleksus hemoroidalis superior dan media disebut : hemoroid interna dan apabila
mengenai fleksus hemoroidalis inferior disebut : hemoroidalis eksternal. (Win
De Jong, 1999 Hal. 243)
3. Etiologi Hemoroid
Pelebaran
fleksus hemoroidalis dibagi atas 2 :
a. Bendungan sirkulasi
portal akibat kelainan organik.
1.) Hepar : sirosis hepatik Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan
resistensi aliran darah vena hepar sehingga terjadi hipertensi portal. Maka
akan terbentuk kolateral ke esophagus dan fleksus hemoroidalis.
2.) Bendungan vena portal
akibat adanya trombosis
3.) Tumor intra abdomen,
terutama di daerah pelvis yang menekan vena sehingga aliran darahnya terganggu.
Misalnya tumor ovarium atau tumor rektum.
b. Faktor – faktor yang
mungkin berperan antara lain :
1.) Keturunan/herediter.
Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan
dinding pembuluh darah dan bukan hemoroidnya.
2.) Anatomi
Vena di daerah mesenterium tidak mempunyai katup
sehingga darah mudah mengalir kembali, menyebabkan tekanan pada vena fleksus
hemoroidalis.
3.) Pekerjaan
Orang yang pekerjaannya banyak berdiri, gaya
gravitasi akan mempengaruhi timbulnya haemorhoid dan para pekerja yang
pekerjaannya mengangkat barang berat. Hal ini jelas pada orang yang sering
mengedan.
4. Patofisiologi
Pada daerah rektum terdapat
vena hemoroidalis superior, medialis dan inferior. Vena hemoroidalis media dan
inferior mengalirkan darah ke vena iliaka yang merupakan bagian dari sirkulasi
sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, medialis dan
inferior. Tekanan yang cukup tinggi pada kavum abdominalis secara kronis
misalnya konstipasi atau diare, tumor rektum, sering mengedan, kongesti pelvis
pada kehamilan. Fibroma uteri dan penyakit hati kronis disertai hipertensi
portal, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam sistem
portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. Konstipasi
dapat memperburuk keadaan, dimana faeces yang keras dapat menggores vena
hemoroidalis yang membengkak, sehingga
apabila keadaan ini terus menerus bisa menimbulkan perlukaan dan perdarahan
secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar yang menyebabkan
prolapsus.
5. Manifestasi klinik
Perdarahan merupakan gejala
utama, biasanya penderita datang berobat karena perdarahan atau buang air besar
bercampur darah atau terjadi prolapsus vena hemoroidalis disertai gejala
tambahan “Anal discarge” serta terasa gatal pada anus disertai perdarahan dan defekasi.
Tinja yang keras disertai dengan mengejan menimbulkan kongesti pembuluh vena
yang kemudian mengalami ruptur. Akhirnya dilatasi ini menjadi permanen dan
menjadi prolapsus dengan penonjolan membran mukosa lewat anus yang kerap kali
menyebabkan keluarnya lendir.
Fleksus hemoroidalis melebar
ini terletak dibawah mukosa rektum, tepat diatas lapisan muskularis muskulus
dari sfingterani eksternus tanpa adanya trombus atau infeksi. Pada pemeriksaan
colok dubur hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya
tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Penilaian dengan anaskop
diperlukan untuk melihat hemoroid interna tidak menonjol keluar. Dalam
pemeriksaan anoskop akan tampak benjolan – benjolan di bawah mukosa yang
seringkali penuh dilingkaran rektum dan anus.
Secara klinis hemoroid interna
diklasifikasikan atas 4 derajat untuk memudahkan terapi :
1.) Derajat satu.
Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat
ditemukan dengan protoskopi, lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan
kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoridalis
superior dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan.
2.) Derajat dua.
Dapat mengalami prolapsus melalui anus saat
defekasi haemoroid ini dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi
(dikembalikan ke dalam) secara manual.
3.) Derajat tiga.
Mengalami prolapsus secara permanen (keadaan
dimana varises yang keluar tidak dapat masuk kembali) dengan sendirinya tapi harus
didorong. Dalam hal ini mungkin saja varises keluar dan harus didorong kembali
tanpa perdarahan.
4.) Derajat IV
Akan timbul keadaan akut, dimana varises yang
keluar pada saat defekasi tidak dapat didorong masuk kembali hal ini akan
menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini terdapat trombus yang diikuti infeksi dan
kadang-kadang timbul peningkatan rektum.
6. Diagnostik test
Beberapa cara pemeriksaan yang
dapat membantu menentukan diagnosis pasti antara lain dengan inspeksi,
pemeliharaan digitalis, melihat langsung dengan :
a. Anaskopi atau
protoskopi.
Anastetik topikal dan tekanan pada sisi
kontralateral akan nampak benjolan – benjolan dibawah mukosa yang seringkali
penuh melingkari seluruh lingkaran rektum atau anus.
b. Rektal toucher (colok
dubur)
Colok dubur dapat dilakukan dengan menekan sisi
diseberang fisura setelah pemberian anastetik topikal. Bila tidak ada trombus
atau infeksi tidak teraba apa – apa karena berupa gelembung pada sub mukosa
yang hilang bila ditekan.
c. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan tingkat tinggi karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
7. Penatalaksanaan Hemoroid
Therapi
hemoroid interna yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid
adalah normal dan oleh karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan
fleksus hemoroidalis tetapi untuk menghilangkan keluhan.
- pasien
hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang
sederhana disertai nasehat tentang makan makanan sebaiknya makanan yang
berserat tinggi.
- Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai
efek yang bermakna kecuali efek anastetik dan astrigen.
- Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena
edema umumnya dimasukkan kembali secara perlahan – lahan disusul istirahat
baring dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan.
- Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat
meringankan nyeri.
- Skleroterapi Skleroterapi
adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang misalnya 5 % fenol dalam
minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke sub mukosa di dalam jaringan
areolar yang longgar dibawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan
peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut.
- Ligasi dengan gelang karet Hemoroid
yang besar atau mengalami prolapsus dapat ditangani dengan ligasi gelang
karet menurut Barron dengan bantuan anoskop, mukosa diatas hemoroid yang
menonjol dijepit dan ditarik dan dihisap dalam tabung khusus.
- Bedah beku Hemoroid dapat
pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah sekali atau bedah
krio. Ini dapat dipaksi secara luas oleh karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya.
- Hemoroidektomi Therapi
bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan yang menahun dan pada
penderita hemoroid derjat III dan IV. Therapi bedah juga dapat dilakukan
pada penderita dengan perdarahan berulang. Penderita grade IV yang
mengalami trombosit dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan
hemoroidektomi.
- Tindakan bedah lain Dilatasi anus yang dilakukan dalam anastesi dimaksudkan untuk memutuskan jeringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan keluar anus atau spasme yang merupakan faktor penting dalam pembentukan hemoroid. Metode dilatasi lord ini kadang disertai dengan penyulit inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
KONSEP KEPERAWATAN
Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk
pelayanan bio – psiko – sosial – spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik yang sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan
diberikan karen adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
serta kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan kehidupan sehari
– hari secara mandiri.
Didalam memberikan
asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah – langkah proses
keperawatan yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengkajian merupakan tahap awal
dari proses keperawatan yang ditujukan untuk menolong individu, keluarga, dan
masyarakat dengan melaksanakan pengumpulan data untuk menentukan masalah
keperawatan meliputi beberapa aspek yaitu aspek fisik, psikologis, sosial dan
spiritual yang diperoleh melalui autoanamnese dan alloanamnese.
Data yang dapat dikaji pada
pasien dengan gangguan sistem pencernaan hemoroid pre operatif yaitu :
1.) Biodata
a.) Identitas pasien
Nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, status
perkawinan, alamat, penghasilan, diagnosa medis, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit.
b.) Identitas penanggung
Nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan keluarga, alamat.
2.) Riwayat kesehatan.
a.) Riwayat kesehatan
sekarang.
(1.)Keluhan utama : Nyeri
pada daerah anus.
(2.)Riwayat keluhan utama :
nyeri ini dirasakan pada saat masuk di rumah sakit. Gejala awal terasa nyeri
pada anus.
b.) Riwayat kesehatan masa
lalu
Penyakit
haemoroid adalah penyakit kronik (menahun) perjalanan penyakit pada stadium
awal tidak memberi reaksi yang berarti sehingga kadang-kadang pasien tidak
menyadari kalau ia menderita haemoroid, biasanya pada haemoroid derjat I
benjolan belum dapat diraba dengan tangan karena padea bagian dalam spinter ani
yang disebut haemoroid interna. Haemoroid tersebut dapat dideteksi dengan
pemeriksaan anoskopi sedangkan pada derajat II dan III kadang mulai tampak
benjolan dan pada derajat IV dimana varises yang keluar tidak dapat didorong
masuk kembali disertai beberapa gejala antara lain perdarahan, rasa nyeri,
prolaps, gatal-gatal. Biasanya pasien baru merasakan penyakitnya cukup berat
kalau benjolan tersebut tidak dapat masuk kembali walaupun didorong dengan jari
serta terjadi perdarahan dan terasa nyeri yang hebat.
c.) Riwayat kesehatan
keluarga.
Pengkajian
keluarga melalui genogram 3 generasi untuk melihat sumber penyakit.
3.) Pemeriksaan fisik
a.) Keadaan umum
Keadaan
umum pasien dapat diketahui dengan melaksanakan pemeriksaan dan pengukuran
tinggi badan, berat badan, tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu pada umumnya dalam batas-batas normal
b.) Pemeriksaan fisik
secara umum
Dalam
melaksanakan pemeriksaan fisik muka dapat menggunakan teknik-teknik pemeriksaan
yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
(1.)Inspeksi
Yang
perlu diinspeksi pada saat melaksanakan pengkajian ialah keadaan umum,
kesadaran pasien dan penampakan secara umum.
(2.)Palpasi
Yang
dipalpasi adalah daerah perut bagian bawah sebab biasanya terasa penuh karena
pasien menahan buang air besar.
(3.)Perkusi
Bertujuan
untuk mengetahui adanya udara pada rongga perut biasanya tampak pada pasien
yang selalu menahan buang air besar akibat gangguan pencernaan.
(4.)Auskultasi
Penting
untuk mengetahui atau mendengar bunyi peristaltik serta bunyi jantung dan
paru-paru yang memberi kesan adanya komplikasi atau tidak.
4.) Pola kegiatan
sehari-hari
Hal ini perlu dikaji masalah eliminasi dan nutrisi
karena sering dijumpai pada pasien yang menderita haemoroid kadang merasa takut
untuk makan sebab kalau makan yang sering menyebabkan konstipasi atau gangguan
waktu buang air besar, maka akan terjadi suatu kecemasan dan stres akibat
pasien mengalami perasaan nafsu makan berkurang sehingga kebutuhan zat makanan
atau nutrisi tidak terpenuhi. Yang perlu dikaji adalah :
a.) Eliminasi
(1.)Kebiasaan
-
Frekuensi.
-
Konsistensi
-
Warna
-
Bau
-
Jumlah
dalam sehari.
b.) Nutrisi
-
Pola
makan
-
Frekuensi
dalam sehari
-
Nafsu
makan
-
Banyaknya
minum dalam sehari.
c.) Istirahat dan tidur
d.) Personal hygiene
-
Kebiasaan
mandi
-
Kebersihan
gigi dan rambut.
e.) Olahraga dan aktivitas
f.) Data spiritual
g.) Data psikologis
Keadaan
emosi pasien.
h.) Data sosial
-
Interaksi
pasien dengan keluarganya.
-
Dengan
perawat serta sesama pasien.
i.) Pemeriksaan diagnostik
Tes
diagnostik yang dilakukan pada paien haemoroid interna grade IV
-
Darah : Hb biasanya
normal kadang menurun akibat perdarahan
pada haemoroid melalui anus. Leukosit : pada umumnya normal,
LED, waktu perdarahan, pembekuan, trombosit biasanya menurun apabila terjadi
perdarahan yang lama menyebabkan volume darah berkurang.
-
Urine : albumin,
rekduksi, leukosit, eritrosit, epitel cell pada umumnya normal.
-
Ginjal : GDP,
GD 2 jam pp, ureum, kreatinin pada umumnya dalam batas normal kecuali bila ada
Diabetes Mellitus dan penyakit penyakit sistem perkemihan.
-
Thorax
foto
Hal ini dilakukan sebelum
pasien dilakukan operasi, dengan maksud untuk mengetahui komplikasi penyakit
lain.
b. Klasifikasi data
Setelah
melaksanakan pengumpulan data secara berkesinambungan baik data fisik,
psikologis, sosial dan spiritual.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut H. Lismider, dkk dalam
buku proses keperawatan, penerbit Universitas Indonesia (UI-Pres) tahun
1990 hal : 12
Diagnosa
keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah pasien, yang
dapat diatasi dengan tindakan keperawatan ditetapkan masalah pasien, yang dapat
diatasi dengan tindakan keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data yang diperoleh melalui pengkajian data.
Diagnosa keperawatan memberi
gambaran tentang masalah kesehatan pasien yang nyata ataupun potensial, dan
pemecahan-pemecahannya masih dalam wewenang perawat.
Adapun diagnosa keperawatan
yang dapat ditegakkan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan haemoroid
interna pre operasi adalah sebagai berikut :
- Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pelebaran fleksus hemoroidalis.
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan diet tinggi serat.
- Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peristiwa pre operasi dan pasca operasi.
- Resiko tinggi terhadap perubahan pada pelaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan perawatan diri pada saat pulang, ketidakmampuan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri.
- Resiko terjadi gangguan eliminasi buang air besar berhubungan dengan kelumpuhan otot perut akibat narkose umum.
- Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasif.
3. Perencanaan
Perencanaan perawataan adalah
penentuan apa yang akan dilaksanakan untuk membantu memenuhi dan mengatasi
masalah keperawatan dan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan.
a. Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan pelebaran fleksus hemoroidalis.
Tujuan
: Nyeri hilang/berkurang.
Intervensi
:
1.) Berikan analgetik
sesuai program perencanaan khususnya sebelum defekasi pertama (evaluasi
keefektivannya).
Rasional : Rasa
takut terhadap ketidaknyamanan umum pada defekasi pertama. Pasien sering tegang
dan mengencangkan sfingter anal, yang meningkatkan ketidaknyamanan pada
defekasi analgesia efektif meningkatkan relaksasi dan mengurangi
ketidaknyamanan pada defekasi.
2.) Berikan pelunak faeces yang diprogramkan dan
laksatif, jamin masuknya oral setiap hari. sedikitnya 2-3 liter cairan.
Rasional : Tindakan
ini ditujukan untuk menjamin pasase faeces lunak dini.
3.) Berikan rendam duduk
sesuai pesanan, ajarkan pasien bagaimana menyiapkan rendam duduk.
Rasional : Kehangatan
meningkatkan sirkulasi dan membantu menghilangkan ketidaknyamanan, penyuluhan
perawatan diri meningkatkan kemandirian.
4.) Pastikan pasien
berkemih.
Rasional : Kandung
kemih penuh dapat menyebabkan nyeri.
5.) Hindari mengukur suhu
per-rektal
Rasional : Pemasukan
termometer dapat membuat trauma pada jaringan yang telah terganggu.
b. Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi berhubungan dengan diet tinggi serat.
Tujuan : Mempermudah
defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.
Intervensi :
1.) Ukur masukan diet
harian dengan jumlah kalori.
Rasional : Memberi
informasi tentang kebutuhan pemasukan/ defisiensi.
2.) Berikan makanan tinggi
serat.
Rasional : Makanan
tinggi serat dapat mempermudah proses defekasi.
3.) Menganjurkan klien
untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Dengan
demikian porsi yang telah ditargetkan dapat dihabiskan.
4.) Anjurkan kepada
keluarga klien agar memberikan makanan yang bervariasi.
Rasional : Merangsang
nafsu makan klien
c. Ansietas berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang peristiwa pre operasi dan pasca operasi.
Tujuan : Mengungkapkan
pemahaman tentang peristiwa pre operasi dan pasca operasi.
Intervensi :
1.) Tenangkan pasien bahwa
fungsi seksual tidak dipengaruhi oleh pembedahan rektal dan continens usus
tetap utuh kecuali pasien mengalami reseksi abdominoperianal dimana kasus
impoten adalah kasus pembedahan.
Rasional : Pria
umumnya mempermasalahkan tentang efek pembedahan pada fungsi seksual impotensi
atau sterilitas dari hasil akankah kontrol usus hilang secara permanen.
2.) Jelaskan apa yang
terjadi selama periode pra operasi dan pasca operasi, termasuk test
laboratorium pra operasi persiapan kulit. Alasan status puasa, obat-obatan pra
operasi tinggal di ruang pemulihan, dan program pasca operasi informasikan
pasien bahwa, obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.
Rasional : Pengetahuan
tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan
kerja sama pasien selama pemulihan. Mempertahankan kadar analgetik darah
konstan memberikan nyeri terbaik.
3.) Lengkapi daftar
aktivitas pada daftar cek pra operatif. Beritahu dokter jika ada kelainan dari
hasil test laboratorium pra operasi.
Rasional : Daftar
cek memastikan aktivitas yang diperlukan telah lengkap. Aktivitas tersebut
dirancang untuk memastikan pasien telah siap secara fisiologis untuk
pembedahan, sehingga mengurangi resiko lamanya penyembuhan.
4.) Tegaskan
penjelasan-penjelasan dari dokter.
Rasional : pengulangan-pengulangan
tersebut mendorong untuk belajar.
d. Resiko tinggi terhadap
perubahan pada pelaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang tindakan perawatan diri pada saat pulang, ketidakmampuan
untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri.
Tujuan : Mendemonstrasikan
keinginan untuk memenuhi perawatan diri dan tindakan pemeliharaan saat pulang.
Intervensi
:
1.) Instruksikan pasien untuk :
-
Melanjutkan
diet tinggi serat.
-
Minum
paling sedikit delapan gelas cairan setiap hari.
-
Menggunakan
pelunak faeces sesuai pesanan.
Rasional : Tindakan
ini membantu menjamin pasase faeces lunak.
2.) Anjurkan pasien untuk
menghubungi dokter bila demam, perdarahan otak, atau nyeri tak hilang dengan
analgesia yang diprogramkan.
Rasional : Temuan
ini menandakan kebutuhan terhadap pemeriksaan fisik lanjut.
3.) Jamin pasien mempunyai :
perjanjian tertulis untuk perawatan lanjut, bahan untuk rendam duduk (bila
dilanjutkan di rumah), resep untuk analgesik ringan bila diperlukan, resek
untuk pelunak faeces.
Rasional : Instruksi
verbal dapat dengan mudah dilupakan melalui persiapan dapat membantu
meminimalkan ansietas berkenaan dengan perawatan diri setelah pembedahan.
Ketidaknyamanan ringan dapat dialami selama beberapa minggu setelah pulang.
Pasase faeces untuk membantu meminimalkan ketidaknyamanan.
e. Resiko terjadi gangguan
eliminasi buang air besar berhubungan dengan kelumpuhan otot perut akibat
narkose umum.
Tujuan : Dapat
buang air besar secara teratur setiap hari 1-2 kali konsistensi lunak.
Intervensi :
1.) Mempermudahkan
peristaltik usus dan pemberian narkosa.
Rasional : Pemberian
narkosa yang dalam pada saat operasi akan memberikan komplikasi terutama terasa
lemah, kesadaran menurun.
2.) Jelaskan pada pasien
tentang penggunaan narkosa
Rasional : Memahami
manfaat narkose untuk operasi.
3.) Anjurkan pasien untuk
beraktivitas.
Rasional : Untuk
merangsang peristaltik usus sehingga memudahkan untuk BAB.
f. Resiko terjadi infeksi
sekunder berhubungan dengan tindakan invasif.
Tujuan
: Tidak mengalami tindakan
sekunder.
1.) Inspeksi tanda-tanda infeksi
sekunder.
Rasional : Akan
memberikan informasi tentang perawatan infeksi.
2.) Mencuci tangan sebelum dan
sesudah melaksanakan prosedur perawatan.
Rasional : Penting
untuk mencegah kontaminasi.
3.) Ukur suhu badan klien setiap
empat jam.
Rasional : Untuk
mengetahui indikasi terjadinya infeksi sekunder.
4. Pelaksanaan
Implementasi keperawatan
meliputi mendengarkan dengan aktif dan menunjukkan pemahaman dan perhatian
sambil menganjurkan pasien berdiskusi dalam masalah ini. Memberikan pernyataan
seperti “ini adalah masalah yang sulit untuk dibicarakan” mungkin menganjurkan
pasien mengungkapkan secara verbal perasaan emosi yang sedang dirasakan.
Intervensi yang lain adalah menjamin privasi selama pelaksanaan personal
hygiene, pemeriksaan dan perawatan dengan menutup pintu, menarik sampiran di
pinggir tempat tidur, atau menempatkan sebuah tanda “Pemeriksaan sedang
dilakukan” terakhir bahwa semua keluhan ketidaknyamanan harus dikaji dengan
hati-hati.
Karena haemorhoid interna
mungkin timbul kembali, program pembelajaran pasien harus dilakukan yang menekankan
diet intake cairan (kira-kira 2 qt perhari) dan serat (buah-buahan dan sayuran)
penggunaan pelunak tinja sesuai kebutuhan, dan pentingnya menghindari
peregangan selama defekasi. Mengajarkan pasien untuk mengawasi adanya
perdarahan rectum dan melakukan pemeriksaan rectal secara teratur.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui pencapaian dari tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah
diberikan kepada pasien. Tujuan evaluasi adalah untuk memberi umpan balik
kepada rencana perawatan, menilai dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang
diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Evaluasi menunjukkan pertanggungjawaban (acountability) pelayanan perawatan
serta menentukan efek tidaknya tindakan yang diberikan.
6. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan
merupakan catatan informasi tentang perkembangan klien, kebutuhan keperawatan
dan berbagai catatan medik serta kegiatan yang dilaksanakan selama klien dalam
tahap perawatan dan pengobatan.
Dokumentasi keperawatan
mencakup pencatatan dan pelaporan tentang semua pelaksanaan kegiatan, perubahan
respon klien terhadap penyakitnya, waktu pelaksanaan yang dapat memberikan
gambaran kepada perawat tentang bagaimana sebenarnya keadaan klien. merupakan
aspek legal yang dapat menolong perawat dalam pelaksaan tugas.
Posting Komentar untuk "ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HEMOROID"