ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT ANAK SEKOLAH
STUDI
KASUS ASKEP PADA AGREGAT ANAK SEKOLAH
KASUS:
Berdasarkan hasil
pengkajian melalui survey yang dilakukan di kelurahan Lorong Parang Makassar
pada tanggal 5 november 2021, dari total 123 siswa di SD Inpres Labuan Bajo
ditemukan masalah Kesehatan dan kebersihan diri yang meliputi :
- 45 siswa (36.5%) bermasalah pada
gigi,
- 25 siswa (20.3%) jarang mengosok gigi
secara rutin,
- 55 siswa (44.7%) jarang sarapan
sebelum kesekolah,
- 6 siswa (4.9%) tidak mencuci tangan
sebelum makan,
- 15 siswa (12,1%) tidak mencuci kaki
sebelum tidur,
- 7 siswa (5.7%) tidak biasa memakai
alas kaki,
- 20 siswa (16.2%) tidak bisa potong
kuku,
- 5 siswa mandi hanya 1 kali sehari
dengan persentase 4% dan
- ditemukan ada 10 siswa (8.13%)
memiliki kutu di rambutnya.
Hasil observasi pada
lingkungan sekolah: Bangunan sekolah permanen terdiri dari 7 ruang
kelas dan 1 kantor guru. Lapangan sekolah masih berupa tanah hitam. Sampah
plastic berserakan didalam dan diluar kelas, meski ada tempat sampah tersedia
di luar kelas. Sumber air di toilet tersedian namun kamar mandi kurang terawat
dan bau pesing. Ada tiga pedagang berjualan makanan basah maupun kering didalam
lingkungan sekolah, namun makanan yang dijual terbuka danlalat berterbangan
disekitarnya.
Dampak negatif yang
muncul dari perilaku tersebut adalah timbul beberapa penyakit seperti karies
gigi, diare, cacingan, dan gatal-gatal. Telah ada program sekolah yang telah
dilakukan yaitu jumat bersih dan UKS, namun kondisi ini belum teratasi
sepenuhnya. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan pemberian asuhan
keperawatan agregat pada anak secara komprehensif.
HASIL TABULASI
Berdasrakan
data tabulasi dan di format dalam bentuk
diagram.
Pengolahan data mencakup analisa-analisa masalah kesehatan yang ada di
masyarakat. Data hasil tabulasi disajikan sebagai berikut
1. Data masalah
kesehatan dan kebersihan diri
Tabel 1
Distribusi siswa yang bermasalah
pada gigi (n=123)
Bermasalah
pada gigi |
f |
% |
Bermasalah |
45 |
36.5 |
Tidak
Bermasalah |
78 |
63.5 |
Total |
123 |
100 |
Data yang diperoleh menunjukkan sebagian besar siswa
tidak bermasalah pada gigi yaitu sebanyak 78 siswa (63.5%) dan bermasalah pada
gigi sebanyak 45 siswa (36.5%).
Tabel 2
Distribusi siswa yang
menggosok gigi secara rutin (n=123)
Gosok gigi secara rutin |
f |
% |
Rutin |
98 |
79.7 |
Jarang |
25 |
20.3 |
Total |
123 |
100 |
Data
yang diperoleh menunjukkan Sebagian besar siswa rutin menggosok gigi yaitu
sebanyak 98 siswa (79.7%) dan jarang menggosok gigi secara rutin sebanyak 25
siswa (20.3%).
Tabel 3
Distribusi siswa yang sarapan
sebelum ke sekolah (n=123)
Sarapan
sebelum ke sekolah |
f |
% |
Rutin |
68 |
55.3 |
Jarang |
55 |
44.7 |
Total |
123 |
100 |
Data
yang diperoleh menunjukkan sebagian besar siswa sarapan sebelum ke sekolah yaitu
sebanyak 68 siswa (55.3%) dan siswa yang jarang sarapan sebelum ke sekolah
sebanyak 55 siswa (44.7%).
Tabel 4
Distribusi siswa yang mencuci
tangan sebelum makan (n=123)
Mencuci
tangan sebelum makan |
f |
% |
Ya |
117 |
95.1 |
Tidak |
6 |
4.9 |
Total |
123 |
100 |
Data
yang diperoleh menunjukkan Sebagian besar siswa mencuci tangan sebelum makan
yaitu sebanyak 117 siswa (95.1%) dan yang tidak mencuci tangan sebelum makan
sebanyak 6 siswa (4.9%).
Tabel 5
Distribusi siswa mencuci kaki
sebelum tidur (n=123)
Mencuci
kaki sebelum tidur |
f |
% |
Ya |
108 |
87.9 |
Tidak |
15 |
12.1 |
Total |
123 |
100 |
Data
yang diperoleh menunjukkan sebagian besar siswa mencuci kaki sebelum tidur
yaitu sebanyak 108 siswa (87.9%) dan yang tidak mencuci kaki sebelum tidur
sebanyak 15 siswa (12.1%).
Tabel 6
Distribusi siswa yang biasa memakai
alas kaki (n=123)
Memakai
alas kaki |
f |
% |
Ya |
116 |
94.3 |
Tidak |
7 |
5.7 |
Total |
123 |
100 |
Data
yang diperoleh menunjukkan sebagian besar siswa biasa memakai alas kaki yaitu
sebanyak 116 siswa (94.3%) dan yang tidak biasa memakai alas kaki sebanyak 7
siswa (5.7%).
Tabel 7
Distribusi siswa yang biasa potong
kuku (n=123)
Biasa
potong kuku |
f |
% |
Ya |
103 |
83.8 |
Tidak |
20 |
16.2 |
Total |
123 |
100 |
Data
yang diperoleh menunjukkan sebagian besar siswa biasa potong kuku yaitu
sebanyak 103 siswa (83.8%) dan yang tidak biasa potong kuku sebanyak 20 siswa
(16.2%).
Tabel 8
Distribusi kebiasaan mandi siswa
(n=123)
Kebiasaan
mandi |
f |
% |
Lebih dari
1 x sehari |
118 |
96 |
Hanya 1 x
sehari |
5 |
4 |
Total |
123 |
100 |
Data
yang diperoleh menunjukkan sebagian besar siswa mandi lebih dari 1 x sehari
yaitu sebanyak 118 siswa (96%) dan yang hanya mandi 1 x sehari sebanyak 5 siswa
(4%).
Tabel 9
Distribusi siswa yang memiliki kutu
di rambutnya (n=123)
Memiliki
kutu di rambutnya |
f |
% |
Ya |
10 |
8.13 |
Tidak |
113 |
91.87 |
Total |
123 |
100 |
Data
yang diperoleh menunjukkan sebagian besar siswa tidak memiliki kutu di
rambutnya yaitu sebanyak 113 siswa (91.87%) dan yang memiliki kutu di rambutnya
sebanyak 10 siswa (8.13%).
Analisa Data
Dari beberapa
tabulasi terkait perilaku tidak sehat dimasyarakat maka selanjutnya dilakukan
Analisa data untuk menentukan masalah tersebut
ANALISA DATA
No |
Data |
Masalah |
Diagnosa Keperawatan |
1 |
DS : 1. 25
siswa ( 20,3%) jarang menggosok gigi secara rutin 2. 6
siswa ( 4.9%) tidak mencuci tangan sebelum makan 3. 15
siswa (12,1%) tidak mencuci kaki sebelum tidur 4. 7
siswa ( 5,7%) tidak biasa memakai alas kaki 5. 20
siswa (16,2%) tidak biasa potong kuku 6. 5
siswa (4%) mandi hanya sekali sehari
DO
: 1. 45
siswa ( 36,5% ) bermasalah pada gigi 2. 10
siswa ( 8,13) memiliki kutu di rambutnya 3. Lapangan
masih tanah hitam 4. Makanan
yang dijual dikantin tidak tertutup dan lalat beterbangan disekitarnya
|
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan |
1. Promosi Kesehatan 2.
Manajemen Kesehatan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
|
2 |
DS : 1. 55 siswa (44,7%)
jarang sarapan sebelum ke sekolah DO : 1. Sampah
plastik berserakan di dalam dan luar kelas 2. Kamar
mandi kurang terawat dan bau pesing |
Perilaku kesehatan cenderung beresiko |
1
: Promosi Kesehatan 2
: Manajemen Kesehatan
Perilaku kesehatan cenderung beresiko |
3 |
DO: 1. Sampah
plastic berserakan di dalam dan luar kelas, meski ada tempat sampah tersedia
di bagian luar kelas. 2. Sumber
air di toilet tersedia namun kamar mandi kurang terawat dan bau pesing. 3. Telah
ada program sekolah yang dilakukan yaitu Jumat bersih dan UKS, namun kondisi
ini belum teratasi sepenuhnya |
Defisien Kesehatan
komunitas |
1
: Promosi Kesehatan 2
: Manajemen Kesehatan Defisien Kesehatan komunitas
|
A.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan
Analisa Masalah yang ada maka dengan itu dapat di angkat diagnosa keperawatan
sebagai berikut:
- Ketidakefektifan pemeliharaan Kesehatan
- Perilaku kesehatan cenderung berisiko
- Defisien Kesehatan komunitas
DATA |
DIAGNOSA |
NOC |
NIC |
DS
: 7. 25
siswa ( 20,3%) jarang menggosok gigi secara rutin 8. 6
siswa ( 4.9%) tidak mencuci tangan sebelum makan 9. 15
siswa (12,1%) tidak mencuci kaki sebelum tidur 10. 7
siswa ( 5,7%) tidak biasa memakai alas kaki 11. 20
siswa (16,2%) tidak biasa potong kuku 12. 5
siswa (4%) mandi hanya sekali sehari
DO
: 4. 45
siswa ( 36,5% ) bermasalah pada gigi 5. 10
siswa ( 8,13) memiliki kutu di rambutnya 6. Lapangan
masih tanah hitam 7. Makanan
yang dijual dikantin tidak tertutup dan lalat beterbangan disekitarnya
|
Domain
1 : Promosi kesehatan Kelas
2 : Manajemen kesehatan Diagnosa
: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok
anak sekolah dengan karies gigi, diare, cacingan dan gatal- gatal di Sd
Inpres Labuan Bajo Kelurahan Lorong Parang Makassar
|
Setelah dilakukan intervensi pada
kelompok anak sekolah, perilaku kesehatan lebih sehat dengan kriteria hasil : Level
1 : domain 4 pengetahuan tentang kesehatan dan perilaku Level
2 : kelas q-perilaku sehat Level
3 : outcome perilaku promosi kesehatan meningkat
dari skala 2 ( kurang memadai ) menjadi skala 4 ( baik/memadai ) 1. Menggunakan
perilaku yang menghindari risiko 2. Memonitor
lingkungan yang terkait dengan risiko 3. Memonitor
perilaku personal terkait dengan risiko 4. Menjaga
hubungan sosial 5. Melakukan
perilaku kesehatan secara rutin 6. Mendukung
kebijakan publik yang sehat 7. Menggunakan
dukungan sosial untuk meningkatkan kesehatan 8. Mendapatkan
skrining kesehatan yang direkomendasikan 9. Memperoleh
pemeriksaan rutin
|
Level
1 : domain 3 perilaku Level
2 : kelas pendidikan kesehatan Level
3 : intervensi pendidikan kesehatan 1. Identifikasi
faktor internal atau eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi
motivasi untuk berperilaku sehat 2. Pertimbangkan
riwayat individu dalm konteks personal dan riwayat sosial budaya individu,
keluarga dan masyarakat 3. Tentukan
pengetahuan kesehatan dan gaya hdup perilaku saat ini pada individu, keluarga
dan masyarakat 4. Identifikasi
karakteristik populasi target yang mempengaruhi pemilihan strategi belajar 5. Prioritaskan
kebutuhan orang yang belajar dengan menggunakan identifikasi kebutuhan
berdasarkan apa yang disukai klien, keterampilan perawat, sumber yang
tersedia dan kemungkinan keberhasilan pencapaian tujuan 6. Rumuskan
tujuan dalam program pendidikan kesehatan 7. Identifikasi
sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan program 8. Hindari
pengunaan dengan teknik menakut-nakuti sebagai strategi untuk memotivasi
orang agar mengubah perilaku kesehatan atau gaya hidup 9. Tekankan
manfaat kesehatan positif yang langsung atau manfaat jangka pendek yang bisa
diterima oleh perilaku gaya hidup positif daripada manfaat jangka panjang
atau efek negatif dari ketidakpatuhan 10. Kembangkan
materi pendidikan tertulis yang tersedia dan sesuai dengan audiens yang
menjadi sasaran 11. Berikan
ceramah untuk menyampaikan informasi dalam jumlah besar pada saat yang tepat 12. Lakukan
demonstrasi/ demonstrasi ulang, partisipasi pembelajar, dan manipulasi bahan
pembelajaran ketika mengajarkan keterampilan psikomotorik 13. Gunakan
instruksi dibantu komputer, televisi, video interaktif, dan
teknologi-teknologi lainya untuk menyampaikan informasi
Level
1 : Domain 7 Komunitas Level
2 : Kelas d. Manajemen risiko komunitas Level
3 : Intervensi Manajemen lingkungan komunitas 1. Identifikasi
ancaman terhadap keselamatan di komunitas 2. Monitor
status risiko Kesehatan 3. Berpartisipasi
dalam program di komunitas untuk mengatasi risiko yang sudah diketahui 4. Berkolaborasi
dalam mengembangkan program aksi di komunitas 5. Tingkatkan
kebijakan pemerintah untuk menurunkan risiko tertentu 6. Dorong
lingkungan untuk berpartisipasi aktif dalam keselamatan komunitas. 7. Lakukan
program edukasi untuk kelompok berisiko
|
DS
: 1.
55 siswa (44,7%) jarang sarapan sebelum ke sekolah
DO
:
1.
Sampah plastik berserakan di dalam dan luar kelas 2.
Kamar mandi kurang terawat dan bau pesing
|
Domain
1 : Promosi Kesehatan Kelas
2 : Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada kelompok
anak sekolah dengan karies gigi, diare, cacingan dan gatal- gatal di Sd
Inpres Labuan Bajo Kelurahan Lorong Parang Makassar
|
Setelah dilakukan intervensi, kelompok
anak sekolah menunjukkan perilaku kesehatan tidak berisiko dengan kriteria
hasil : Level
1 : domain 4 pengetahuan tentang kesehatan dan perilaku Level
2 : kelas q-perilaku sehat Level
3 : outcome perilaku promosi kesehatan : 1. menggunakan
perilaku yang menghindari risiko 2. memonitor
lingkungan terkait dengan risiko 3. memonitor
perilaku personal terkait dengan risiko 4. mendukung
kebijakan publik yang sehat
|
Level
1 : Domain 3 Perilaku Level
2 : Kelas O Terapi Perilaku Level
3 : Intervensi Modfikasi Perilaku 1. Tentukan
motivasi siswa terhadap perlunya perubahan perilaku 2. Bantu
siswa untuk dapat mengidentifikasi kekuatan dirinya dan menguatkanya 3. Dukung
untuk mengganti kebiasaan yang tidak diinginkan dengan kebiasaan yang
diinginkan 4. Kenalkan
siswa pada orang atau kelompok yang telah berhasil, melewati pengalaman yang
sama 5. Hindari
menunjukan perilaku atau ketidak tertarikan pada saat siswa berjuang untuk
merubah perilakunya 6. Pilah-pilah
perilaku menjadi bagian bagian kecil untuk dirubah menjadi unit perilaku yang
terukur, misalnya membuang sampah pada tempatnya 7. Tentukan
apakah target perilaku yang telah diidentifikasi perlu untuk ditingkatkan
diturunkan atau dipelajari 8. Kembangkan
program perubahan perilaku
|
DO: 1. Lapangan
sekolah masih berupa tanah hitam. 2. Sampah
plastic berserakan di dalam dan luar kelas, meski ada tempat sampah tersedia
di bagian luar kelas. 3. Sumber
air di toilet tersedia namun kamar mandi kurang terawat dan bau pesing. 4. Telah
ada program sekolah yang dilakukan yaitu Jumat bersih dan UKS, namun kondisi
ini belum teratasi sepenuhnya |
Domain
1 : Promosi Kesehatan Kelas
2 : Manajemen Kesehatan Diagnosa
: Defisien Kesehatan komunitas pada kelompok anak
sekolah dengan kurangnya hasil dari program jumat bersih dan UKS di Sd Inpres Labuan Bajo Kelurahan
Lorong Parang Makassar
|
Setelah dilakukan intervensi, kelompok
anak sekolah menunjukkan peningkatan Kesehatan komunitas dengan kriteria
hasil : Level 1
: domain V – Kondisi Kesehatan yang diterima Level 2
: Kepuasan mengenai perawatan Level 3
: Outcome Kepuasan Klien: Lingkungan Fisik 1.
Kebersihan kamar mandi 2.
Mengontrol bau-bauan 3.
Suhu kamar mandi yang nyaman
|
Level
1 : Domain 7 Komunitas Level
2 : Kelas C peningkatan Kesehatan komunitas Level
3 : Intervensi pengembangan program 1.
Bantu
kelompok atau masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan atau masalah
kesehatan yang signifikan 2.
Prioritaskan
kebutuhan kesehatan terhadap masalah yang [telah] diidentifikasi 3.
Kembangkan
tujuan dan sasaran untuk mengatasi kebutuhan atau masalah 4.
Identifikasi
sumber daya dan kendala terhadap pelaksanaan program 5.
Rencanakan
evaluasi program 6.
Dapatkan
penerimaan terhadap program dari kelompok sasaran, penyedia, dan kelompok
kelompok terkait lainnya 7.
Siapkan
peralatan dan perlengkapan 8.
Fasilitasi
penerapan program oleh kelompok atau komunitas 9.
Pantau
kemajuan pelaksanaan program 10. Evaluasi program terkait relevansi, efisiensi, dan
efektivitas biaya 11. Modifikasi dan sempurnakan program |
Posting Komentar untuk "ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT ANAK SEKOLAH"