ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

 ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA RW.003 KEL.RAPPOKALLING KEC.TALLO

 

 



 

 

 

 

 

 

 

Oleh:

Kelompok II

                                Ahmad Silahuddin               R011211142

                                Citra                                     R011211152

                                Rinyanti Longse                   R011211145

                                Afiat A. Pallajarang              R011211153

                                Misbahuddin                        R011211141

                                Indriyanti Rahim                  R011211161

                               

                               

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

              Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhana wata ‘ala, atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Makalah Keperawatan Agregat Komunitas pada RW.003, Kelurahan Rappokalling ,Kecamatan Tallo” dapat terselesaikan.

              Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Agregat Komunitas. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan materi.Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

              Dalam penulisan makalah ini, penulis selalu mendapatkan bimbingan, dorongan, serta semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen Mata kuliah Keperawatan Agregat Komunitas yang telah membagi ilmu serta meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam penulisan makalah ini.

              Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

 

Makassar, 25 September 2021

                       

                                                              Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang

 

Masyarakat sehat yang mandiri adalah wujud dalam pelaksanaan pembangunan Indonesia  dibidang  kesehatasaat  ini. Peningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat diharapkan masyarakat terlindungi kesehatannya. Ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan akan menciptakan jaminan kesehatan masyarakat yang bermutu di masyarakat. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) disemua tingkat pencegahan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja.

Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan yang optimal. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata di seluruh wilayah Republik Indonesia. (Depkes, 2006). Hal ini ditempuh melalui peningkatan pengetahuan, sikap positif, perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat sesuai dengan sosial budaya setempat.

Perilaku masyarakat yang diharapkan adalah bersifat proaktif. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 9 ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa (1) Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan.

B.            Tujuan

 

1.      Tujuan Umum

Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan memperoleh informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia.

2.      Tujuan khusus

a.       Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.

b.      Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah yang ada.

c.       Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus lansia.

d.      Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia.

e.       Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia.

f.       Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia yang bermasalah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KONSEP TEORI

A.           Definisi

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).

Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.lansia merupakan kelompok umur yang telah memasuki tahap akhir dari fase kehidupannya.

1.      Kebutuhan hidup lansia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik.

Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi :

a.       Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.

b.      Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya.

c.       Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya.

d.      Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya

e.       Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

2.      Teori-teori proses menua

Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:

a.       Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.

b.      Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

c.       “ Teori imonologi saw virus”

Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

d.      Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.

e.       Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.

f.       Teori rantai silang

Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

g.      Theori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel mati.

 

3.      Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia

a.       Sel

1)      Lebih sedikit jumlahnya

2)      Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler

3)       Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati

4)      Terganggunya mekanisme perbaikan sel

5)      Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%

b.      Sistem persarafan

1)      Cepat menurunnya persarafan

2)       Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.

3)      Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan  suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

4)      Kurangnya sensitif pada sentuhan

c.       Sistem pendengaran

1)      Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.

2)      Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis

3)      Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya kreatin

4)      Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres

d.      sistem pengelihatan

1)      Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

2)      Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan

3)      Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap

4)      Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya membedakan warna biru atau hijau.

e.       Sistem Kardiovaskular

1)      Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.

2)      Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.

3)      Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).

4)      Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90 mmHg

f.       Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:

1)      Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.

2)      Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

g.      Sistem Respirasi

1)      Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia

2)      Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun.

3)      Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

4)      Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak berganti

5)      Kemampuan untuk batuk berkurang

6)      Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

h.      Sistem gastrointestinal

1)      Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease

2)      Indra pengecap menurun dan esofagus melebar

3)      Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun

4)      Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

5)      Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah

6)      Menciutnya ovari dan uterus

7)       Atropi payudara

8)      Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur.

9)      Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun

10)  Selaput lendir menurun

i.        Sistem Genitourinaria

1)      Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang.

2)      Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.

3)      Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun

4)       Atrofi vulva

j.        Sistem Endokrin

1)      Produksi dari hampir semua hormon menurun.

2)      Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

3)      Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.

4)      Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat

5)      Menurunnya produksi aldosteron

6)      Menurunnya sekresi hormon kelamin

k.      Sistem Kulit

1)      Kulit keriput atau mengkerut

2)      Permukaan kulit kasar dan bersisik

3)      Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.

4)      Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

5)      Rambut dan hidung dan telinga menebal.

6)      Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas

7)      Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

8)      Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya

l.        Sistem muskoloskeletal

1)      Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh

2)      Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.

3)      Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.

4)      Persendian membesar dan kaku

5)      Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

6)      Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor

 

B.            Tugas perkembangan lansia

Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.

1.      Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan okupasi.

2.      Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.”

3.      Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa  yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris (Stanley & Beare, 2006).

 

 

C.      Permasalahan yang timbul Pada Lansia

1.      Prmasalahan Umum

a)      Besarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia.

b)      Jumlah lansia miskin makin banyak

c)      Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik

d)      Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia

e)      Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia

f)       Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.

 

2.      Permasalahan khusus

a)      Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia

Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun

b)      Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia

Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia

D.      Sikap perawat terhadap lansia

Lingkup praktek keperawatan adalah memberikan asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.

 

Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan lansia. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan.lansia dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat. lansia ini sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri lansia yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.

 

Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.

 Pendekatan perawatan lanjut usia

1.      Pendekatan fisik

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :

·         Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain.

·         Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau sakit.

2.      Pendekatan psikis

Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.

3.      Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

 

 

 

BAB III

TINJAUAN KASUS

A.                Pengkajian

Pengkajian Kesehatan Komunitas RW.003 Kel. Rappokalling Kec. Tallo . Setelah data terkumpul ,maka data tersebut ditabulasi dan di format dalam bentuk diagram. Pengolahan data mencakup analisa-analisa masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Data hasil tabulasi data lansia disajikan sebagai berikut

 

1.      Data Lansia

Tabel 1

Distribusi Lansia Berdasarkan Usia di RW.003 Kel.Rappokalling Kec Tallo (n=43)

Usia Lansia

f

%

55-59

21

49

60-69

13

30

>70

9

21

Total

43

100

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kebanyakan lansia berusia 55-59 yaitu 21 orang (49%)

 

Tabel 2

Distribusi Perilaku Lansia Saat Sakit di RW.003 Kel.Rappokalling Kec Tallo (n=43)

Yang dilakukan lansia saat adanya penyakit

f

%

Berobat disarana kesehatan

35

81

Berobat kepraktek tenaga kesehatan

3

7

Dukun

0

0

Diobati sendiri

5

12

Tidak

0

0

Total

43

100

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masih ada lansia yang tidak berobat di tenaga kesehatan, yaitu diobati sendiri sebanyak 5 orang (12%)

 

 

 

Tabel 3

Distribusi kegiatan Lansia Sehari hari di RW.003 Kel.Rappokalling Kec Tallo (n=45)

Kegiatan Sehari - hari

f

%

Santai

27

60

Berkebun dll

1

2

Olahraga

3

7

Kegiatan Lain

14

31

Total

45

100

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa aktifitas yang paling banyak dilakukan lansia ialah santai yaitu sebanyak 27 orang (60%).

 

Tabel 4

Distribusi bentuk bantuan yang dibutuhkan Lansia di RW.003 Kel.Rappokalling Kec.Tallo (n=53)

Bentuk Bantuan

f

%

Dana Sehat

8

15

Pelayanan Kesehatan(Posyandu Lansia)

20

38

Penyuluhan Kesehatan

17

32

Kegiatan Kelompok

8

15

Total

53

100

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bentuk bantuan yang dibutuhkan lansia ialah Pelayanan Kesehatan (Posyandu Lansia) yaitu sebanyak 20 Orang (38%)

 

2.      Data Penyakit

Tabel 5

Distribusi KK berdasarakan Penyakit TBC di RW.003 Kel.Rappokalling Kec.Tallo (n=153)

Penyakit TBC

f

%

Ya

9

6

Tidak

144

94

Total

153

100

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat kk yang mengidap TBC yaitu sebanyak 9 kk (6%)

 

Tabel 6

Distribusi KK berdasarakan Penyakit Rematik di RW.003 Kel.Rappokalling Kec.Tallo (n=153)

Penyakit Rematik

f

%

Ya

32

21

Tidak

121

79

Total

153

100

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat kk yang mengidap rematik yaitu sebanyak 32 kk (21%)

 

Tabel 7

Distribusi KK berdasarakan Penyakit Diare/Thypoid di RW.003 Kel.Rappokalling Kec.Tallo (n=153)

Penyakit Diare/Thypoid

f

%

Ya

17

11

Tidak

136

89

Total

153

100

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat kk yang mengidap TBC yaitu sebanyak 17 kk (11%)

 

Tabel 8

Distribusi KK berdasarakan Penyakit Hipertensi di RW.003 Kel.Rappokalling Kec.Tallo (n=153)

Penyakit Hipertensi

f

%

Ya

32

21

Tidak

121

79

Total

153

100

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat kk yang mengidap hipertensi yaitu sebanyak 32 kk (21%)

 

Tabel 5

Distribusi KK berdasarakan Penyakit Lain di RW.003 Kel.Rappokalling Kec.Tallo (n=153)

Penyakit Lain

f

%

Ya

60

39

Tidak

93

61

Total

153

100

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat kk yang mengidap lain yaitu sebanyak 60 kk (39%)

 

B.            Analisa Data

Setelah dilakukan pengkajian melalui tabulasi data RW.003 Kel.Rappokalling Kec.Tallo maka selanjutnya dilakukan Analisa data untuk menentukan masalah lansia yang ada di RW.003 Kel.Rappokalling Kec.Tallo

No

Data

Masalah

Diagnosa Keperawatan

1

DO:

-          Terdapat orang 43 lansia dimana 21 orang(49%) berusia 55-59 tahun

-          Terdapat 27 orang (60%) lansia, yang aktifitasnya hanya bersantai

-          Bentuk bantuan yang dibutuhkan lansia  ;

o   Dana sehat 8 orang(15%)

o   Pelayanan Kesehatan 20 orang (38%)

o   Penyuluhan Kesehatan 17 orang (32%)

o   Kegiatan Kelompok 8orang(15%)

-          Terdapat 9 kk (6%) yang mengidap TBC

-          Terdapat 32 kk (21%) yang mengidap Rematik

-          Terdapat 32 kk(21%) yang mengidap Hipertensi

 

Kurangnya upaya  lansia di Kel.Rappokalling untuk meningkatan derajat kesehatan

Kategori: Perilaku

Subkategori:Penyuluhan dan Pembelajaran

 

Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan (D.0112)

 

C.           Diagnosa Keperawatan

1.        Kesiapan penignkatan manajemen kesehatan

 

 

 


D.              Intervensi Keperawatan

 

No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

1

Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan (D.0112)

DO:

-          Terdapat orang 43 lansia dimana 21 orang(49%) berusia 55-59 tahun

-          Terdapat 27 orang (60%) lansia, yang aktifitasnya hanya bersantai

-          Bentuk bantuan yang dibutuhkan lansia  ;

o   Dana sehat 8 orang(15%)

o   Pelayanan Kesehatan 20 orang (38%)

o   Penyuluhan Kesehatan 17 orang (32%)

o   Kegiatan Kelompok 8orang(15%)

-          Terdapat 9 kk (6%) yang mengidap TBC

-          Terdapat 32 kk (21%) yang mengidap Rematik

-          Terdapat 32 kk(21%) yang mengidap Hipertensi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas aggregat lansia,Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan meningkat dengan kriteria hasil:

Manajemen Kesehatan Meningkat (L.12104)

1.      Melakukan tindakan untuk mengurangi factor resiko

2.      Aktifiatas hidup sehari hari efektif memenuhi tujuan kesehatan

 

Pemeliharaan Kesehatan Meningkat(L.12106)

1.      Menunjukkan perilaku adaptif

2.      Menunjukkan pemahaman perilaku hidup sehat

3.      Kemampuan menjalankan perilaku sehat

4.      Menunjukkan minat meningkatkan perilaku sehat

 

 

Edukasi Kesehatan (I.12383)

Observasi

-          Identfikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

-          Identifasi factor – factor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku  hidup bersih dan sehat

Terapeutik

-          Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan

-          Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

-          Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

-          Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

-          Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

-          Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

 Identifikasi Resiko(I.14502)

Observasi

-          Identifikasi resiko secara berkala

-          Identifikasi resiko baru sesuai perencanaan yang telah ditetapkan

Terapeutik

-          Lakukan pengelolaan resiko secara efektif

-          Lakukan update perencanaan secara regular (mis. Bulan,triwulan,tahunan)

-          Buat perencanaan Tindakan yang memiliki timeline dan penanggung jawab yang jelas

-          Dokumentasikan tenmuan resiko secara akurat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Posting Komentar untuk " ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA "