SOP PERAWATAN
LUKA
I.
PENDAHULUAN TENTANG PERAWATAN LUKA
Kulit berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap bahaya lingkungan. Kulit melindungi tubuh dari kerusakan akibat
mekanik, iradiasi, efek termal, kimia, dan masuknya mikroorganisme. Adanya luka
menimbulkan hilangnya fungsi perlindungan oleh kulit. Bakteri dapat masuk ke
jaringan yang lebih dalam dan menimbulkan perlawanan tubuh serta menimbulkan
resiko infeksi.
Banyak luka kecil yang sembuh tanpa
perhatian dari pemberi pelayanan kesehatan, jika orang yang luka memiliki
bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk penyembuhan seperti suplai darah cukup,
sistem kekebalan utuh, status nutrisi baik. Tetapi seseorang dengan luka besar
atau lebar atau luka yang disengaja khususnya insisi operasi memerlukan
pengawasan dan perawatan untuk terjadinya penyembuhan yang optimal.
Luka adalah rusaknya kontinuitas dari
jaringan tubuh.
II.
JENIS - JENIS LUKA
Luka dibagi menurut cara mereka
didapat dan luas kulit yang terkena. Sistem klasifikasi ini meliputi 6 tipe
luka :
1.
Luka Insisi/Luka Iris
Dibuat
secara sengaja atau tidak sengaja oleh alat yang tajam, seperti pisau atau
pisau bedah.
2.
Luka Kontusio
Kontusio
adalah luka yang tidak disengaja.Terjadi sebagai hasil dari benturan benda yang tumpul; kulit tetap utuh tetapi jaringan
di bawahnya dan pembuluh darah rusak. Pada luka tertutup, kulit kelihatan memar.
3.
Luka Abrasi
Terjadi oleh geseran atau garukan pada kulit, secara
tidak sengaja, seperti ketika seorang anak terjatuh pada lututnya terjadi
goresan, atau secara disengaja ketika ahli bedah plastik menghilangkan jaringan
parut melalui teknik pembedahan abrasi dermis.
4.
Punktur atau Luka Tusuk
Dibuat oleh benda yang tajam yang memasuki kulit dan
jaringan di bawahnya. Luka punktur yang disengaja dibuat oleh jarum pada saat
injeksi; punktur yang tidak disengaja terjadi bila paku menusuk alas kaki bila
paku tersebut terinjak.
5.
Luka Laserasi
Terjadi bila kulit tersobek secara kasar. Ini terjadi
secara tidak disengaja, biasanya disebabkan oleh kecelakaan.
6.
Luka Penetrasi
Terjadi bila benda yang terdorong masuk ke kulit atau
membran mukosa. Merupakan luka yang tidak disengaja. Benda yang masuk seperti
pecahan metal atau peluru, berada dalam jaringan di bawah kulit; projektil
meninggalkan suatu saluran melewati jaringan yang dapat tertutup secara
lengkap.
III. FASE PENYEMBUHAN LUKA
Proses regenerasi penyembuhan luka
menggambarkan 3 fase, yaitu :
1.
Fase Inflamasi
Fase Inflamasi
terlihat selama beberapa hari pertama setelah cedera.
2.
Fase Proliferasi
Fase Proliferasi
dimulai pada 4 – 5 hari setelah cedera dan selesai dalam waktu dua minggu.
3. Fase Maturasi
Pada fase ini terjadi proses
pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih,
pengerutan sesuai dengan
IV. FAKTOR- FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERHAMBATNYA PENYEMBUHAN LUKA
Jika ada satu atau lebih faktor resiko, luka dapat tidak sembuh dalam periode waktu yang biasanya. Kondisi ini disebut penyembuhan luka yang terhambat.
- Menurunnya sirkulasi kebagian tubuh yang disebabkan oleh usia atau patologis (seperti pada Diabetes).
- Perubahan status nutrisi, khususnya kekurangan protein, zat besi, atau vitamin C. Ini dapat terjadi pada orang tua, pengguna obat-obatan dan alkohol yang kronik, atau orang yang sembuh dari penyakit kronik seperti kanker.
- Terapi Farmakologi (obat-obatan) yang dapat mempengaruhi atau merubah respon inflamasi atau meningkatkan waktu koagolasi (pembekuan) darah.
- Merokok, yang secara langsung berdampak pada suplai oksigen perifer ke jaringan melalui perubahan status pernafasan dan konstriksi vaskuler.
- Obesitas (kegemukan), dimana jaringan lemak memiliki oksigen dan zat gizi sedikit karena vaskular yang lebih sedikit.
- Tekanan pada luka yang disebabkan oleh keadaan fisik seperti penarikan jahitan atau balutan yang ketat, respon hormonal terhadap nyeri yang lama atau yang tidak hilang, atau faktor fisiologis seperti ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
- Komplikasi luka seperti perdarahan, infeksi, dehiscence atau eviserasi.
Komplikasi luka terjadi jika
keadaan fisiologis atau mekanis yang tidak diharapkan menghambat penyembuhan. Dua komplikasi yang
paling umum adalah perdarahan yang berlebihan dan infeksi.
A. Perdarahahan Yang Berlebihan
Perdarahan yang sedikit dapat terjadi
pada setiap luka, tetapi ini diperiksa melalui hemostasis, pembekuan darah yang
terjadi melalui proses koagulasi fisiologis atau tekanan mekanis pada luka.
Perdarahan yang berlebihan adalah perdarahan yang lama, tidak dapat dihentikan.
Perdarahan terjadi jika beberapa pembuluh darah pembawa darah ke seluruh tubuh – arteri, vena atau kapiler – putus atau pecah. Dapat terjadi pada pembuluh-pembuluh darah sebelah luar yang terlihat atau bagian dalam yang tidak terlihat.
Darah dari pembuluh arteri
berwarna merah terang dan menyembur, sedangkan darah dari pembuluh vena
berwarna lebih gelap dan menitik. Darah dari pembuluh kapiler berwarna merah
sedang dan keluarnya merembes.
Perdarahan yang serius selalu
membahayakan sebab jika terlalu banyak darah keluar dari sistem peredaran
darah, sisanya tidak cukup untuk suplai oksigen ke seluruh tubuh, berakibat
syok dan akhirnya kematian.
Yang harus dilakukan jika terjadi perdarahan pada luka:
1.
Tinggikan daerah luka. Tekan langsung dengan telapak tangan menggunakan pembalut/perban atau bantalan
yang bersih. Jika tidak ada pembalut gunakan tangan anda, mungkin diperlukan
lebih dari 15 menit untuk menekannya.
2.
Jika lukanya besar, tekanlah kuat dan hati-hati. Tekan terus seperti
pada langkah 1 di atas.
3.
Angkat dan tinggikan bagian luka hingga berada lebih tinggi dari jantung
korban (dada) tidakan ini memperlambat mengalirnya darah ke bagian luka;
disebut tindakan elevasi.
4.
Baringkan korban, untuk mengurangi derasnya keluarnya darah.
5.
Tutuplah luka dengan pembalut
bersih dan cukup lebar melebihi tepi luka, balut dengan verban; ikat di
atas bantalan pembalut.
6.
Jika tak ada pembalut, gunakanlah sepotong kain bersih, tipis dan tidak
berbulu.
7.
Jika darah terlihat mulai menembus pembalut, beri lagi di atasnya lalu
balutlah.
8.
Amati tanda-tanda terjadinya shok dan rawatlah.
B. Infeksi Pada Luka
Infeksi luka terjadi melalui
kontaminasi ke jaringan. Meskipun dapat disembuhkan dengan terapi antibiotika,
infeksi menghambat proses penyembuhan dan memperpanjang penyembuhan klien dari cedera.
VI. PRINSIP PERAWATAN LUKA YANG BENAR
Perawatan luka dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup. Perawatan luka terbuka diutamakan pada luka yang sederhana dan dangkal.
Perawatan luka tertutup bertujuan untuk :
a.
Menjaga luka dari trauma.
b.
Mengimobilisasi daerah luka.
c.
Mencegah perdarahan.
d.
Mencegah kontaminasi oleh kuman.
e.
Mengabsorbsi drainase.
f.
Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.
g.
Debridemen sel nekrotik.
2.
Indikasi mengganti balutan :
a. Balutan kotor atau basah akibat
eksternal
b.
c. Ingin mengkaji keadaan luka.
d. Dengan frekuensi tertentu,
untuk mempercepat debridemen (pengangkatan) jaringan nekrotik.
3. Indikasi balutan kering atau
basah :
a. Balutan basah digunakan untuk
luka yang basah atau banyak drainase.
b. Luka kering atau drainase
minimal digunakan balutan kering.
4.
Membersihkan luka :
a. Luka kering cukup diusap
dengan larutan antiseptik.
b. Luka berwarna
kekuningan/terinfeksi dibersihkan dengan pencucian sampai pus (nanah) terangkat.
c. Luka berwarna hitam (nekrotik)
harus dinekrotomi secara mekanik atau kimia.
VII. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN LUKA
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Bak instrumen steril berisi :
Pinset anatomis.
Pinset chirurgis.
Sarung tangan.
Gunting jaringan.
2.
Gunting perban.
3.
Plester.
4.
Mangkok kecil.
5.
Bengkok/Nierbeken.
6.
Perlak/handuk.
7.
Tempat sampah.
Bahan :
1.
Larutan NaCl.
2.
Betadine/Rivanol.
3.
Alkohol 70 %
4.
Salep antiseptik.
5.
Perban.
6.
Kasa steril.
B. Prosedur kerja Perawatan Luka
1.
Jelaskan prosedur kepada pasien.
2.
Cuci tangan dengan sabun.
3.
Siapkan peralatan dan dekatkan dengan pasien.
4. Letakkan pasien senyaman
mungkin di tempat tidur atau di kursi.
5. Tutup ruangan dengan tirai.
6.
Angkat atau lepaskan perekat
plester dengan kapas alkohol.
7. Pasang perlak/handuk di bawah
luka yang akan diganti balutan.
8. Pakai sarung tangan untuk
memulai mengganti balutan, angkat balutan dengan memakai pinset anatomis dan
letakkan balutan di tempat sampah, perhatikan keadaan luka.
9.
Buka balutan steril, tempatkan dalam bak instruman, buka larutan
antiseptik (Betadine, Rivanol) dan tuangkan ke dalam kom kecil.
10.
Bersihkan luka dengan memakai pinset chirurgis, luka dibersihkan dengan kasa
yang dibasahi antiseptik dari dalam ke luar secara sirkuler, ulangi sampai
bersih. Jika terlalu kotor, cuci dengan NaCl 0,9 % disiram secara perlahan
sampai bersih dan air siraman ditampung dalam bengkok/nierbeken.
11.
Gunakan kasa terpisah untuk setiap usapan dalam membersihkan, gunakan
kasa baru untuk mengeringkan luka.
12.
Berikan salep antiseptik atau kompres dengan antiseptik (Betadine,
Rivanol, NaCl 0,9 %). Hindari kasa yang
terlalu basah.
13.
Balut atau tutup semua area luka sampai permukaannya tertutup.
14.
Buka sarung tangan.
15.
Balutan diplester dan alat-alat dirapikan.
16.
Cuci tangan.
Posting Komentar untuk "STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN LUKA"